Charlie Chaplin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Update
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
k bentuk baku
Baris 286:
Sampai ia memulai pembuatan film berdialog pada film ''The Great Dictator'', Chaplin tak pernah membuat sebuah naskah.{{sfn|Robinson|pp=173, 197, 310, 489}} Beberapa film awalnya hanya dimulai dengan adegan dadakan – contohnya "Charlie memasukki sebuah spa kesehatan" atau "Charlie bekerja di sebuah pegadaian."{{sfn|Robinson|p=169}} Ia kemudian memiliki set-set yang dibangun dan dikerjakan dengan perusahaan sahamnya untuk memberikan lelucon dan "bisnis" menggunakannya, hampir selalu mengerjakan gagasan-gagasan tersebut pada film.{{sfnm|1a1=Louvish|1p=103|2a1=Robinson|2p=168}} Karena gagasannya ada yang diterima dan ada yang ditolak, struktur naratifnya bisa berubah, mengharuskan Chaplin untuk mengambil ulang gambar dari sebuah adegan yang terselesaikan yang bisa berseberangan dengan ceritanya.{{sfnm|1a1=Louvish|1p=168|2a1=Robinson|2pp=166–170, pp. 489–490|3a1=Brownlow|3p=187}} Dari ''A Woman of Paris'' dan seterusnya, Chaplin memulai proses pemfilman dengan alur yang disiapkan,{{sfn|Louvish|p=182}} namun Robinson menyatakan bahwa setiap film sampai ''Modern Times'' "berisi beberapa metafora dan permutasi dari ceritanya yang ditempatkan pada bentuk akhirnya."{{sfn|Robinson|p=460}}
 
Memproduksi film dengan hal tersebut menandakan bahwa Chaplin lebih lama menyelesaikan filmnya ketimbang hampir membuat film lainnya pada masa itu.{{sfn|Louvish|p=228}} Jika kehabisan gagasan, ia seringkalisering kali hengkang dari pengambilan gambarnya, yang berlangsung selama berhari-hari, sesambil menunggu agar studionya siap agar inspirasinya kembali.{{sfnm|1a1=Robinson|1pp=234–235|2a1=Cousins|2p=71}} Penundaan proses lebih lanjut adalah perfeksionisme mutlak bagi Chaplin.{{sfnm|1a1=Robinson|1pp=172, 177, 235, 311, 381, 399|2a1=Brownlow|2pp=59, 75, 82, 92, 147}} Menurut temannya [[Ivor Montagu]], "ketiadaan namun kesempurnaan adalah hal baik" bagi pembuat film tersebut.{{sfn|Brownlow|p=82}} Karena ia sendiri yang membiayai film-filmnya, Chaplin bebas untuk menentukan tujuannya dan pengambilan gambarnya sesuai yang ia inginkan.{{sfnm|1a1=Robinson|1pp=235, 311, 223|2a1=Brownlow|2p=82}} Jumlah pengambilan gambarnya seringkalisering kali beragam, contohnya 53 pengambilan gambar untuk setiap pengambilan gambar terselesaikan dalam film ''The Kid''.{{sfnm|1a1=Robinson|1p=746|2a1=Maland|2y=(1989)|2p=359}} Untuk film ''The Immigrant'', sebuah film pendek berjangka 20 menit, Chaplin mengambil 40,000 rekaman film – melampaui sebuah film durasi cerita.{{sfnm|1a1=Robinson|1p=201|2a1=Brownlow|2p=192}}
 
{{Quote box
Baris 296:
}}
 
Menyebut metode kerjanya sebagai "kegigihan belaka pada titik menyebalkan",{{sfn|Louvish|p=225}} Chaplin akan benar-benar disantap oleh produksi sebuah film.{{sfnm|1a1=Brownlow|1p=157|2a1=Robinson|2pp=121, 469}} Robinson menyatakan bahwa pada tahun-tahun Chaplin berikutnya, karyanya masih "melampaui keutamaan segala hal dan segala sesuatu yang lain."{{sfn|Robinson|p=600}} Kombinasi improvisasi cerita dan perfesionisme tak terkekang – yang dihasilkan dalam upaya berhari-hari dan ribuan rekaman film yang dipilah, semuanya menghambur-hamburkan biaya – seringkalisering kali membebani Chaplin yang, dalam keadaan frustasi, dapat memarahi para aktor dan krunya.{{sfnm|1a1=Robinson|1pp=371, 362, 469, 613|2a1=Brownlow|2pp=56, 136|3a1=Schickel|3p=8}}
 
Chaplin mengusahakan kontrol penuh atas film-filmnya,{{sfn|Robinson|p=606}} agar ia dapat menentukan peran-peran lainnya untuk pemerannya, kecuali peniruan terhadapnya.{{sfnm|1a1=Bloom|1p=101|2a1=Brownlow|2pp=59, 98, 138, 154|3a1=Robinson|3p=614}} Ia sendiri yang menyunting seluruh filmnya, yang melakukan melalui sejumlah besar rekaman untuk membuat sari film yang ia inginkan.{{sfn|Robinson|pp=140, 235, 236}} Akibat dari kemerdekaan penuhnya, ia diidentifikasikan oleh sejarawan film [[Andrew Sarris]] sebagai salah satu pembuat film [[Auteurisme|auteur]] pertama.{{sfn|Maland|(1989)|p=353}} Chaplin meraih bantuan, terutama dari sinematografer jangka panjangnya [[Roland Totheroh]], saudaranya Sydney Chaplin, dan berbagai [[asisten sutradara]] seperti [[Harry Crocker]] dan [[Charles Reisner]].<ref>{{cite web|url=http://chaplin.bfi.org.uk/programme/essays/collaborators.html |title=Chaplin's Writing and Directing Collaborators |publisher=British Film Institute |accessdate=27 June 2012 |deadurl=no |archiveurl=https://web.archive.org/web/20120214092650/http://chaplin.bfi.org.uk/programme/essays/collaborators.html |archivedate=14 February 2012 |df= }}</ref>
Baris 315:
}}
 
Pencantuman [[pathos]] adalah sebuah aspek terkenal dari karya Chaplin,{{sfnm|1a1=Dale|1pp=9, 19, 20|2a1=Louvish|2p=203}} dan Larcher menyatakan reputasinya adalah karena "[memberikan] tawa dan tangis".{{sfn|Larcher|p=75}} Sentimentalitas dalam film-filmnya datang dari berbagai sumber, dengan Louvish menekankan "kegagalan pribadi, kekacauan masyarakat, bencana ekonomi, dan unsur-unsurnya."{{sfn|Louvish|p=204}} Chaplin terkadang mencantumkan peristiwa-peristiwa tragis saat memhuat film-filmnya, seperti dalam kasus film ''The Gold Rush'' (1925), yang terinspirasi oleh nasib Donner Party.{{sfn|Robinson|pp=334–335}} Constance B. Kuriyama telah mendefinisikan tema-tema yang didasari keseriusan dalam komedi-komedi awal, seperti keserakahan (''The Gold Rush'') dan kegagalan (''The Kid'').{{sfn|Kuriyama|p=31}} Chaplin juga menyinggung masalah-masalah kontroversial: imigrasi (''The Immigrant'', 1917); pelanggaran hukum (''The Kid'', 1921); dan penggunaan narkoba (''Easy Street'', 1917).{{sfn|Mast|pp=83–92}} Ia seringkalisering kali mengolah topik-topik tersebut menjadi hal ironis, menjadikannya bahan lawakan.{{sfn|Louvish|pp=137, 145}}
 
Komentar sosial adalah sebuah fitur dari film-film Chaplin dari masa awal kariernya, dimana digambarkan terbelakang dalam sororan simpatetik dan menyoroti kesulitan kaum miskin.{{sfn|Robinson|p=599}} Kemudian, saat ia mengembangkan peminatam dalam ekonomi dan memutuskan untuk mencurahkan pandangannya,{{sfn|Robinson|p=456}} Chaplin mulai memasukkan pesan-pesan politik ke dalam film-filmnya.{{sfn|Maland|(1989)|p=159}} ''Modern Times'' (1936) mengisahkan para buruh pabrik dalam keadaan tak semestinya, ''The Great Dictator'' (1940) memplesetkan [[Adolf Hitler]] dan [[Benito Mussolini]] dan diakhiri dengan sebuah pidato menentang nasionalisme, ''Monsieur Verdoux'' (1947) mengkritik perang dan kapitalisme, dan ''A King in New York'' (1957) menyerang [[McCarthyisme]].{{sfn|Larcher|pp=62–89}}
 
Beberapa film Chaplin memasukkan unsur-unsur autobiografi, dan psikolog [[Sigmund Freud]] meyakini bahwa Chaplin "selalu memerankan dirinya sendiri seperti saat ia pada masa muda dalam keadaan tak semestinya".{{sfn|Weissman|(1999)|pp=439–445}} ''The Kid'' diyakini merefleksikan trauma masa kecil Chaplin saat dibawa ke panti asuhan,{{sfn|Weissman|(1999)|pp=439–445}} karakter-karakter utama dalam ''Limelight'' (1952) berisi unsur-unsur dari kehidupan orang tuanya,{{sfn|Bloom|p=107}} dan ''A King in New York'' memberikan rujukan-rujukan terhadap pengalaman Chaplin saat ditendang oleh Amerika Serikat.{{sfn|Robinson|pp=588–589}} Beberapa setnya, khususnya dalam adegan-adegan jalanan, menampilkan kemiripan yang kuat dengan Kennington, dimana ia dibesarkan. [[Stephen M. Weissman]] berpendapat bahwa hubungan problematik Chaplin dengan ibunya yang sakit mental seringkalisering kali terefleksi dalam karakter-karakter perempuannya dan keputusan Tramp untuk menyelamatkan mereka.{{sfn|Weissman|(1999)|pp=439–445}}
 
Terkait struktur dari film-film Chaplin, cendekiawan [[Gerald Mast]] memandang bahwa film-film tersebut terdiri dari sketsa-sketsa yang saling berkaitan bersama dengan tema dan setting yang sama, ketimbang sebuah jalan cerita yang menyatu.{{sfn|Mast|pp=123–128}} Secara visual, film-filmnya sederhana dan ekonomis,{{sfnm|1a1=Louvish|1p=298|2a1=Robinson|2p=592}} dengan adegan-adegan yang ditampilkan seperti set di atas panggung.{{sfnm|1a1=Epstein|1pp=84–85|2a1=Mast|2pp=83–92|3a1=Louvish|3p=185}} Keputusannya untuk pemfilman disebutkan oleh sutradara seni [[Eugène Lourié]]: "Chaplin tidak memikirkan citra-citra 'artistik' saat ia melakukan pengambilan gambar. Ia meyakini bahwa tindakan tersebut adalah hal utama. Kamera hanya untuk memfoto para aktor".{{sfn|Robinson|p=565}} Dalam autobiografinya, Chaplin menyatakan, "Kesederhanaan adalah yang terbaik&nbsp;... efek gerak lambat bersifat membosankan dan tak menyenangkan&nbsp;... Kamera tak harus ikut campur."{{sfn|Chaplin|p=250}} Sejak 1940-an, keputusannya mendatangkan kritikan karena "bergaya lama",{{sfnm|1a1=Brownlow|1p=91|2a1=Louvish|2p=298|3a1=Kamin|3p=35}} sementara cendekiawan film Donald McCaffrey memandangnya sebagai tanda bahwa Chaplin tidak pernah benar-benar memahami film sebagai sebuah media.{{sfn|McCaffrey|pp=82–95}} Namun, Kamin beranggapan bahwa bakat lawak Chaplin ta akan menghalangi kelucuan di layar lebar meskipun seandainya ia tak memiliki "kemampuan untuk membuat dan menyutradarai adegan-adegan yang dikhususkan untuk media film".{{sfn|Kamin|p=29}}