Salya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SilvonenBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: su:Salya
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
}}
 
'''Salya''' ([[Sansekerta]]: '''शल्य'''; ''Shalya'') adalah nama raja [[Kerajaan Madra]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan kakak ipar dari [[Pandu]], ayah para [[Pandawa]]. DalamMenjelang terjadinya [[perang di Kurukshetra|perang besar di Kurukshetra]] atau [[Baratayuda]], ia terkena tipu muslihat pihak [[Korawa]] sehingga terpaksa berperang melawan para Pandawa,. danSalya akhirnya gugur pada hari ke-18 di tangan [[Yudistira]].
 
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Salya sering pula disebut dengan nama '''Prabu Salyapati''', sedangkan negeri yang ia pimpin disebut dengan nama [[Kerajaan Mandaraka]].
 
== Asal-Usul ==
Menurut versi ''[[Mahabharata]]'', raja Kerajaan Madra semula bernama Artayana, yang memiliki dua orang anak bernama Salya dan [[Madri]]. Setelah Artayana meninggal, Salya menggantikannya sebagai raja, sedangkan Madri menjadi istri kedua [[Pandu]] raja [[Hastinapura]], danyang kemudian melahirkan [[Nakula]] dan [[Sahadewa]]. Merujuk pada nama ayahnya, Salya dalam ''Mahabharata'' sering pula disebut Artayani.
 
MenurutSecara garis besar, versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], tidak berbeda dengan versi ''Mahabharata''. Dalam versi ini raja Kerajaan Mandaraka semula bernama Mandrapati yang memiliki dua orang anak bernama Narasoma dan [[Madrim]]. Narasoma kemudian menjadi raja bergelar Salya, sedangkan Madrim menjadi istri kedua Pandu.
 
== Silsilah Keluarga ==
Versi ''[[Mahabharata]]'' menyebut Salya memiliki dua orang putra bernama Rukmarata dan Rukmanggada. Namun siapa nama istrinya atau ibu dari kedua anak tersebut tidak diketahui dengan jelas.
 
Versi ''[[Bharatayuddha]]'', yaitu sebuah naskah berbahasa [[bahasa Jawa Kuna|Jawa Kuno]] menyebut nama istri Salya adalah SetyawatiSatyawati. Dari perkawinan itu kemudian lahir Rukmarata.
 
Versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] menyebut anak-anakperkawinan Salya dan Setyawati berjumlahmelahirkan lima orang anak. Yang pertama adalah Erawati istri [[Baladewa]]. Yang kedua adalah Surtikanti istri [[Karna]]. Yang ketiga adalah Banowati istri [[Duryudana]]. Yang keempat adalah [[Burisrawa]], sedangkan yang terakhir adalah Rukmarata.
 
Tokoh Burisrawa dalam ''Mahabharata'' dan ''Bharatayuddha'' adalahmerupakan putra Somadatta. Dalam pewayangan, Somadatta dieja dengan sebutan Somadenta, dan dianggap sama dengan Salya. Maka, Burisrawa versi Jawa pun dianggap sebagai putra Salya.
 
== Kisah Perkawinan ==
Kisah perkawinan Salya dan Setyawati terdapat dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]]. Salya yang sewaktu muda bernama Narasoma pergi berkelana karena menolak dijodohkan oleh ayahnya. Di tengah jalan ia bertemu seorang [[brahmana]] [[raksasa]] bernama [[Resi Bagaspati]] yang ingin menjadikannya sebagai menantu.
 
Bagaspati mengaku memiliki putri cantik bernama Pujawati yang mimpi bertemu Narasoma dan jatuh hati kepadanya. Narasoma menolak lamaran Bagaspati karena yakin Pujawati pasti juga berparas raksasa. Keduanya pun bertarung. Narasoma kalah dan dibawa Bagaspati ke tempat tinggalnya di Pertapaan Argabelah.
 
TernyataSesampainya yangdi bernamaArgabelah, Narasoma terkejut mengetahui bahwa Pujawati ternyata benar-benar cantik. NarasomaIa pun berubah pikiran dan bersedia menikahi putri Bagaspati tersebut.
 
== Ilmu Candabirawa ==
Narasoma yang sombong merasa jijik memiliki mertua seorang raksasa. Pujawati yang lugu menyampaikan hal itu kepada Bagaspati. Bagaspati menyuruh putrinya itu memilih antara ayah atau suami. Ternyata Pujawati memilih suami. Bagaspati bangga mendengarnya dan mengganti nama Pujawati menjadi Setyawati.
 
Setyawati menyampaikan kepada Narasoma bahwa ayahnya siap mati daripada mengganggu keharmonisan rumah tangga mereka. Bagaspati rela dibunuh asalkan Setyawati jangan sampai dimadu. Narasoma bersedia. Ia kemudian menusuk Bagaspati namun tidak mempan. Bagaspati sadar kalau memiliki ilmu kesaktian bernama ''Candabirawa''. Ia pun mewariskan ilmu tersebut kepada Narasoma terlebih dulu.
 
Narasoma kemudian menusuk siku Bagaspati, yaitu tempat titik kelemahannya. Kali ini Bagaspati tewas seketika. Narasoma kemudian membawa Setyawati pulang ke Mandaraka.
 
== Dikalahkan Pandu ==
Mandrapati menyambut kedatangan Narasoma dan Setyawati dengan gembira. Namun ia tiba-tibaberubah menjadi sedih begitu mendengar kematian Bagaspati yang ternyata merupakan sahabat baiknya. Mandrapati pun marah dan mengusir Narasoma pergi dari istana. [[Madrim]] yang masih rindu segera menyusul kepergian kakaknya itu.
 
Narasoma dan Madrim tiba di [[Kerajaan Mandura]] di mana sedang diadakan sayembara untuk mendapatkan putri negeri tersebut yang bernama [[Kunti]]. Dengan mengerahkan Candabirawa, Salya berhasil mengalahkan semua pelamar dan memenangkan Kunti.
 
[[Pandu]] pangeran dari [[Hastina]] datang terlambat dan memutuskan untuk pulang. Narasoma mencegah dan menantangnya. Namun Pandu tidak mau melayani tantangan itu karena Narasoma sudah ditetapkan sebagai pemenang. Narasoma yang sombong terus memaksa, bahkan menyerahkan Kunti dan Madrim sekaligus jika Pandu sampaimampu menangmengalahkan dirinya.
 
Pandu terpaksa melayani tantangan Narasoma. Narasoma pun mengerahkan ilmu Candabirawa. Dari jarinya muncul raksasa kerdil tapi ganas, yang jika dilukai jumlahnya justru bertambah banyak. Pandu sempat terdesak. Atas nasihat pembantunya yang bernama [[Semar]], ia pun mengheningkan cipta menyerahkan diri kepada [[Tuhan]]. Anehnya, dengan cara tersebut Candabirawa justru lumpuh dengan sendirinya.
 
Narasoma menyerah kalah. Tujuannya ikut sayembara bukan karena ia menginginkan Kunti, namun hanya sekadar untuk mencoba keampuhan Candabirawa saja. Sesuai perjanjian, Kunti dan Madrim pun diserahkan kepada Pandu.
 
== Sebagai Raja Mandaraka ==
Narasoma kemudian kembali ke Mandaraka dan dikejutkan oleh kematian ayahnya yang serba mendadak. Konon, Mandrapati sangat sedih atas kematian Bagaspati yang tewas dibunuh Narasoma. Ia merasa telah gagal menjadi ayah yang baik dan memutuskan untuk bunuh diri menyusul sahabatnya itu. Narasoma kemudian menggantikan kedudukan Mandrapati sebagai [[raja]], bergelar Salya. Pemerintahannya didampingi Tuhayata sebagai [[patih]].
 
Meskipun sudah menjadi raja, namun Salya tetap bersifat sombong. Ia langsung menerima lamaran [[Duryudana]] raja [[Hastina]] yang merupakan raja terkaya di dunia saat itu untuk menikah denganmenikahi Erawati, putri sulungnya. Namun, Erawati kemudian hilang diculik orang. Erawati berhasil diselamatkan oleh [[Baladewa]] yang saat itu menyamar sebagai pendeta muda.
 
Menurut perjanjian, seharusnya Erawati diserahkan kepada Baladewa. Namun hal itu ditunda-tunda karena Salya lebih suka memiliki menantu seorang raja. Baru ketikasetelah ia tahu kalau Baladewa ternyata raja [[Kerajaan Mandura]], Erawati pun diserahkan kepadanya.
 
Salya kembali menerima lamaran Duryudana untuk Surtikanti. Namun putri keduakeduanya iniitu diculik dan dinikahi [[Karna]]. Duryudana merelakannya karena Karna banyak berjasa kepadanya. Ia kemudian menikahi putri Salya yang lain, yaitu Banowati.
 
== Tipu Muslihat Korawa ==
''[[Mahabharata]]'' bagian kelima atau ''[[Udyogaparwa]]'' mengisahkan Salya membawa pasukan besar menuju Upaplawya untuk menyatakan dukungan terhadap [[Pandawa]] menjelang meletusnya [[perang di Kurukshetra|perang besar di Kurukshetra]] atau [[Baratayuda]]. Di tengah jalan rombongannya singgah beristirahat dalam sebuah perkemahan lengkap dengan segala jenis hidangan.
 
Salya menikmati semua jamuan itu karena mengira semuanya berasal dari pihak Pandawa. Tiba-tiba para [[Korawa]] yang dipimpin [[Duryodana]] muncul dan mengaku sebagai pemilik perkemahan tersebut beserta isinya. Duryodana meminta Salya bergabung dengan pihak Korawa untuk membalas jasa. Sebagai seorang raja yang harus berlaku adil, Salya pun bersedia memenuhi permintaan itu.
 
Salya kemudian menemui para keponakannya, yaitu Pandawa Lima untuk memberi tahu bahwa dalam perang kelak, dirinya akanharus berada di pihak musuh. Para Pandawa terkejut dan sedih mendengarnya. Namun Salya menghibur dengan memberikan restu kemenangan untuk mereka.
 
== Baratayuda Hari Pertama ==
Pada hari yang telah ditentukan, perang [[Baratayuda]] pun meletus. ''[[Mahabharata]]'' bagian keenam atau ''[[Bhismaparwa]]'' mengisahkan Salya bertempur di pihak [[Korawa]] dengan gagah berani. Pada hari pertama ia menewaskan [[UttaraUtara (Mahabharata)|Utara]] putra [[Wirata]], salah satu sekutu utama [[Pandawa]].
 
Saudara UttaraUtara yang bernama [[Sweta]] berusaha keras menyerang Salya. Salya terdesak namun berhasil diselamatkan oleh [[Kretawarma]]. Rukmarata putra Salya mencoba melindungi ayahnya. Namun ia segera tumbang tak sadarkan diri terkena senjata Sweta. Sementara itu menurut versi ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'', Rukmarata tidak sekadar pingsan tetapi tewas di tangan Sweta.
 
== Menjadi Kusir Karna ==
''[[Mahabharata]]'' bagian kedelapan atau ''[[Karnaparwa]]'' mengisahkan [[Karna]] diangkat sebagai panglima seluruh pasukan [[Korawa]]. Musuh besar Karna adalah [[Arjuna]] yang mengendarai kereta dengan [[Kresna]] sebagai kusirnya. Untuk mengimbangi, Karna meminta Salya bertindak sebagai kusir keretanya.
 
Salya memenuhi permintaan Karna namun diam-diam ia juga membantu Arjuna. Ketika Karna membidik leher Arjuna dengan panah pusakanya, Salya memberi isyarat kepada Kresna untuksupaya menggerakkan kereta. Akibatnya, panah Karna pun meleset dari sasaran utamanya.
 
== Kisah Kematian ==
Setelah [[Karna]] tewas di tangan [[Arjuna]] pada hari ke-17, Salya pun diangkat sebagai panglima baru pihak [[Korawa]]. Kisah kematiannya terdapat dalam ''[[Mahabharata]]'' bagian kesembilan atau ''[[Salyaparwa]]''. Ia dikisahkan mati di tangan pemimpin para [[Pandawa]], yaitu [[Yudistira]].
 
Kematian Salya diuraikan pula dalam ''[[Kakawin Bharatayuddha]]''. Ketika ia diangkat sebagai panglima, [[Aswatama]] yang menjadi saksi kematian [[Karna]] melakukanmengajukan proteskeberatan karena Salya telah berkhianat, yaitu diam-diam membantu Arjuna. Namun, [[Duryodana]] justru menuduh Aswatama bersikap lancang dan segera mengusirnya.
 
Salya maju perang menggunakan senjata Rudrarohastra. Muncul raksasa-raksasa kerdil namun sangat ganas yang jika dilukai justru bertambah banyak. [[Kresna]] mengutus [[Nakula]] supaya meminta dibunuh Salya saat itu juga. Nakula pun berangkat dan akhirnya tiba di hadapan Salya. Tentu saja Salya tidak tega membunuh keponakannya itutersebut. Ia sadar kalau itu semua hanyalah siasat Kresna. Salya pun dengan jujur mengatakan, RudrrohastraRudrarohastra hanya bisa ditaklukkan dengan jiwa yang suci.
 
YudistiraKresna pun meminta Yudistira yang terkenal berhati suci untuk maju menghadapi Salya. Rudrarohastra berhasil dilumpuhkannya. Ia kemudian melepaskan pusaka [[Kalimahosaddha]] ke arah Salya. Pusaka berupa kitab itu kemudian berubah menjadi tombak yang melesat menembus dada Salya.
 
Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Rudrarohastra disebut dengan nama Candabirawa. Ilmu ini bisa dilumpuhkan oleh Yudistira dengan cara mengheningkan cipta. Bahkan, sejak itu Candabirawa justru berbalik mengabdi kepada Yudistira, yang merupakan [[reinkarnasi]] dari [[Resi Bagaspati]], pemilik sebenarnya.
 
Yudistira kemudian melepaskan pusaka [[Jamus Kalimasada]] yang berhasil menewaskan Salya.
 
Baik versi ''Bharatayuddha'' ataupun versi pewayangan Jawa, mengisahkan setelah Salya tewas, istrinya yaitu Setyawati datang menyusul ke medan pertempuran untuk melakukan ''bela pati''. Setyawati dan pembantunya yang bernama Sugandika kemudian bunuh diri menggunakan keris.
 
== Lihat pula ==
* [[Salyaparwa]]
* ''[[Kakawin Bharatayuddha]]''
* [[Mpu Sedah]]