Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor Suntingan seluler lanjutan
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 223:
| [[Bandung]] || align="center" | 101.729 || align="center" | 4,25%
|-
| [[Jabodetabek|Jakarta Raya]] || align="center" | 305889.538 039 || align="center" | 3,18%
|-
| [[Singapura]] || align="center" | 215.073052 || align="center" | 0,043%
|-
| colspan="3" | *Persentase dari keseluruhan penduduk kota<ref>Badan Pusat Statistik, Sensus 2000.</ref><ref name="Naim"/>
Baris 239:
[[Merantau]] pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat [[migrasi]] pertama terjadi pada abad ke-7, di mana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari pedalaman Minangkabau melakukan perdagangan di muara [[Kota Jambi|Jambi]], dan terlibat dalam pembentukan [[Kerajaan Malayu]].<ref>{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|authorlink=|coauthors=|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=|year=2006|location=|url=|doi=|isbn=|pages=|ref=Munoz}}</ref> Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatra. Mereka mendirikan koloni-koloni dagang di [[Kabupaten Batubara|Batubara]], [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], hingga melintasi selat ke [[Penang]] dan [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatra. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak bermukim di [[Meulaboh]], [[Aceh]] tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutan [[Aneuk Jamee]]; [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Sibolga, Tapanuli Tengah|Sibolga]], [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Bengkulu]], hingga [[Lampung]].<ref>{{cite book|last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784–1847|ref=Dobbin}}</ref> Setelah [[Kesultanan Malaka]] jatuh ke tangan [[Portugis]] pada tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke [[Sulawesi Selatan]]. Mereka menjadi pendukung [[kerajaan Gowa]], sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi.<ref>{{cite web|url=http://www.rajaalihaji.com/id/article.php?a=YURIL3c%3D=|title=Melayu-Bugis-Melayu dalam Arus Balik Sejarah|publisher=www.rajaalihaji.com|date=2008-12-24|accessdate=2011-07-22}}</ref> Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan [[Kerajaan Siak]].
 
Pada masa penjajahan Hindia Belanda, migrasi besar-besaran kembali terjadi pada tahun 1920, ketika perkebunan [[tembakau]] di [[Deli Serdang]], [[Sumatra Timur]] mulai dibuka. Pada masa Pasca-[[Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan]], para perantau Minang perantauantelah banyakbermukim di mendiamisetiap kota-kota besar di Indonesia, serta di [[JawaKuala Lumpur]], pada[[Penang]], tahundan 1961[[Singapura]]. jumlahDiluar perantau Minang terutama di kota Jakarta meningkatAsia 18Tenggara,7 kaliMinang dibandingkanperantauan denganbanyak tingkatdijumpai pertambahandi penduduk[[Arab kota itu yang hanya 3Saudi]],7 kali[[Australia]],<ref>{{cite book|title=Religion[[Jepang]], Politics[[Belanda]], and Economic Behaviour in Java: The Kudus Cigarette Industry|last=Castles|first=Lance|authorlink=|coauthors=|year=1967|publisher=Yale University|location=|isbn=|pages=|url=|accessdate=|ref=Castles}}</ref> dan pada[[Amerika tahun 1971 etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10% dari jumlah penduduk Jakarta waktu ituSerikat]].<ref name="Syam"/>Sebagian Kinibesar Minangmereka perantauanmenjadi hampirekspatriat, tersebarpelajar, di seluruhdan duniapedagang.
 
==== Pantai Barat Sumatra ====
{{Utama|Suku Aneuk Jamee|Suku Pesisir|Suku Mukomuko}}Kawasan pantai barat Sumatra telah berabad-abad menjadi wilayah tujuan rantau orang Minangkabau, di antaranyadiantaranya merantau ke pesisir barat [[Aceh]], [[Tapanuli]], dan [[Bengkulu]]. Oleh penduduk setempat mereka tidak disebut sebagai orang Minangkabau, melainkan [[Suku Aneuk Jamee|Aneuk Jamee]] (Aceh), [[Suku Pesisir]] (Tapanuli), dan [[Suku Mukomuko]] (Bengkulu).
 
[[Aneuk Jamee]] merupakan suku bangsa yang mendiami pesisir barat Aceh. Dari segi bahasa, mereka ber[[Bahasa Jamee|bahasa Aneuk Jamee]], yang merupakan hasil asimilasi bahasa [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]] dengan bahasa setempat. Menurut sejarah, mereka berasal dari Ranah Minang yang pada waktu itu masih dalam kekuasaan [[Kesultanan Aceh]]. Orang Aceh menyebut mereka sebagai ''Aneuk Jamee'' yang berarti 'anak tamu' atau 'pendatang'.<ref>M. J. Melalatoa, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995</ref> Umumnya mereka tinggal di sekitar Kabupaten [[Kabupaten Aceh Barat Daya|Aceh Barat Daya]], [[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]], [[Kabupaten Nagan Raya|Nagan Raya]], dan sebagian kecil [[Meulaboh]], [[Aceh Barat]].
 
[[Suku Pesisir]] (disebut juga ''Ughang Pasisia'') adalah kelompok masyarakat yang tersebar di pesisir barat [[Sumatra Utara]], terutama di [[Kota Sibolga|Sibolga]] dan [[Kabupaten Tapanuli Tengah|Tapanuli Tengah]]. Suku Pesisir merupakan penduduk Minangkabau yang bermigrasi ke Tapanuli sejak abad ke-14 dan telah bercampur baur dengan orang [[Melayu]], [[Mandailing]], dan [[Suku Batak Toba|Batak Toba]]. Penamaan Suku Pesisir untuk kelompok ini tidak pernah dikenal hingga abad ke-20. Istilah ini dipakai unutkuntuk membedakan kelompok masyrakatmasyarakat di pesisir barat Sumatra Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Menurut ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatra Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan dari etnis [[Suku Batak|Batak]]'''.<ref>Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995</ref>'''
 
[[Suku Mukomuko]] merupakan bagian dari rumpun Minangkabau yang menghuni daerah [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]], [[Bengkulu]].<ref name=":0">Agus Setiyanto, Elite Pribumi Bengkulu: Perspektif Sejarah Abad ke-19, Balai Pustaka, 2001</ref> Secara adat, budaya, dan bahasa, Mukomuko berkaitan erat dengan masyarakat [[Kabupaten Pesisir Selatan|Pesisir Selatan]] di [[Sumatra Barat]].<ref>Suwarno, Sintaksis Bahasa Muko-Muko, 1993</ref> Dahulu daerah Mukomuko termasuk daerah ''Riak nan Badabua'' yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat dari [[Kota Padang|Padang]] sampai [[Kabupaten Bengkulu Selatan|Bengkulu Selatan]]. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (''Bengkulen''). Sejak saat itu orang Mukomuko telah terpisah dari masyarakat serumpunnya di daerah Sumatra Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga masa kemerdekaan.<ref name=":0" /><ref>Umar Manan, Zainuddin Amir (1986) ''[http://repositori.kemdikbud.go.id/2529/1/Struktur%20Bahasa%20Muko-Muko%20%281986%29.pdf Struktur Bahasa Muko-Muko (1986)].'' Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.</ref>
Baris 253:
{{Utama|Suku Kampar|Suku Kuantan}}
[[Berkas:Rumah Melayu Bangkinang.JPG|jmpl|Rumah Lontiok, rumah tradisional Kampar yang memiliki bentuk atap melengkung lentik hampir serupa dengan atap Rumah Gadang yang melengkung runcing.]]
[[Suku kampar|Suku Kampar]] atau oleh masyarakatnya disebut ''Ughang Kampar'' atau ''Ughang Ocu,'' merupakan kelompok etnik yang mendiami Kabupaten [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Riau]] yang ber[[bahasa Kampar]].<ref>Said, C., (1986), ''Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> Mereka dapat ditemukan juga di sebagian besar daerah Riau, sertiseperti [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], [[Ujung Batu, Rokan Hulu|Ujung Batu]], [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], [[Selatpanjang (kota)|Selat Panjang]], dan lain-lain. Selain itu masyarakat Kampar telah banyak yang bermukim di [[Malaysia]], seperti di [[Kuantan]] ([[Pahang, Malaysia|Pahang]]), Sabak Bernam, Teluk Intan, dan [[Negeri Sembilan]].<ref name="Purna">Purna, I. M., Sumarsono, Astuti, R., Sunjata, I. W. P., (1997), ''Sistem pemerintahan tradisional di Riau'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>
 
Terdapat 3 pendapat mengenai suku Kampar ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa suku Kampar merupakan orang Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat, hal ini dikarenakan secara adat, budaya, dan bahasa memiliki kemiripan dengan masyarakat [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]] dan [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Limapuluh Kota]]. Pendapat kedua mengatakan bahwa suku Kampar merupakan orang Melayu Riau Daratan. Pendapat ketiga, umumnya berasal dari masyarakat Kampar sendiri, mengatakan bahwa suku Kampar merupakan suku bangsa tersendiri, bukan Minang maupun [[Suku Melayu|Melayu]].<ref>http://kampungrison.wordpress.com/2008/07/30/ocu-sebuah-perkenalan/</ref>
 
Orang Kuantan merupakan kelompok yang tinggal di Kabupaten [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], [[Riau]]. Secara adat, budaya, dan bahasa memiliki persamaan dengan masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat, khususnya di [[Kabupaten Sijunjung|Sijunjung]] yang berbatasan langsung dengan daerah Kuantan. Kuantan Singingi merupakan daerah rantau dari [[Luhak Tanah Data]]r yang bernama ''Rantau Nan Kurang Aso Duo Puluah''. Seperti juga [[suku Kampar]], masih terdapat kontroversi mengenai keterkaitannya dengan orang Minangkabau.<ref>{{Cite web|url=http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/2495/|title=Struktur Bahasa Melayu Dialek Kuantan (1986)|last=Ruswan|first=Ruswan,|last2=M.S.|first2=Suwardi M.S., Suwardi|date=1986|website=repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id|language=en|access-date=2018-08-26|last3=Abnadani|first3=Latifah Abnadani, Latifah}}</ref>
 
==== MalaysiaSemenanjung Malaya ====
{{Utama|Orang Minangkabau di Malaysia}}
[[Berkas:Istana Ampang Tinggi Overview.jpg|jmpl|273x273px|Istana Ampangan Tinggi dan Museum Negeri Sembilan yang memiliki arsitektur Minangkabau]]
Masyarakat Minangkabau telah turun temurun mendiami [[Semenanjung Malaya]], [[Malaysia]]. Di antaranyaDiantaranya paling banyak menghuni [[Negeri Sembilan]]. Pada awal abad ke-14, orang-orang Minangkabau datang ke Negeri Sembilan melalui [[Melaka]] hingga sampai ke Rembau. Orang Minangkabau ini hidup bersama dengan penduduk setempat yaitu, [[Orang Asli]] secara damai. Karena hal inilah, terjadi pernikahan antara orang Minangkabau dan penduduk asli sehingga keturunan mereka membentuk suku yang disebut dengan suku Biduanda. Suku Biduanda inilah yang menjadi pewaris utama Negeri Sembilan dan apabila dilakukan pemilihan pemimpin, maka hanya dari suku Biduanda inilah yang akan dipilih. Orang Minangkabau yang datang kemudian membentuk suku-suku berdasarkan daerah asal mereka di Minangkabau. Pada gelombang awal kebanyakan datang dari [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]] dan [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Limapuluh Kota]].<ref name="sembilan">de Josselin de Jong, P. E., (1951), ''Minangkabau and Negri Sembilan'', Leiden, The Hague.</ref><ref name=":1">Situs Resmi Kerajaan Negeri Sembilan, Sejarah Berdiri http://www.ns.gov.my/my/kerajaan/info-negeri/sejarah-penubuhan</ref><ref name=":2">Zed, Mestika ''Hubungan Minangkabau Dengan Negeri Sembilan.'' Working Paper. FIS UNP, Padang.</ref>
 
Dari suku Biduanda inilah asalnya pembesar-pembesar Negeri Sembilan yang dipanggil '"Penghulu" dan diistilahkan menjadi ''Undang''. Sebelum terdapat institusi [[Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan|Yang di-Pertuan Besar]], masyarakat Negeri Sembilan berada di bawah naungan Kerajaan Melayu Johor. Dalam kesehariannya, mereka menuturkan [[Bahasa Melayu Negeri Sembilan|bahasa Negeri Sembilan]] (''baso Nogoghi'').<ref name="sembilan2">de Josselin de Jong, P. E., (1951), ''Minangkabau and Negri Sembilan'', Leiden, The Hague.</ref><ref>Idris Aman, Norsimah Mat Awal, & Mohammad Fadzeli Jaafar (2016). [http://www.ukm.my/jatma/wp-content/uploads/makalah/IMAN-2016-0403-01.pdf ''Imperialisme Linguistik, Bahasa Negeri Sembilan dan Jati Diri: Apa, Mengapa, Bagaimana'']. International Journal of the Malay World and Civilisation (Iman), 4(3): 3 - 11.</ref>
 
KomunitasGelombang perantau Minangkabau lainnyaberikutnya yang tiba di MalaysiaMalaya yaituterjadi Orangpasca Rawa[[Perang Paderi]]. OrangSalah Rawasatu disebutkomunitas jugayang sebagaicukup besar adalah [[Rao, Pasaman|orang Rao]] (''Ughang Rawo'') atau ''Rawa,'' merupakan istilah yang hanya ada di Malaysia. Istilahdikenal inisebagai merujuk"Orang kepadaRawa". komunitasOrang yang datang dari [[Rao, Pasaman|Raobermigrasi Mapatke Tunggul]],beberapa [[Kabupatendaerah Pasaman|Pasaman]],di [[Sumatra Barat]]Malaya, antara tahun 1773 dan 1848lain ke [[Negeri Sembilan]], antara tahun 1857 dan 1863 ke [[Pahang, Malaysia|Pahang]], antara 1867 dan 1873 ke [[SelangorKelantan]], dan terakhir antara 1875 dan 1876 ke [[Perak, Malaysia|Perak]] dan sebagian ke [[KelantanSelangor]]. Daerah yang paling banyak dihuni orang Rawa adalah Gopeng, [[Perak, Malaysia|Perak]]. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Minang dialek Rao.<ref>{{Cite journal|last=Watson|first=C. W.|date=1982|title=Rawa and Rinchi: A Further Note|url=https://www.jstor.org/stable/41492914|journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society|volume=55|issue=1 (242)|pages=82–86|issn=0126-7353}}</ref><ref>{{Cite journal|last=MILNER|first=A.C.|date=1978|title=A NOTE ON 'THE RAWA'|url=https://www.jstor.org/stable/41492834|journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society|volume=51|issue=2 (234)|pages=143–148|issn=0126-7353}}</ref> Sejak pertengahan abad ke-19, ramai pula orang Minang yang merantau ke [[Kuala Lumpur]]. Tujuan utama mereka ke kota tersebut adalah hendak berdagang. Sehingga banyak pedagang Minang yang menjadi peneroka awal Kuala Lumpur, diantaranya adalah [[Mohamed Taib bin Haji Abdul Samad]].
 
==== Jawa ====
Dibandingkan dengan Semenanjung Malaya, migrasi besar-besaran orang Minang ke pulau Jawa relatif baru. Meski tujuan utama mereka adalah [[Jabodetabek|Jakarta Raya]], namun perantau Minang juga banyak dijumpai di kota-kota besar seperti [[Bandung]], [[Yogyakarta]], [[Semarang]], [[Surabaya]], [[Malang]], [[Surakarta]], dan [[Tasikmalaya]], dimana mereka memiliki perkumpulan yang cukup solid. Pada tahun 1961, jumlah perantau Minang di kota Jakarta meningkat 18,7 kali dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk kota itu yang hanya 3,7 kali,<ref>{{cite book|title=Religion, Politics, and Economic Behaviour in Java: The Kudus Cigarette Industry|last=Castles|first=Lance|authorlink=|coauthors=|year=1967|publisher=Yale University|location=|isbn=|pages=|url=|accessdate=|ref=Castles}}</ref> dan di tahun 1971 etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10% dari jumlah penduduk Jakarta waktu itu.<ref name="Syam"/>
=== Perantauan intelektual ===
Pada akhir abad ke-18, banyak pelajar Minang yang merantau ke [[Mekkah]] untuk mendalami agama Islam, di antaranya [[Haji Miskin]], [[Haji Piobang]], dan [[Haji Sumanik]]. Setibanya di tanah air, mereka menjadi penyokong kuat gerakan [[Paderi]] dan menyebarluaskan pemikiran Islam yang murni di seluruh Minangkabau dan [[Suku Mandailing|Mandailing]]. Gelombang kedua perantauan ke Timur Tengah terjadi pada awal abad ke-20, yang dimotori oleh [[Abdul Karim Amrullah]], [[Syeikh Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir Jalaluddin]], [[Muhammad Jamil Jambek]], dan [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]].{{cn}}
 
Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau juga banyak yang merantau ke [[Eropa]]. Mereka antara lain [[Abdoel Rivai]], [[Mohammad Hatta]], [[Sutan Syahrir]], [[Roestam Effendi]], dan [[Mohammad Amir]]. Intelektual lain, [[Tan Malaka]], hidup mengembara di delapan negara Eropa dan Asia, membangun jaringan pergerakan kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropa sejak akhir abad ke-19, menjadi pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia.<ref>{{cite book|last=Poeze|first=Harry A.|title=In Het Land van de Overheerser: Indonesiër in Nederland 1600-1950|ref=Poeze}}</ref>
Baris 319 ⟶ 320:
Pada periode 1920–1960, banyak politisi Indonesia berpengaruh lahir dari ranah Minangkabau. Menjadi salah satu motor perjuangan kemerdekaan Asia, pada tahun 1923 [[Tan Malaka]] terpilih menjadi wakil [[Komunis Internasional]] untuk wilayah Asia Tenggara. Politisi Minang lainnya [[Muhammad Yamin]], menjadi pelopor [[Sumpah Pemuda]] yang mempersatukan seluruh rakyat [[Hindia Belanda]]. Di dalam [[Volksraad]], politisi asal Minang-lah yang paling vokal. Mereka antara lain [[Jahja Datoek Kajo]], [[Agus Salim]], dan Abdul Muis. Tokoh Minang lainnya [[Mohammad Hatta]], menjadi ko-proklamator kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri ([[Sutan Syahrir]], Mohammad Hatta, [[Abdul Halim]], [[Muhammad Natsir]]), seorang sebagai presiden ([[Assaat]]), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang menjadi pimpinan parlemen ([[Chaerul Saleh]]), dan puluhan yang menjadi menteri, di antara yang cukup terkenal ialah [[Azwar Anas]], [[Fahmi Idris]], [[Rizal Ramli]] dan [[Emil Salim]]. Emil bahkan menjadi orang Indonesia terlama yang duduk di kementerian RI. Minangkabau, salah satu dari dua etnis selain etnis [[Suku Jawa|Jawa]], yang selalu memiliki wakil dalam setiap kabinet pemerintahan Indonesia. Selain di pemerintahan, pada masa [[Demokrasi liberal]] parlemen Indonesia didominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, islamis, nasionalis, komunis, dan sosialis.{{cn}}
 
Selain menjabat gubernur provinsi Sumatra Tengah dan Sumatra Barat, orang Minangkabau juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah [[Datuk Djamin]] ([[Jawa Barat]]), [[Daan Jahja]] ([[Jakarta]]), [[Rano Karno]] ([[Provinsi Banten|Banten]]), Muhammad Djosan dan Muhammad Padang ([[Maluku]]), Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuniang dan Moenafri ([[Sulawesi Tengah]]), [[Adenan Kapau Gani]], [[Mohammad Isa]], dan [[Rosihan Arsyad]] ([[Sumatra Selatan]]), Eny Karim, [[Tengku Rizal Nurdin|Rizal Nurdin]], dan [[Tengku Erry Nuradi|Erry Nuradi]] ([[Sumatra Utara]]), [[Arsyadjuliandi Rachman]] ([[Riau]]), serta [[Djamin Datuk Bagindo]] ([[Jambi]]).<ref>{{cite web|url=http://www.posmetropadang.com.+October|title=Budaya Merantau Orang Minang (1) Kalaulah di Bulan Ada Kehidupan|publisher=Pos Metro Padang|date=2008-10-10|accessdate=2011-07-24|ref=Pos Metro Padang}} {{dead link}}</ref>
 
Beberapa partai politik Indonesia didirikan oleh politisi Minang. PARI dan [[Partai Murba|Murba]] didirikan oleh Tan Malaka, [[Partai Sosialis Indonesia]] oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Mohammad Hatta, [[Masyumi]] oleh Mohammad Natsir, [[Perti]] oleh [[Syekh Sulaiman ar-Rasully|Sulaiman ar-Rasuli]], dan [[Persatuan Muslim Indonesia|Permi]] oleh [[Rasuna Said]]. Selain mendirikan partai politik, politisi Minang juga banyak menghasilkan buku-buku yang menjadi bacaan wajib para aktivis pergerakan.
Baris 330 ⟶ 331:
[[Berkas:HRH Tuanku Abdul Rahman Ibni Al-Marhum Tuanku Muhammad. The Tuanku Ja'afar Royal Gallery, Seremban.jpg|jmpl|kiri|150px|[[Tuanku Abdul Rahman]], salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau.]]
Di Indonesia dan Malaysia, selain orang [[Tionghoa]], orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah makan, perhotelan, pendidikan, keuangan, dan kesehatan. Di antara figur pengusaha sukses adalah, [[Abdul Latief]] (pemilik ''ALatief Corporation''), [[Basrizal Koto]] (pemilik peternakanBasko sapi terbesar di Asia TenggaraGroup), dan [[Hasyim Ning]] (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia), dan [[Tunku Tan Sri Abdullah]] (pemilik ''Melewar Corporation'' Malaysia).{{cn}}
 
Banyak pula orang Minang yang sukses di dunia hiburan, baik sebagai sutradara, produser, penyanyi, maupun artis. Sebagai sutradara dan produser ada [[Usmar Ismail]], [[Asrul Sani]], [[Djamaludin Malik]], dan [[Arizal]]. Arizal bahkan menjadi sutradara dan produser film yang paling banyak menghasilkan karya. Sekurang-kurangnya 52 film dan 8 sinetron dalam 1.196 episode telah dihasilkannya. Pemeran dan penyanyi Minang yang terkenal beberapa di antaranya adalah [[Afgan Syah Reza]], [[Dorce Gamalama]], [[Marshanda]], [[Eva Arnaz]], dan [[Nirina Zubir]]. Pekerja seni lainnya, ratu kuis [[Ani Sumadi]], menjadi pelopor dunia perkuisan di Indonesia. Selain mereka, [[Soekarno M. Noer]] beserta putranya [[Rano Karno]], mungkin menjadi pekerja hiburan paling sukses di Indonesia, baik sebagai aktor maupun sutradara film. Pada tahun 1993, ''Karno's Film'' perusahaan film milik keluarga Soekarno, memproduksi film seri dengan peringkat tertinggi sepanjang sejarah [[perfilman Indonesia]], ''[[Si Doel Anak Sekolahan]]''.{{cn}}
 
Di Malaysia dan Singapura, kontribusi orang Minangkabau juga cukup besar. Pada tahun 1723, [[Abdul Jalil Rahmad Syah I dari Siak|Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I]], duduk sebagai [[sultan Johor]] sebelum akhirnya mendirikan [[Kerajaan Siak]] di daratan Riau.<ref>{{cite book|last1=Cave|first1=J.|last2=Nicholl|first2=R|last3=Thomas|first3=P. L.|last4=Effendy|first4=T.|year=1989|title=Syair Perang Siak: A Court Poem Presenting the State Policy of a Minangkabau Malay Royal Family in Exile|publisher=Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society}}</ref> Di awal abad ke-18, Nakhoda Bayan, Nakhoda Intan, dan Nakhoda Kecil menerukameneroka [[Pulau Pinang]].<ref>{{cite web|url=http://www.nst.com.my/opinion/columnist/losing-a-big-part-of-our-heritage-1.35675|title=Losing a Big Part of Our Heritage|accessdate=|work=[[New Straits Times]]|ref=New Straits Times}}</ref> Tahun 1773, [[Raja Melewar]] diutus [[kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] untuk memimpin rantau [[Negeri Sembilan]]. Ia juga menyebarkan [[Lareh Bodi Caniago|Adat Perpatih]] dan [[Lareh Koto Piliang|Adat Tumenggung]], yang sampai saat ini masih berlaku di Semenanjung Malaya. Menjelang masa kemerdekaan beberapa politisi Minang mendirikan partai politik. Di antaranya adalah [[Ahmad Boestamam]] yang mendirikan Parti Rakyat Malaysia dan [[Rashid Maidin]] yang mengikrarkan [[Parti Komunis Malaya]]. Setelah kemerdekaan [[Tuanku Abdul Rahman]] menjadi [[Yang Dipertuan Agung]] pertama Malaysia, sedangkan [[Rais Yatim]], [[Amirsham Abdul Aziz]], dan [[Abdul Samad Idris]], duduk di kursi kabinet. Beberapa nama lainnya yang cukup berjasa adalah [[Sheikh Muszaphar Shukor]] (astronot pertama Malaysia), [[Syeikh Muhammad Saleh Al-Minankabawi|Muhammad Saleh Al-Minangkabawi]] (kadi besar [[Perak, Malaysia|Kerajaan Perak]]), [[Syeikh Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir Jalaluddin Al-Azhari]] (ulama terkemuka), [[Adnan bin Saidi]] (pejuang kemerdekaan Malaysia), dan [[Abdul Rahim Kajai]] (perintis pers Malaysia). Mereka juga banyak yang terjun di dunia bisnis, diantaranya yang cukup sukses adalah [[Kamarudin Meranun]] (pendiri [[Air Asia]]) dan [[Tunku Tan Sri Abdullah]] (pemilik ''Melewar Corporation''). Di Singapura, [[Mohammad Eunos Abdullah]] dan [[Abdul Rahim Ishak]] muncul sebagai politisi Singapura terkemuka, [[Yusof bin Ishak]] menjadi presiden pertama Singapura, dan [[Zubir Said]] menciptakan lagu kebangsaan Singapura ''[[Majulah Singapura]]''.
 
Beberapa tokoh Minang juga memiliki reputasi internasional. Di antaranya, [[Roestam Effendi]] yang mewakili Partai Komunis Belanda, dan menjadi orang Hindia pertama yang duduk sebagai anggota parlemen Belanda.<ref>{{cite web|url=http://www.tempointeraktif.com/hg/caping/1979/06/02/mbm.19790602.CTP54667.id.html|title=Mengenang Sastrawan Rustam Effendi|work=[[Tempointeraktif|Tempo Interaktif]]|date=1979-06-02|accessdate=2011-07-22|ref=Tempo Interaktif}}</ref> Di [[Arab Saudi]], [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], menjadi satu-satunya orang non-[[Suku Arab|Arab]] yang pernah menjabat imam besar [[Masjidil Haram]], [[Mekkah]]. Mohammad Natsir, salah seorang tokoh Islam terkemuka, pernah menduduki posisi presiden Liga Muslim se-Dunia (''World Moslem Congress'') dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Sementara itu [[Azyumardi Azra]], menjadi orang pertama di luar warga negara [[Negara-Negara Persemakmuran|Persemakmuran]] yang mendapat gelar ''[[Sir]]'' dari [[Inggris|Kerajaan Inggris]].<ref>{{cite web|url=http://news.okezone.com/read/2010/10/08/58/380387/sir-azra-dan-islam-indonesia|title=Sir Azra dan Islam Indonesia|work=[[Okezone.com]]|ref=Okezone.com}}</ref>
Baris 340 ⟶ 341:
== Lihat pula ==
* [[Daftar tokoh Minangkabau]]
* [[Suku Aneuk Jamee]]
* [[Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan]]