Hubungan Indonesia dengan Korea Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
'''Hubungan Indonesia–Korea Utara''' mengacu pada hubungan [[bilateralisme|bilateral]] [[Indonesia]] dan [[Korea Utara]]. Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang masih membina hubungan baik dengan Korea Utara, walaupun Korea Utara dikenai sanksi dan isolasi internasional akibat [[hak asasi manusia di Korea Utara|pelanggaran HAM]] dan [[Korea Utara dan senjata penghancur massal|program rudal nuklirnya]].
 
Kedua negara sudah berhubungan sejak masa pemerintahan [[Soekarno]] dan [[Kim Il-sung]] pada tahun 1960-an. Indonesia memiliki kedutaan besar di [[Pyongyang]], sedangkan Korea Utara memiliki kedutaan besar di [[Jakarta]]. Keduanya adalah anggota [[Gerakan Non-Blok]].[[File:North Korea Embassy for Indonesia.jpg|thumb|Kantor [[Kedutaan]] [[Korea Utara]] untuk [[Indonesia]] di [[Menteng, Jakarta Pusat]].|335x335px]]
 
Menurut [[BBC]] World Service Poll tahun 2013, 42% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara positif, sementara 22% lainnya memiliki pandangan negatif. Persentase opini baik Indonesia terhadap Korea Utara adalah yang kedua tertinggi di dunia setelah Ghana.<ref>[http://www.globescan.com/images/images/pressreleases/bbc2013_country_ratings/2013_country_rating_poll_bbc_globescan.pdf 2013 World Service Poll] ''[[BBC]]''</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:DPRK's Embassy in Jakarta.jpg|jmpl|Tampak depan kantor [[Kedutaan Besar]] [[Korea Utara]] di [[Menteng, Jakarta Pusat]]]]
Indonesia sudah membina hubungan yang relatif baik dengan Korea Utara sejak diresmikan tahun 1961. Salah satu faktor suksesnya hubungan ini adalah kedua negara tidak saling mencampuri urusan dalam negerinya. Saat Presiden Kim Il-sung mengunjungi Indonesia tahun 1965, Presiden Soekarno mengajaknya berkeliling [[Kebun Raya Bogor]] dan Kim tertarik dengan bunga anggrek dari Makassar. Soekarno menamai bunga tersebut ''[[Kimilsungia]]'' dan menyebutnya sebagai simbol persahabatan abadi antar kedua negara. Anggrek ungu ''Kimilsungia'' telah menjadi bagian integral propaganda Korea Utara yang menyangkut Kim Il-sung.<ref name="DailyMail">{{cite web
| title = Here's us with the Kims: North Koreans flock in their thousands to celebrate 100th anniversary of founding father's birth... with a happy snap in front of massive portrait
Baris 22 ⟶ 21:
| date = Sunday, 24 March 2002, 07:48 GMT
| publisher= BBC
| accessdate =6 June 2013 }}</ref> Tahun 2002, presiden Presidium Dewan Agung Rakyat Republik Rakyat Demokratik Korea, [[Kim Yong-nam]], bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2005, Kim Yong-nam mengunjungi Indonesia untuk menghadiri Asian-African Conference Commemorative. Bulan Mei 2012, Kim Yong-nam melakukan kunjungan resmi ke Jakarta. Kunjungan tersebut dimanfaatkan para aktivis HAM dan demokrasi Indonesia untuk meminta Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mendorong demokratisasi dan perlindungan hak asasi manusia di negara yang terisolasi tersebut.<ref name="JakartaPost1">{{cite web
| accessdate =6 June 2013 }}</ref>
 
Tahun 2002, presiden Presidium Dewan Agung Rakyat Republik Rakyat Demokratik Korea, [[Kim Yong-nam]], bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2005, Kim Yong-nam mengunjungi Indonesia untuk menghadiri Asian-African Conference Commemorative. Bulan Mei 2012, Kim Yong-nam melakukan kunjungan resmi ke Jakarta. Kunjungan tersebut dimanfaatkan para aktivis HAM dan demokrasi Indonesia untuk meminta Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mendorong demokratisasi dan perlindungan hak asasi manusia di negara yang terisolasi tersebut.<ref name="JakartaPost1">{{cite web
| title = Human rights concerns cloud North Korea’s leader visit to RI
| url = http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/14/human-rights-concerns-cloud-north-korea-s-leader-visit-ri.html