Deklarasi Balfour: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
=== Sionisme purwa ===
{{further|Sionisme}}
Gerakan Sionisme muncul menjelang akhir abad ke-19 sebagai reaksi terhadap gerakan-gerakan antisemit dan nasionalis eksklusioner di Eropa.{{sfn|Cohen|1989|pp=29–31}}{{efn|group=lower-roman|LeVine dan Mossberg menjabarkan pokok pikiran ini sebagai berikut: "Cikal bakal Sionisme bukanlah agama Yahudi maupun tradisi, melainkan antisemitisme dan nasionalisme. Cita-cita Revolusi Prancis, yang secara perlahan-lahan menyebar ke seluruh penjuru Eropa, pada akhirnya mencapai daerah [[Batas Permukiman|Tapal Batas Permukiman]] di Kekaisaran Rusia dan turut membantu kelahiran Haskalah, atau gerakan Pencerahan Yahudi. Kemunculan Haskalah mengakibatkan perpecahan permanen di kalangan umat Yahudi sedunia, yakni perpecahan antara kubu yang berpegang teguh pada halakah atau visi agama-sentris dari jati diri mereka dan kubu yang mengadopsi sebagian dari retorika rasial pada masa itu serta membuat orang Yahudi menjadi sebuah bangsa. Keadaan ini dibantu oleh gelombang pogrom di Eropa Timur yang mengakibatkan dua juta orang Yahudi terpaksa mengungsi ke tempat lain; kebanyakan mengungsi ke Amerika, tetapi ada pula yang memutuskan untuk mengungsi ke Palestina. Penggerak di balik semua ini adalah gerakan Hobebei Tsion, yang sejak tahun 1882 bergiat mengembangkan suatu jati diri Ibrani yang berbeda dari keyahudian sebagai sebuah agama."{{sfn|LeVine|Mossberg|2014|p=211}}}}{{efn|group=lower-roman|name=Gelvin2014|Gelvin mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: "Kenyataan bahwa nasionalisme Palestina berkembang lebih kemudian daripada Sionisme, dan memang berkembang sebagai tanggapan terhadap Sionisme, sama sekali tidak mengecilkan nasionalisme Palestina maupun membuatnya tidak seabsah Sionisme. Semua gerakan nasionalisme muncul sebagai penentangan terhadap 'pihak lain'. Apa lagi alasan perlunya menjabarkan jati diri anda? Dan semua nasionalisme disifatkan oleh apa yang ditentangnya. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, Sionisme itu sendiri muncul sebagai reaksi terhadap gerakan-gerakan antisemit dan nasionalis eksklusioner di Eropa. Jadi keliru jika kita menilai Sionisme lantaran satu dan lain hal tidak seabsah antisemitisme atau nasionalisme-nasionalisme Eropa tersebut. Lagi pula Sionisme itu sendiri juga disifatkan oleh penentangannya terhadap warga pribumi Palestina. Baik slogan 'pendaulatan tanah' maupun slogan 'pendaulatan tenaga kerja', yang menjadi unsur pokok dari tuntutan dominan Sionisme di Yisyub, tercipta sebagai hasil konfrontasi kaum Sionis dengan bangsa Palestina selaku 'pihak lain'."{{sfn|Gelvin|2014|p=93}}}} [[Nasionalisme romansa|Nasionalisme romantis]] di [[Eropa Tengah]] dan [[Eropa Timur]] turut membantu kelahiran [[Haskalah]], atau gerakan "Pencerahan Yahudi", yang menimbulkan perpecahan di dalam komunitas Yahudi, yakni perpecahan antara golongan yang menganggap Yahudi sebagai agama mereka dan golongan yang menganggap Yahudi sebagai suku-bangsa atau bangsa mereka.{{sfn|Cohen|1989|pp=29–31}}{{sfn|LeVine|Mossberg|2014|p=211}} [[Pogrom anti-Yahudi di Kekaisaran Rusia|Pogrom-pogrom anti-Yahudi]] yang terjadi dalam rentang waktu 1881–1884 di Kekaisaran Rusia mendorong penguatan identitas golongan yang kedua. Dari golongan ini muncul organisasi-organisasi perintis yang disebut [[Hovevei Zion|Hobebei Tsion]] (Pencinta Sion), risalah ''[[Auto-Emansipasi|Swa-Emansipasi]]'' yang ditulis oleh [[Leon Pinsker]], dan gelombang pertama imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang secara retrospektif diberi nama "[[Aliyah Pertama|Aliyah Perdana]]".{{sfn|Rhett|2015|p=106}}{{sfn|Cohen|1989|pp=31–32}}{{sfn|LeVine|Mossberg|2014|p=211}}
 
[[Berkas:The "Basel Program" at the First Zionist Congress in 1897.jpg|jmpl|kiri|"[[Program Basel]]" disetujui dalam [[Kongres Zionis Pertama|Kongres Sionis yang pertama]] pada tahun 1897. Kalimat pertamanya berbunyi, "Sionisme berusaha menciptakan tempat tinggal (''Heimstätte'') bagi bangsa Yahudi di Palestina di bawah naungan hukum publik."]]
Baris 46:
[[Chaim Weizmann]], pemimpin kaum Sionis yang kelak menjadi Presiden Organisasi Sionis Sedunia dan [[Presiden Israel]] yang pertama, hijrah dari Swiss ke ke Inggris Raya pada tahun 1904. Ia berjumpa dengan [[Arthur Balfour]] dalam suatu pertemuan yang diatur oleh [[Charles Dreyfus]], wakil konstituen Yahudi dalam tim kampanye Arthur Balfour. Pertemuan ini berlangsung sesudah Arthur Balfour meletakkan jabatan perdana menteri dan baru saja mulai berkampanye dalam rangka menghadapi [[Pemilihan umum Britania Raya 1906|Pemilihan Umum Inggris Raya tahun 1906]].{{sfn|Weizmann|1949|pp=93–109}}{{efn|group=lower-roman|name=Defries|Defries mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: "Kendati enggan, Balfour sudah menyetujui usaha-usaha permulaan Chamberlain untuk menolong orang Yahudi mencari wilayah untuk dijadikan sebuah permukiman Yahudi. Menurut penulis biografinya, ia sudah cukup tertarik pada gerakan Sionisme menjelang akhir tahun 1905 sampai-sampai mengizinkan kepala hubungan konstituen Yahudi dalam partainya, Charles Dreyfus, untuk mengatur pertemuan dengan Weizmann. Mungkin sekali hatinya tergelitik oleh penolakan Kongres Sionis terhadap tawaran 'Uganda'. Agaknya mustahil Balfour 'teryakinkan untuk berubah' mendukung Sionisme lantaran pertemuan ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Weizmann dan digembar-gemborkan oleh penulis biografi Balfour. Balfour baru saja meletakkan jabatan perdana menteri ketika berjumpa dengan Weizmann."{{sfn|Defries|2014|p=51}}}} Sebelum itu pada tahun yang sama, Arthur Balfour berhasil memperjuangkan rancangan [[Aliens Act 1905|Undang-Undang Warga Asing]] dalam sidang parlemen dengan pidato-pidatonya yang berapi-api tentang perlunya membendung gelombang imigrasi pengungsi Yahudi dari Kekaisaran Rusia ke Inggris Raya.{{sfn|Klug|2012|pp=199–210}}<ref>[[Hansard]], [http://hansard.millbanksystems.com/commons/1905/may/02/aliens-bill-1 Aliens Bill]: HC Deb 02 Mei 1905 jld 145 cc768-808; dan [http://hansard.millbanksystems.com/commons/1905/jul/10/aliens-bill Aliens Bill], HC Deb 10 Juli 1905 jld 149 cc110-62</ref> Dalam pertemuan ini, ia menanyakan alasan keberatan Chaim Weizmann terhadap [[Program Uganda Britania|Rancangan Uganda]] tahun 1903 yang justru didukung oleh Theodor Herzl, yakni rencana penyerahan sebagian dari [[Afrika Timur Britania|wilayah protektorat Inggris Raya di Afrika Timur]] untuk dijadikan wilayah otonom orang Yahudi. Rancangan Uganda ditawarkan kepada Theodor Herzl oleh [[Joseph Chamberlain]], [[Sekretaris Negara untuk Koloni|Menteri Urusan Tanah Jajahan]] dalam kabinet Arthur Balfour, selepas berkunjung ke Afrika Timur pada tahun 1903.{{efn|group=lower-roman|Rovner mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: "Pada musim semi tahun 1903, menteri berusia enam puluh enam tahun yang rewel dalam urusan kerapian berpakaian itu baru saja pulang dari lawatannya ke tanah jajahan Inggris Raya di Afrika... Entah bagaimana caranya sehingga gagasan itu tercetus dalam benaknya, yang jelas Chamberlain menerima Herzl di kantornya cuma beberapa minggu seusai pogrom-pogrom di [[Chișinău|Kisyinyew]]. Dengan tatapan yang tajam menembus lensa monokelnya, ia menawarkan bantuan kepada Herzl. "Saya sudah menemukan tanah untuk anda dalam penjalanan lawatan saya," kata Chamberlain kepada Herzl, "yaitu Uganda. Memang letaknya tidak di pesisir, tetapi semakin masuk ke pedalaman semakin bagus iklimnya, bahkan cocok bagi orang Eropa… lalu terbersit dalam pikiran saya, sepertinya ini tanah yang tepat untuk Dr. Herzl." "{{sfn|Rovner|2014|pp=51–52}}}} Menyusul kematian Theodor Herzl, rancangan ini ditolak lewat pemungutan suara dalam Kongres Sionis yang ketujuh pada tahun 1905,{{efn|group=lower-roman|Rovner mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: "Pada sore hari keempat penyelenggaraan kongres, Nordau yang sudah terlihat lelah mengajukan tiga resolusi ke hadapan dewan delegasi, yakni (1) bahwasanya Organisasi Sionis mengarahkan seluruh usaha pemukiman di masa yang akan datang semata-mata ke Palestina; (2) bahwasanya Organisasi Sionis berterima kasih kepada pemerintah Inggris Raya atas tawaran wilayah otonom di Afrika Timur; dan (3) bahwasanya orang Yahudi yang menyatakan kesediaannya untuk mendukung Program Basel sajalah yang dibenarkan menjadi anggota Organisasi Sionis." Zangwill berkeberatan… Ketika Nordau menegaskan bahwa kongres berhak untuk meloloskan resolusi-resolusi tersebut, Zangwill pun berang. "Anda akan didakwa di hadapan pengadilan sejarah," katanya menantang Nordau… Mulai sekitar pukul 1:30 lewat tengah hari, pada hari Minggu tanggal 30 Juli 1905, seorang Sionis dimaknai sebagai orang yang mengusung Program Basel dan satu-satunya "tafsir sah" dari program tersebut yang membatasi kegiatan pemukiman di Palestina saja. Zangwill dan para pendukungnya tidak dapat menerima "tafsir sah" dari Nordau yang mereka yakini akan mengakibatkan penelantaran massa Yahudi dan visi Herzl. Salah seorang teritorialis mengklaim Usisykin beserta para pemilik hak suara yang sehaluan dengannya sudah nyata-nyata "mengubur Sionisme politik"."{{sfn|Rovner|2014|p=81}}}} sesudah dua tahun menjadi pokok perdebatan sengit di dalam Organisasi Sionis.{{sfn|Rovner|2014|pp=51–81}} Chaim Weizmann menjawab pertanyaan Arthur Balfour dengan mengemukakan keyakinannya bahwa kecintaan orang Yahudi terhadap Yerusalem sebanding dengan kecintaan orang Inggris terhadap kota London.{{efn|group=qt|Menurut memoar Weizmann, isi perbincangan mereka adalah sebagai berikut: "Tuan Balfour, misalkan saya menawarkan Paris alih-alih London kepada Tuan, apakah Tuan akan terima tawaran saya?" Beliau bangkit berdiri, menatap saya, lalu menjawab, "Tapi Dr. Weizmann, kami punya London." "Itu benar," kata saya, "tapi kami dulu punya Yerusalem sewaktu London masih rawa-rawa." Beliau ... mengutarakan dua hal yang terus terngiang-ngiang dalam ingatan saya. Yang pertama adalah, "banyakkah orang Yahudi yang sepikiran dengan anda?" Saya jawab, "saya yakin bahwa saya menyuarakan isi benak jutaan orang Yahudi yang tidak akan pernah Tuan jumpai dan yang tidak dapat menyuarakan sendiri pendapat mereka." ... Menanggapi ucapan saya ini, beliau berkata, "jika betul demikian, kalian dapat menjadi kekuatan besar suatu hari nanti." Tak lama sebelum saya pamit, Balfour berkata, "Saya heran. Orang-orang Yahudi yang saya jumpai agak berbeda." Saya jawab, "Tuan Balfour, yang Tuan jumpai itu jenis orang Yahudi yang keliru".{{sfn|Weizmann|1949|p=111}}}}
 
Pada bulan Januari 1914, Chaim Weizmann berjumpa dengan [[Edmond James de Rothschild|Baron Edmond de Rothschild]], anggota [[Keluarga perbankan Rothschild di Prancis|keluarga besar Rothschild cabang Prancis]] dan salah seorang penganjur utama gerakan Sionisme,{{sfn|Lewis|2009|pp=73–74}} untuk membicarakan proyek pembangunan Universitas Ibrani di [[Yerusalem]].{{sfn|Lewis|2009|pp=73–74}} Kendati bukan bagian dari Organisasi Sionis Sedunia, Baron Edmond de Rothschild telah berjasa mendanai pembentukan [[Moshava|koloni-koloni tani Yahudi]] Aliyah PerdanaPertama dan mengalihkannya kepada [[Asosiasi Kolonisasi Yahudi]] pada tahun 1899.{{sfn|Penslar|2007|pp=138–139}} Tidak percuma Chaim Weizmann berkenalan dengan Baron Edmond de Rothschild karena beberapa bulan kemudian, putra sang baron, [[James de Rothschild (politikus)|James de Rothschild]], minta dipertemukan dengan Chaim Weizmann pada tanggal 25 November 1914. James de Rothschild berharap Chaim Weizmann bersedia membantunya memengaruhi orang-orang di lingkungan pemerintahan Inggris Raya yang ia anggap dapat menerima rencana pendirian "Negara Yahudi" di Palestina.{{efn|group=qt|Weizmann menjabarkan jalannya pertemuan ini dalam catatannya sebagai berikut: "[James] beranggapan bahwa aspirasi-aspirasi orang Yahudi terkait Palestina akan ditanggapi dengan sangat baik di lingkungan pemerintahan, yang akan mendukung proyek semacam itu, dilihat dari sudut padangan kemanusiaan maupun dari sudut pandang politik Inggris. Pembentukan komunitas Yahudi yang kuat di Palestina akan dipandang sebagai sebuah aset politik yang bernilai tinggi. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa tuntutan-tuntutan yang ujung-ujungnya cuma meminta dukungan terhadap usaha kolonisasi orang Yahudi di Palestina sesungguhnya terlampau bersahaja dan tidak cukup mampu menggugah para negarawan Inggris Raya. Orang semestinya meminta sesuatu yang lebih besar daripada itu dan yang mengarah kepada pembentukan Negara Yahudi."{{sfn|Gutwein|2016|pp=120–130}} Gutwein menafsirkan diskusi ini sebagai berikut: "Anjuran James agar kaum Sionis tidak terhenti pada tuntutan pemukiman orang Yahudi di Palestina saja, tetapi meradikalisasi tuntutan-tuntutan mereka akan sebuah negara Yahudi, mencerminkan kontrasnya sikap politik antara golongan reformis, yang sedianya akan mendukung pemukiman orang Yahudi di Palestina sebagai bagian dari usaha reorganisasi Kekaisaran Turki Osmanli, dan golongan radikal, yang memandang negara Yahudi sebagai alat pemecah-belah Kekaisaran Turki Osmanli. Sekalipun James menegaskan bahwa tuntutan akan sebuah negara Yahudi akan membantu usaha mendapatkan dukungan para negarawan Inggris Raya, jika menilik penentangan Asquith dan Grey terhadap tuntutan ini, agaknya isi penyampaian James yang kurang tepat kalau tidak dapat dikatakan menyesatkan itu dimaksudkan untuk membujuk Weizmann, yang sama artinya dengan membujuk kaum Sionis, untuk membantu golongan radikal dan Lloyd George."{{sfn|Gutwein|2016|pp=120–130}}}}{{sfn|Schneer|2010|pp=129–130|ps=: "Baron James memohon dengan sangat kepadanya..."}} Melalui istri James de Rothschild, [[Dorothy de Rothschild]], Chaim Weizmann berkenalan dengan [[Rózsika Rothschild]], yang kemudian mengenalkannya kepada [[Keluarga perbankan Rothschild di Inggris|keluarga besar Rothschild cabang Inggris]], teristimewa suaminya, [[Charles Rothschild]], dan abang iparnya, [[Walter Rothschild, 2nd Baron Rothschild|Walter Rothschild]], seorang [[zoologi|ahli zoologi]] dan mantan [[anggota parlemen]] Inggris Raya.{{sfn|Schneer|2010|p=130}} [[Nathan Rothschild, 1st Baron Rothschild|Nathan Rothschild, Baron Rothschild yang pertama]], kepala puak Rothschild cabang Inggris, menjaga jarak aman dengan Sionisme, tetapi ia wafat pada bulan Maret 1915, dan gelar kebangsawanannya diwarisi oleh Walter Rothschild.{{sfn|Schneer|2010|p=130}}{{sfn|Cooper|2015|p=148}}
 
Sebelum pencanangan Deklarasi Balfour, sekitar 8.000 dari 300.000 warga Yahudi Inggris Raya adalah anggota organisasi kaum Sionis.{{sfn|Stein|1961|pp=66–67}}{{sfn|Schneer|2010|p=110}} Di peringkat global, per 1913 (tahun data termutakhir prapencanangan Deklarasi Balfour), kira-kira 1% dari jumlah orang Yahudi sedunia adalah anggota organisasi kaum Sionis.{{sfn|Fromkin|1990|p=294}}
Baris 66:
Terhitung sampai tahun 1916, sudah empat abad lamanya Palestina [[Perang Utsmaniyah-Mamluk (1516–1517)|menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Osmanli]].{{sfn|Cleveland|Bunton|2016|p=38}} Nyaris sepanjang kurun waktu empat abad tersebut, orang Yahudi menjadi kaum minoritas di Palestina, yakni sekitar 3% saja dari keseluruhan populasi. Umat Islam merupakan bagian terbesar dari populasi Palestina, disusul oleh umat Kristen.{{sfn|Quigley|1990|p=10}}{{sfn|Friedman|1973|p=282}}<ref>{{harvnb|Della Pergola|2001|p=5}} dan {{harvnb|Bachi|1974|p=5}}</ref>{{efn|group=lower-roman|Yonathan Mendel mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut: Persentase orang Yahudi di Palestina sebelum kebangkitan Sionisme dan gelombang-gelombang [[aliyah]] tidak dapat dipastikan angkanya, tetapi mungkin sekali berkisar antara 2 sampai 5 persen. Menurut catatan-catatan Kekaisaran Turki Osmanli, pada tahun 1878, jumlah keseluruhan penduduk di kawasan yang kini menjadi wilayah Israel/Palestina berjumlah 462.465 jiwa pada tahun 1878. Jumlah keseluruhan ini terdiri atas 403.795 jiwa (87%) umat Islam, 43.659 jiwa (10%) umat Kristen, dan 15.011 jiwa (3%) umat Yahudi (dikutip dalam Alan Dowty, Israel/Palestine, Cambridge: Polity, 2008, hlm. 13). Baca juga Mark Tessler, A History of the Israeli–Palestinian Conflict (Bloomington, IN: Indiana University Press, 1994), hlmn. 43 dan 124.{{sfn|Mendel|2014|p=188}}}}
 
Pemerintah Turki Osmanli di [[Istambul]] mulai memberlakukan pembatasan-pembatasan terhadap imigrasi orang Yahudi ke Palestina menjelang akhir tahun 1882 setelah menyaksikan gelombang [[Aliyah Pertama|Aliyah Perdana]] yang berawal pada permulaan tahun itu.{{sfn|Friedman|1997|pp=39–40}} Meskipun imigrasi orang Yahudi sedikit banyak menimbulkan ketegangan dengan populasi lokal Palestina, terutama dengan golongan saudagar dan [[Ayan Utsmaniyah|pemuka masyarakat]], pada tahun 1901, [[Gerbang Agung]] (pemerintah pusat Turki Osmanli) memberi orang Yahudi hak yang sama dengan orang Arab untuk membeli tanah di Palestina, dan persentase orang Yahudi dari jumlah populasi Palestina pun meningkat menjadi 7% pada tahun 1914.{{sfn|Tessler|2009|p=144}} Pada waktu yang sama, dengan meningkatnya rasa tidak percaya terhadap [[Turki Muda|Kaum Muda Turki]] – kaum nasionalis Turki yang telah [[Revolusi Turki Muda|merebut tampuk pemerintahan negara Kekaisaran Turki Osmanli]] pada tahun 1908 – dan [[Aliyah Kedua]], gerakan [[nasionalisme Arab]] serta [[nasionalisme Palestina]] semakin bertumbuh, dan semangat anti-Sionisme menjadi ciri pemersatu di Palestina.{{sfn|Tessler|2009|p=144}}{{sfn|Neff|1995|pp=159–164}}<!-- Historians do not know whether these strengthening forces would still have ultimately resulted in conflict in the absence of the Balfour Declaration.{{efn|group=lower-roman|Schneer noted that: "The Balfour Declaration was not, in and of itself, the source of trouble in a land that previously had been more or less at peace, but nor was it a mere signpost on a road heading undivertibly toward a cliff. No one can say what the course of events in Palestine might have been without it. What did come was the product of forces and factors entirely unforeseen."{{sfn|Schneer|2010|p=14}}}}-->
 
=== Perang Dunia I ===