Kota Pekalongan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
Perubahan Infobox dan penambahan Judul tingkat II (Sejarah)
Mengembalikan suntingan Syzyszune (pembicaraan) (HG) (3.4.9)
Baris 1:
{{redireksiIndoKabKota|Pekalongan|Kabupaten}}
{{Dati2
{{Kotak info kota Indonesia
| nama = Kota Pekalongan
|foto = Pekalongan_Picture.jpg
|nama_lain = {{jav|ꦏꦸꦛꦦꦼꦏꦭꦺꦴꦔꦤ꧀}}<br>''Kutha Pekalongan''<br>''Kota Batik''<br />''"World's City of Batik"''
|size = 300px
|foto = {{Photomontage
|caption=Dari atas, kiri ke kanan: Pemandangan Kota Pekalongan beserta Masjid Agung dan Alun-alun, Museum Batik, Tugu Batik, Monumen Juang 45, Tugu Perbatasan Kota Pekalongan-Batang
| photo1a = Museum Batik.JPG
| propinsi=[[Jawa Tengah]]
| photo2a = Pekalongan Station.JPG
| luas=45,25 Km²
| photo2b = Plaza Pekalongan.jpg
| penduduk=224063
| size = 300
| penduduktahun=(2017)<ref>[https://pekalongankota.bps.go.id/publication/2017/08/11/8a0c62d61c6ed7d8bf1771bd/kota-pekalongan-dalam-angka-2017.html "Kota Pekalongan Dalam Angka 2017" (BPS Kota Pekalongan), diakses 13 Juni 2018]</ref>
| spacing = 1
| kepadatan=4.951,66 jiwa/km²
| color = #000000
| agama= [[Islam]] (94.13%)<br> [[Kristen Protestan]] (2.85%)<br> [[Katolik]] (2.25%)<br> [[Budha]] (0.67%)<br> [[Hindu]] (0.07%)<br> Aliran Kepercayaan (0.02%)<br> [[Konghucu]] (0.01%)<ref>[https://pekalongankota.bps.go.id/publication/2017/08/11/8a0c62d61c6ed7d8bf1771bd/kota-pekalongan-dalam-angka-2017.html "Kota Pekalongan Dalam Angka 2017"]</ref>
| border = 1
| kecamatan=4
}}
| kelurahan=27
|caption = Dari atas, kiri ke kanan: [[Museum Batik Pekalongan]], [[Stasiun Pekalongan]], [[Plaza Pekalongan]]
| kodearea=0285
|lambang = Lambang Kota Pekalongan.png
| dau = Rp.471.330.216.000.-
|motto = Pekalongan Kota BATIK<br />(Bersih, Aman, Tertib, Indah, Komunikatif)
| dauref = (2019)<ref>[http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/10/DAU.pdf]</ref>
|peta = Indonesia Pekalongan City location map.svg
| lambang= [[Berkas:Lambang Kota Pekalongan.png|115px]]
|pushpin_map = Jawa
| peta= [[Berkas:Locator kota pekalongan.gif]]
|latd = 6|latm = 53|lats = 18|latNS = S
| koordinat=‎6º50’42”–6º55’44” LS 109º37’55”–109º42’19” BT‎
|longd = 109|longm = 40|longs = 31|longEW = E
| dasar hukum=UU No. 13/1950
|provinsi = [[Berkas:Coat of arms of Central Java.svg|20px]] [[Jawa Tengah]]
| tanggal=1 April 1906
|nama walikota = [[Mohammad Saelany Mahfudz]]
| motto='''Pekalongan Kota BATIK'''<br />(Bersih, Aman, Tertib, Indah, Komunikatif)
|nama wakil walikota = [[Achmad Afzan Arslan Djunaid]]
| semboyan=
|tanggal = {{start date and age|1906|04|1}}
| slogan=''World City of Batik''
|dasar hukum = UU No. 13/1950
| julukan=Kota Batik
|koordinat = 6°53'18"S, 109°40'31"E
| kepala daerah=[[Walikota]]
|area_rank = 85
| nama kepala daerah= [[HM Saelany Mahfudz|H.M Saelany Mahfudz SE]]
|luasref = <ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019}}</ref>
| flora=[[Bambu wulung]]
|luas = 45.25
| fauna=[[Perenjak jawa]]
|population_rank = 44
| web=[http://www.pekalongankota.go.id/ www.pekalongankota.go.id]
|pendudukref = <ref name="Permendagri-137-2017"/>
|penduduktahun = 2017
|penduduk = 305052 jiwa
|population_density_rank = 25
|suku = {{Collapsible list
| [[Suku Jawa|Jawa]]
| [[Arab-Indonesia|Arab]]
| [[Tionghoa]]
| Lainnya
}}
|agama = [[Islam]] (94.13%)<br> [[Kristen Protestan]] (2.85%)<br> [[Katolik]] (2.25%)<br> [[Budha]] (0.67%)<br> [[Hindu]] (0.07%)<br> Aliran Kepercayaan (0.02%)<br> [[Konghucu]] (0.01%)<ref>[https://pekalongankota.bps.go.id/publication/2017/08/11/8a0c62d61c6ed7d8bf1771bd/kota-pekalongan-dalam-angka-2017.html "Kota Pekalongan Dalam Angka 2017"]</ref>
|bahasa = [[Bahasa Jawa|Jawa]] <br>—[[Bahasa Jawa Pekalongan|Dialek Pekalongan]] <br /> [[Bahasa Jawa|Indonesia]]
|zona = [[WIB]]
|zona_utc = +7
|kecamatan = 4 <ref name="perdapekalongan">{{Cite web|url=http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/|title=Biro Hukum|website=www.jdih.setjen.kemendagri.go.id|language=en-US|access-date=2018-10-12}}</ref>
|kelurahan = 27 <ref name="perdapekalongan"/>
|area_code = (+62) 285
|dau = Rp.471.330.216.000.-
|dauref = (2019)<ref>[http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/10/DAU.pdf]</ref>
|flora = [[Bambu wulung]]
|fauna = [[Perenjak Jawa]]
|web = {{URL|http://www.pekalongankota.go.id}}
|kepadatan = 6.741 jiwa/km²
|ref = <ref name="Permendagri-137-2017"/>
}}
{{Multiple image
|header=Logo pariwisata Pekalongan
|direction=vertical
|width=250
|image1=Pekalongan City Branding Logo.png
|caption1=Logo ''branding'' pariwisata Kota Pekalongan: ''Pekalongan, World's City of Batik''.
}}
[[Berkas:Coat of Arms of Pekalongan (1931?).svg|jmpl|207px|Lambang Kota Pekalongan zaman Hindia Belanda, diadopsi Tahun 1931, dengan tulisan Pek-Alongan di bawah lambang]]
Baris 65 ⟶ 35:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Feestbogen op het erf van een Arabische woning aan de Heerenstraat te Pekalongan TMnr 60019862.jpg|jmpl|207px|Rumah orang Arab di Pekalongan (tahun 1923)]]
 
'''Pekalongan''' ({{lang-jv|ꦏꦸꦛꦦꦼꦏꦭꦺꦴꦔꦤ꧀ꦏꦸꦛ​ꦦꦼꦏꦭꦺꦴꦔꦤ꧀|Kutha Pekalongan}}) adalah salah satu [[kota]] pusat pertumbuhan ekonomi di [[Jawa Tengah]] yang berbatasan dengan [[Laut Jawa]] di utara, [[Kabupaten Batang]] di timur, serta [[Kabupaten Pekalongan]] di sebelah selatan dan barat. Pekalongan terdiri atas 4 [[kecamatan]], yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan.
 
Kota ini terletak di jalur [[Pantura]] yang menghubungkan [[Jakarta]]-[[Semarang]]-[[Surabaya]]. Pekalongan berjarak 101&nbsp;km sebelah barat [[Kota Semarang|Semarang]], atau 384&nbsp;km sebelah timur [[Jakarta]]. Pekalongan dikenal dengan julukan ''kota batik'', karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan masuk jaringan kota kreatif [[UNESCO]] dalam kategori crafts & folk art pada Desember 2014 dan memiliki city branding World's city of Batik.
Baris 73 ⟶ 43:
Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama [[Islam]]. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain misalnya: syawalan, [[sedekah bumi]], dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan [[lupis]] raksasa yang memecahkan rekor [[MURI]] oleh [[wali kota]] untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung.
 
== EtimologiSejarah ==
Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah [[Hindia Belanda]] (Gouvernements Besluit) Nomor 40 tahun 1931:nama Pekalongan diambil dari kata ‘Halong‘ (dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis ‘Pek-Alongan‘.
 
Baris 89 ⟶ 59:
 
Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan.
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van de haven van Pekalongan TMnr 60034240.jpg|thumb|left|Pelabuhan Pekalongan (1933-1940)]]
Sejarah Pekalongan berasal dari awal abad ke-12. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1178 oleh seorang pejabat [[dinasti Song]] telah memiliki catatan tentang Pekalongan, yang kemudian dikenal oleh para pedagang Tiongkok sebagai "Pukalong", yang pada waktu itu adalah pelabuhan di Jawa (kemudian dikenal sebagai Dvapa); Raja Jawa tinggal di Pukalong, mengikat rambutnya di belakang kepalanya, sementara rakyatnya memakai rambut pendek dan membungkus tubuh mereka dengan kain tenun yang berwarna-warni.<ref>Masyarakat Pugalong sudah membatik di abad ke-12</ref> Kapal dagang Tiongkok berlayar dari Kanton selama bulan November, dengan bantuan angin yang adil berlayar tanpa henti siang dan malam, tiba di Pukalong dalam waktu sekitar satu bulan. Orang-orang membuat anggur dari kelapa, menghasilkan gula tebu merah dan putih yang sangat lezat, kerajaan membuat koin dari perunggu dan tembaga, 60 koin tembaga ditukar dengan satu tael emas. Produk lokal termasuk [[lada]], [[cengkeh]], [[cendana]], [[kayu gaharu]] dan [[kapulaga]] putih bulat.<ref>Song dynasty Zhou Qufei: Ling Wai Dai Da (Reports from Beyong the Southern Mountains) in Chinese {{ISBN|7-101-01665-0}}</ref>
 
Masa keemasan [[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]] ketika menjadi sentral [[pulau Jawa]] dengan kemajuan pelabuhan sebagai pusat perdagangan. [[David Ricardo]] tahun 1817 dalam buku yang berjudul Principle of Political Economy and Taxation menyimpulkan bahwa [[Pekalongan]] memang memiliki sebuah keunggulan dibandingkan daerah lain.
 
Catatan sejarah yang menempatkan [[Pekalongan]] sebagai pelabuhan kuno yang besar bagi kerajaan-kerajaan di [[Jawa]] menjadi tanda bahwa kemajuan wilayah [[Pekalongan]] memang sangat diperhitungkan. Dalam peta gugusan pantai kuno disebutkan bahwa wilayah-wilayah pegunungan pedesaan seperti [[Bandar, Batang|Bandar]], [[Doro, Pekalongan|Doro]] (wilayah Pekalongan Selatan), dulunya masih berupa pantai. Kedalaman pantai kuno masa itu mencapai sekitar 150 meter, sehingga memungkinkan kapal-kapal seperti [[jung]] atau cadik bisa berlabuh, sangat besar kemungkinannya dulu wilayah ini menjadi pelabuhan kuno yang besar, yang menjadi pintu masuk persebaran dan jalur perdagangan kuno antara [[Jawa]] dengan negeri luar ([[Tiongkok]], [[India]], [[Arab]]).
 
Adapula para sejarawan mmemperkirakan keberadaan ibu kota [[Kerajaan Kalingga]] itu terletak di sekitar antara [[Pekalongan]] dan [[Jepara]].<ref>{{cite news|url=http://www.pekalonganisme.com/2014/04/pekalongan-dari-masa-ke-masa.html|title=Pekalongan dari Masa ke Masa|year=2014|accessdate=27 Juli 2019|language=Indonesia}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Huis van een Arabisch hoofd Pekalongan Oost-Java TMnr 10021095.jpg|thumb|Kapitein der Arabieren dari Pekalongan di terasnya, sekitar tahun 1920"|279x279px]]
Pekalongan menjadi bagian dari [[Kesultanan Mataram]] melalui perjanjian dan aliansi pernikahan pada awal abad ke-17. Daerah Pekalongan berada di dalam geografis Mataram, yang berbasis di pedalaman Jawa Tengah. Namun, itu adalah daerah yang kaya, dan pada akhir abad ke-17, uang besar dan menghasilkannya dikirim ke pusat menjadikannya bagian penting dari ranah Mataram. Daerah tersebut mengalami kemunduran ekonomi selama abad ke-18, dan [[VOC]] (Vereenigde Oostindische Compagnie) mulai membentangkan pengaruhnya atas kehidupan politik dan ekonomi pada daerah Pekalongan. Belanda membangun benteng di kota itu pada 1753; benteng ini masih berdiri.
Tempat tinggal besar di Pekalongan yang digunakan oleh "Kapitein der Arabieren"
 
Dari tahun 1830-an, daerah Pekalongan menjadi penghasil utama gula. Tebu telah ditanam di daerah tersebut sejak awal abad ke-12, seperti yang dicatat dalam buku-buku sejarah Tiongkok, tetapi produksi meluas secara substansial selama pertengahan abad ke-19 karena upaya [[Belanda]]. Awalnya, produksi didorong melalui kerja paksa perusahaan; pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan ekspektasi lama orang Jawa bahwa kaum tani menyumbangkan sebagian dari kerja mereka kepada negara. Antara tahun 1860-an dan 1890-an, sistem ini dihapus, dan pekerja dibayar langsung. Industri gula kolonial runtuh selama Depresi Hebat tahun 1930-an, tetapi gula tetap menjadi ekspor utama daerah tersebut hingga masa kemerdekaan Indonesia.
 
Pada 8 Oktober 1945, muncul gerakan anti "Swapraja" / anti feodalisme yang disebut "Gerakan Tiga Daerah" didirikan di [[Tegal]], [[Pekalongan]], dan [[Brebes]]. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk menggantikan [[bupati]] (regent) berdarah biru atau bangsawan ningrat (yang terkait dengan raja-raja Mataram) dengan orang-orang biasa. Menurut para pemimpin gerakan ini, para bupati telah bekerja sama dengan [[Jepang]] selama Perang Dunia II dan mengirim rakyat pada Jepang untuk kerja paksa.
 
Pemimpin utama gerakan ini adalah Sarjiyo yang menjadi bupati baru Pekalongan. Pemimpin lain dari gerakan ini adalah Kutil, K. Mijaya, dan Ir. Sakirman. Ir Sakirman adalah pemimpin lokal (daerah) [[Partai Komunis Indonesia]]. Pemerintah Republik Indonesia (RI) di Yogyakarta tidak setuju dengan gerakan ini dan menyatakannya sebagai gerakan ilegal.
 
Pada 4 November 1945, gerakan itu menyerang markas besar tentara Indonesia dan kantor bupati di Pekalongan. Pemberontak dikalahkan oleh tentara Indonesia dalam pertempuran sengit pada 21 Desember 1945. Sebagian besar pemimpin gerakan ini ditangkap dan dibuang ke penjara. Pemberontakan ini disebut Three Regions Affair.
 
== Geografis ==