Sejarah Korea Utara: Perbedaan antara revisi

ketika komunis ada di Korea
Konten dihapus Konten ditambahkan
halaman baru
Tag: tanpa kategori [ * ]
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 28 November 2019 05.11

Sejarah Korea Utara dimulai saat Jepang menyerah di akhir Perang Dunia II pada 1945 sehingga membuat perpisahan antara Korea di garis 38. Uni Soviet menduduki bagian utara, sementara Amerika Serikat menduduki bagian selatan. Uni Soviet dan amerika Serikat gagal untuk mencapai kesepakatan menyatukan kembali negara tersebut, dan pada 1948 kedua negara mendirikan dua pemerintahan yang terpisah - Uni Soviet membentuk Republik Demokratik Rakyat Korea sementara barat membentuk Republik Korea yang keduanya saling mengklaim sebagai pemerintah resmi yang berdaulat atas seluruh wilayah Korea.

Pada 1950 saat Perang Korea pecah, pemisahan garis di pararel utara ke-38 digantikan menjadi Zona Demiliterisasi Korea. Ketegangan antara kedua pihak terus berlanjut. Kim-Il-Sung memimpin korea hingga akhir hidupnya pada 1994. Ia membangun budaya pemujaan individu atas dasar prinsip Juche. Putra Kim-Il-Sung, Kim-Jong-il menjadi penerusnya dan kekuasaan tersebut masih diteruskan hingga putranya, Kim Jong-un. Korea Utara mendapat perhatian internasional atas program misil nuklir nya. Pada 2018, Kim Jong-un membuat usul perdamaian antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Sebelum Pemisahan

Pada 1910 hingga akhir Perang Dunia II, Korea berada dibawah jajahan Jepang. Kebanyakan penduduk Korea menjadi petani. Pada 1930an, Jepang membangun pertambangan, bendungan hidro elektrik dan pabrik manufaktur di utara Korea dan Manchuria. Warga kelas pekerja Korea meningkat drastis dan banyak penduduknya yang pindah bekerja di Manchuria. Sebagai dampak, 65% industri berat Korea berlokasi di utara.

Pergerakan melawan pendudukan imperialisme kolonial Jepang meningkat yang dipimpin oleh pemimpin gerilya komunis Kim Il-sung.

Korea bagian utara mendapatkan lebih sedikit paparan budaya barat, terutama terhadap masuknya agama. Sejak kehadiran para misionaris pada akhir abad ke-19, barat laut Korea,dan Pyongyang sangat kuat dengan Kekristenan hingga Pyongyang dijuluki sebagai "Yerusalem dari Timur"

Pranala luar