Nederlandsch Zendeling Genootschap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Kalinjuhang (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10:
 
Kondisi untuk membuka daerah misi baru dapat dikatakan menguntungkan pada akhir tahun 1890-an. Setelah arus keluar pendeta ortodoks ke UZV, sekitar tahun 1864, orang-orang ortodoks bergabung dengan NZG pada tahun 1970-an dan 1980-an, menciptakan keinginan untuk membuka daerah-daerah baru. Pada periode tahun 1864 dan 1890, NZG hanya mengirimkan 11 orang, termasuk enam pengkhotbah bantuan. Salah satunya, Roskes, kembali ke Belanda dan menjadi wakil direktur NZG. Tahun 1890 dianggap sebagai tahun meningkatnya kejayaan lembaga misionaris. Sekolah Zending mulai mendidik siswa dalam jumlah besar dan ada pembicaraan lagi tentang perluasan jumlah pos pekabaran Injil. Menurut Neurdenburg, tidak semua orang bisa ditempatkan di Jawa, dan dengan demikian, pos pekabaran Injil yang baru harus dibuka.{{sfn|Noort|2006|p=30}}
 
14 April 1890, Pdt. H.C. Krujt bersama Nicolas Pontoh menginjakkan kakinya di Tanah Karo ([[Sumatera Timur]], sekarang [[Sumatera Utara]]). Krujt sebelumnya sudah bertugas di Minahasa, dan kemudian ditugaskan oleh NZG untuk mengemban misi untuk mengkristenkan [[Suku Karo]].
 
Penugasan Krujt cenderung bersifat politis untuk menjinakkan Suku Karo yang sedang melakukan perlawanan kepada pihak [[Belanda]] dengan melakukan pembakaran terhadap bangsal/gudang perusahaan-perusahaan Eropah di Sumatera Timur. Menyadari hal tersebut, Krujt kemudia memilih berhenti dan kembali ke Belanda dan menjadi penulis hingga akhir hidupnya.
 
NZG kemudia mengirim Pdt. J.K. Wijngaarden yang sebelumnya bertugas di Pulau Sawi untuk menggantikan tugas yang ditinggalkan Krujt. Namun beliau meninggal dunia saat bertugas akibat terserang malaria, sehingga tugasnya sementara dilanjutkan oleh istrinya Dina Wijgaarden hingga penggantinya Pdt. M. Joustra tiba.
 
Tanggal 14 April 1890 kemudian diperingati sebagai hari <i> Sehna Berita Meriah Man Kalak Karo </i> atau hari "Sampainya Injil kepada orang Karo". Dan 9 tahun kemudian (24 Desember 1899) bangunan gereja pertama kali bagi Suku [[Karo]] berdiri dan ditahbiskan oleh Pdt. Meint Joustra di [[Buluhawar]]. Yang dikenal dengan [[Karo Kerk]] atau [[Gereja Karo]].
 
Di [[Poso]], [[Sulawesi Tengah]], pembaptisan kepala suku dilakukan oleh [[Philip Heinrich Christoph Hofman]] pada [[hari Natal]] tahun 1909. Zending juga dilakukan terhadap daerah-daerah yang telah memeluk agama [[Katolik]].