Shafi bin Shayyad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
| disappeared_place = Dataran Aqraba, [[Yamamah]], [[Najd]], [[Kekhalifahan Rasyidin]] (sekarang [[Saudi Arabia]])
| disappeared_status = Menghilang
| other_names = Ibnu Shayyad, Shafi bin Shayyad, Abdullah bin Shayyad. Pendapat lain menuliskan nama bapaknya dengan Sha’id, Ibnu Sha’id.<ref>Lihat ''Fat-hul Baari'' (III/220, VI/164), ''‘Umdatul Qaari Syarh al-Bukhari'' (VIII/170, XIV/278-303), karya Badruddin al-‘Aini, cet. Darul Fikr, ''an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim'' (I/128), ''Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim'' (XVIII/46), ''‘Aunul Ma’buud'' (XI/).</ref>
| occupation = Dukun
| years_active =
| known_for = *Mengaku seorang nabi
Baris 25:
{{Eskatologi Islam}}
 
'''Abdullah bin Shayyad''' ({{lang-ar|عبدالله بن الصياد}}) adalah seorang anak [[remaja]] [[Yahudi Arab]] yang mengaku kenabian dihadapan [[Nabi Muhammad]]. Ia diduga kuat [[Dajjal]] yang sedang menyamar sebagai manusia biasa oleh [[Umar bin Khattab]], namun Nabi [[Muhammad]] sendiri tidak mengetahu secara pasti apakah anak ini Dajjal atau bukan.<ref>Maka Rasulullahrasulullah {{saw}} berkata kepada ‘Umar bin Al-Khaththab: “Jika ia (Ibnu Shayyad) adalah dia (Dajjal), engkau tidak akan mampu mengalahkannya, dan jika bukan, sia-sialah kamu membunuhnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad no. hadits 6075 dan 6076. Al-Imam Al-Bukhari dalam ''Kitabul Jana`iz'' no. hadits 1354, Al-Imam Muslim dalam ''Kitabul Fitan wa Asyrathus Sa’ah'' no. hadits 2930, Al-Imam Abu Dawud, dalam ''Kitabul Malahim bab Fi Khabari Ibnu Sha’id'' no. hadits 4329, Al-Imam At-Tirmidzi dalam ''Kitabul Fitan ‘an Rasulillah'' no. hadits 2175).</ref> Nama panggilan dari ibunya ketika nabi mengintai Ibnu Shayyad adalah Shafi ({{lang-ar|الصف‎}}).
 
Anaknya yang bernama [[Ummarah‘Umarah]] bin Abdullah bin Shayyad seorang tokoh panutan dikalangan ulama [[Tabi'in]] yang banyak meriwayatkan [[hadits]]. [[Ibnu Katsir]] mengatakan bahwa Ibnu Shayyad masuk Islam, dan anaknya adalah ‘Umarah yang termasuk di antara Tabi’in yang terkemuka. [[Imam Malik]] dan yang lainnya meriwayatkan darinya.<ref>Lihat ''an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim'' (I/128), tahqiq Dr. Thaha Zaini.</ref>
 
==Awal kehidupan==
Ia dilahirkan dari keluarga Arab beragama [[Yahudi]] yang tinggal di [[Madinah]]. Tatkala Nabi Muhammad {{saw}} datang ke Madinah, ia masih kanak-kanak.

Ibnu Shayyad mengaku bahwa dia adalah seorang [[nabi]] ketika dia berada di ambang masa remaja, dan pada awalnya ia diyakini sebagai mesias palsu, karena karakteristiknya sama dengan karakteristik mesias palsu (Dajjal). Dia memiliki kemampuan yang orang biasa tidak memilikinya. Permusuhannya dengan [[Muhammad]] memberi alasan kuat para [[ulama]] bahwa ia adalah Dajjal.
 
Keadaan Ibnu Shayyad ketika bayi ini cukup aneh. Ibunya mengandung Ibnu Shayyad selama dua belas bulan. Ketika lahir matanya buta sebelah dan dia sudah berkhitan. Keanehan-keanehan inilah yang kemudian menjadi sebab tersebar berita di penjuru [[Madinah]] bahwa dialah [[Dajjal|Al-Masih Ad-Dajjal]]. Tidak heran berita ini tersebar, beberapa sifatnya mirip seperti Dajjal sebagaimana rasulullah {{saw}} kabarkan.
Baris 46 ⟶ 48:
Rasulallah {{saw}} tak mau mengakui dan menjawab, "Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya." Rasulallah {{saw}} lantas bertanya kembali kepadanya, "Apa yang engkau lihat?" Ibnu Shayyad menjawab, "Aku didatangi oleh seorang yang jujur dan seorang pendusta." Rasulullah pun memotong pembicaraan itu, "Sosokmu meragukan." Rasulullah melanjutkan, "Aku menyimpan sesuatu darimu." Ibnu Shayyad menjawab, "Yang engkau simpan itu adalah kata ''Dukh''." Rasulallah pun menyahut, "Diam! Kemampuanmu tdak bisa mencapainya."
 
Umar bin Khattab lalu angkat bicara, "Wahai rasulallah, izinkan aku memenggal lehernya." Nabi pun bersabda. "Jika benar bahwa Ibnu Shayyad itu Dajjal, maka engkau tidak bisa membunuhnya." Nabi melanjutkan lagi, "Jika ia bukan Dajjal, maka tidak ada gunanya engkau membunuhnya."<ref name="Hadits riwayat Abdullah bin Umar no.419">Bahwa Umar bin Khathab pergi bersama rasulullah {{saw}} dalam suatu rombongan menuju tempat Ibnu Shayyad dan menjumpainya sedang bermain dengan anak-anak kecil di dekat gedung Bani Maghalah, sedangkan pada waktu itu Ibnu Shayyad sudah mendekati usia balig. Ia tidak merasa kalau ada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam sehingga beliau menepuk punggungnya lalu nabi berkata kepada Ibnu Shayyad: Apakah kamu bersaksi bahwa aku ini utusan Allah? Ibnu Shayyad memandang beliau lalu berkata: Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan orang-orang yang buta huruf. Lalu Ibnu Shayyad balik bertanya kepada rasulullah {{saw}}: Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Beliau menolaknya dan bersabda: Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. Kemudian rasulullah {{saw}} berkata kepadanya: Apa yang kamu lihat? Ibnu Shayyad berkata: Aku didatangi orang yang jujur dan pendusta. Maka rasulullah {{saw}} bersabda: Perkara ini telah menjadi kabur bagimu. Lalu rasulullah {{saw}} melanjutkan: Aku menyembunyikan sesuatu untukmu. Ibnu Shayyad berkata: Asap. Beliau bersabda: Pergilah kau orang yang hina! Kamu tidak akan melewati derajatmu! Umar bin Khathab berkata: Wahai rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya! Beliau bersabda: Kalau dia Dajjal, dia tidak akan dapat dikalahkan, kalau bukan maka tidak ada baiknya kamu membunuh dia. Salim bin Abdullah berkata: Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata: Sesudah demikian, rasulullah dan Ubay bin Kaab Al-Anshari pergi menuju ke kebun korma di mana terdapat Ibnu Shayyad. Setelah masuk ke kebun beliau segera berlindung di balik batang pohon korma mencari kelengahan untuk mendengarkan sesuatu yang dikatakan Ibnu Shayyad sebelum Ibnu Shayyad melihat beliau. Maka Rasulullah {{saw}} dapat melihat ia sedang berbaring di atas tikar kasar sambil mengeluarkan suara yang tidak dapat dipahami. Tiba-tiba ibu Ibnu Shayyad melihat rasulullah {{saw}} yang sedang bersembunyi di balik batang pohon korma lalu menyapa Ibnu Shayyad: Hai Shaaf, (nama panggilan Ibnu Shayyad), ini ada Muhammad! Lalu bangunlah Ibnu Shayyad. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Seandainya ibunya membiarkannya, maka akan jelaslah perkara dia. Diceritakan oleh Salim, bahwa Abdullah bin Umar berkata: Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdiri di tengah-tengah orang banyak lalu memuji Allah dengan apa yang layak bagi-Nya kemudian menyebut Dajjal seraya bersabda: Sungguh aku peringatkan kamu darinya dan tiada seorang nabi pun kecuali pasti memperingatkan kaumnya dari Dajjal tersebut. [[Nabi Nuh]] {{as}} telah memperingatkan kaumnya, tetapi aku terangkan kepadamu sesuatu yang belum pernah diterangkan nabi-nabi kepada kaumnya. Ketahuilah, Dajjal itu buta sebelah matanya, sedangkan Allah Maha Suci lagi Maha Luhur tidak buta. (Hadits riwayat Abdullah bin Umar no. 419, Shahih Muslim Kitabul Iman oleh Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi, Bab Keutamaan Iman dan Pahalanya).</ref>
Umar bin Khattab lalu angkat bicara, "Wahai rasulallah, izinkan aku memenggal lehernya." Nabi pun bersabda. "Jika benar bahwa Ibnu Shayyad itu Dajjal, maka engkau tidak bisa membunuhnya." Nabi melanjutkan lagi, "Jika ia bukan Dajjal, maka tidak ada gunanya engkau membunuhnya."
 
Dalam riwayat [[Imam Ahmad]] dari [[Jabir bin Abdillah]] tentang nabi menemui Ibnu Shayyad dengan beberapa pertanyaan dan permintaan [[Umar bin Khattab]] untuk membunuh Ibnu Shayyad, akan tetapi nabi memberitahu kepada Umar, bahwa yang dapat membunuh Dajjal hanyalah [[Nabi Isa]], dan jika ia bukan Dajjal maka Umar tidak berhak membunuh seseorang yang ada di dalam perjanjian.<ref>Riwayat Imam Ahmad dari Jabir bin Abdillah tentang kisah nabi {{saw}} yang pergi kepada Ibnu Shayyad dan pertanyaan yang diajukan kepadanya, juga perkataan ‘Umar radhiyallahu anhu tentangnya, “Izinkanlah aku untuk membunuhnya wahai rasulullah!” lalu rasulullah {{saw}} berkata, “Jika dia memang (Dajjal), maka bukan engkau bagiannya, karena yang akan membunuhnya hanyalah [[Isa bin Maryam]] {{as}}, dan jika dia bukan (Dajjal), maka engkau tidak berhak membunuh seseorang yang ada di dalam perjanjian.”<ref> ''Al-Fathur Rabbaani'' (XXIV/64-65).</ref>
 
Dalam riwayat lain, bahwasanya nabi bertanya kepada Ibnu Shayyad, mengenai apa yang dia lihat. Ibnu Shayyad menjawab bahwa ia melihat singgasana di atas [[air]], nabi menjelaskan bahwa itu adalah singgasana [[Iblis]] yang berada di atas lautan. Kemudian nabi bertanya kembali apa yang dia lihat, Ibnu Shayyad menjawab ia melihat dua orang jujur dan satu orang pendusta atau dua orang pendusta dan satu orang jujur. Nabi berkata untuk meninggalkan Ibnu Shayyad karena pikirannya sudah kacau.<ref>Nabi {{saw}} bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lihat?” Dia menjawab, “Aku melihat singgasana di atas [[air]], lalu rasulullah {{saw}} berkata, “Engkau melihat singgasana [[iblis]] di atas lautan, apa lagi yang engkau lihat?” Dia menjawab, “Aku melihat dua orang yang jujur dan satu orang pendusta, atau dua orang pendusta dan satu orang yang jujur.” Kemudian rasulullah {{saw}} berkata, “Pikirannya telah kacau, tinggalkanlah dia!” Shahiih Muslim, ''Kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah'', bab ''Dzikru Ibni Shayyad'' (XVIII/49-50, Syarh an-Nawawi).</ref>
Dalam riwayat [[Imam Ahmad]] dari [[Jabir bin Abdillah]] tentang kisah nabi {{saw}} yang pergi kepada Ibnu Shayyad dan pertanyaan yang diajukan kepadanya, juga perkataan ‘Umar radhiyallahu anhu tentangnya, “Izinkanlah aku untuk membunuhnya wahai rasulullah!” lalu rasulullah {{saw}} berkata, “Jika dia memang (Dajjal), maka bukan engkau bagiannya, karena yang akan membunuhnya hanyalah [[Isa bin Maryam]] {{as}}, dan jika dia bukan (Dajjal), maka engkau tidak berhak membunuh seseorang yang ada di dalam perjanjian.”<ref>Al-Fathur Rabbaani (XXIV/64-65).</ref>
 
===Usaha nabi menyingkap Ibnu Shayyad===
[[Salim bin Abdullah]] juga menuturkan, ia mendengar [[Abdullah bin Umar]] meriwayatkan, bahwa setelah kejadian itu rasulallah {{saw}} dan [[Ubay bin Ka'ab]] al Anshari mendatangi kebun [[kurma]], tempat Ibnu Shayyad berada. Ketika memasuki kebun kurma itu, rasulallah {{saw}} berjalan perlahan dibalik pepohonan, dan mengendap-endap mendekati Ibnu Shayyad, untuk mendekati Ibnu Shayyad untuk mendengar apa saja yang dibicarakan, sebelum ia melihat kedatangan nabi.
 
Pada saat itu, rasulallah {{saw}} melihatnya sedang berbaring di atas selembar kain, menggumamkan kalimat-kalimat samar yang nyaris tidak bisa dipahami. Pada saat bersamaan ibu Ibnu Shayyad melihat rasulallah yang bersembunyi dibalik pohon kurma. Ia pun berteriak kepada anak lelakinya, "Hai Shafi, Muhammad datang!" Mendengar teriakan ibunya itu, Ibnu Shayyad langsung bangun. Rasulallah pun berkata, "Jika ibunya membiarkan, kita pasti bisa tahu siapa dia sebenarnya."<ref name="Hadits riwayat Abdullah bin Umar no.419"/>
 
==Ketika dewasa==