Kabupaten Bireuen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Pranala luar: Bot: Menambah templat pengawasan otoritas
k →‎Referensi: Penambahan Kategori, referensi, lihat pula
Baris 71:
 
Zona IV, Peruntukan zona ini antara lain permukiman, bangunan komersial, fasilitas umum dan pemerintahan dengan skala pelayanan kota.  Permukiman dapat diperluas dengan persyaratan bangunan dan lingkungan yang ketat sesuai dengan rencana tata ruang yang ada.  Tingkat kepadatan bangunan pada zona ini diarahkan memiliki kepadatan tinggi.  Dari aspek jarak, zona ini berada pada jarak > 300 m dari tepi pantai.
 
 
Sedangkan yang menjadi pusat kota Adalah Kecamatan Kota Juang. Adapun Jumlah Gampong (Desa) Di Kota Bireuen adalah 167 Gampong (Desa) dan berdasarkan hasil kajian dalam RTRW Kabupaten Bireuen dan Kawasan Permukiman Utama  telah ditetapkan bahwa ada sekitar 102 Desa yang termasuk Kawasan Perkotaan Bireuen, dengan pertimbangan-pertimbangan :
 
a. Bentuk fisik perkotaan yang menyatu (''compact developmentdevelopmen''t);
 
b. Mengendalikan dan mencegah terbentuknya kawasan perkotaan yang berpola memita (ribbon development) yang dalam banyak hal cenderung tidak efisien
Baris 89 ⟶ 88:
 
== Sejarah ==
Kabupaten Bireuen dalam catatan sejarah dikenal sebagai daerah Jeumpa. Dahulu Jeumpa merupakan sebuah kerajaan kecil di Aceh. Menurut Ibrahim Abduh dalam Ikhtisar Radja Jeumpa, [[Kerajaan Jeumpa]] terletak di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.
 
Kerajaan-kerjaan kecil di Aceh tempo dulu termasuk Jeumpa mengalami pasang surut. Apalagi setelah kehadiran Portugis ke Malaka pada tahun 1511 M yang disusul dengan kedatangan Belanda. Secara de facto Belanda menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika Belanda dapat menduduki benteng Kuta Glee di Batee Iliek, di bagian barat Kabupaten Bireuen.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2016/02/24/10042351/Warga.Bireuen.Telusuri.Jejak.Kerajaan.Jeumpa|title=Warga Bireuen Telusuri Jejak Kerajaan Jeumpa|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Kemudian dengan Surat Keputusan ''Vander Guevernement General Van Nederland Indie'' tanggal 7 September 1934, Aceh dibagi menjadi enam Afdeeling (kabupaten) yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Salah satunya adalah ''Afdeeling Noord Kust van Aceh'' (Kabupaten Aceh Utara) yang dibagi dalam tiga Onder Afdeeling (kewedanan).
 
Kewedanan dikepalai oleh seorang ''Countroleur'' (wedana) yaitu: ''Onder Afdeeling Bireuen'' (kini Kabupaten Bireuen), Onder Afdeeling [[Lhokseumawe]] (Kini Kota Lhokseumawe) dan Onder Afdeeling [[Lhoksukon, Aceh Utara|Lhoksukon]] (Kini jadi Ibu Kota Aceh Utara).
 
Selain Onder Afdeeling tersebut, terdapat juga beberapa daerah Ulee Balang (''Zelf Bestuur'') yang dapat memerintah sendiri terhadap daerah dan rakyatnya, yaitu Ulee Balang Keureutoe, Geureugok, Jeumpa dan Peusangan yang diketuai oleh Ampon Chik.<ref>{{Cite web|url=https://www.acehtrend.com/2016/12/21/asal-mula-nama-bireuen/|title=Asal Mula Nama Bireuen|last=Juli|first=Muhajir|date=2016-12-21|website=aceHTrend.com|language=en-US|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Pada masa pendudukan Jepang istilah Afdeeling diganti dengan Bun, Onder Afdeeling diganti dengan Gun, Zelf Bestuur disebut Sun. Sedangkan mukim disebut Kun dan gampong disebut Kumi.
 
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, [[Aceh Utara]] disebut Luhak, yang dikepalai oleh Kepala Luhak sampai tahun 1949. Kemudian, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949, dibentuklah Negara [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) dengan beberapa negara bagian. Salah satunya adalah Negara Bagian Sumatra Timur, Aceh dan Sumatra Utara tergabung didalamnya dalam Provinsi Sumatra Utara.
 
Kemudian melalui Undang-Undang Darurat nomor 7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom setingkat kabupaten di Provinsi [[Sumatra Utara]], maka dibentuklah Daerah Tingkat II Aceh Utara.
 
Keberadaan Aceh dibawah Provinsi Sumatra Utara menimbulkan rasa tidak puas masyarakat Aceh. Para [[tokoh Aceh]] menuntut agar Aceh berdiri sendiri sebagai sebuah provinsi. Hal ini juga yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1953.
 
Pemberontakan ini baru padam setelah keluarnya Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1957 tentang pembentukan Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Aceh Utara sebagai salah satu daerah Tingkat dua, Bireuen masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Baris 137 ⟶ 136:
Menurut Kepala Badan Statistik (BPS) Aceh, Syeh Suhaimi kepada Narit, Tgk Sarong merupakan salah seorang pelaku sejarah yang masih hidup. “Beliau merupakan seorang pejuang kemerdekaan negara ini, bahkan terlibat langsung dalam masa pergerakan melawan penjajahan Belanda dulu,” kata Syeh Suheimi saat melakukan sensus penduduk di Bireuen beberapa bulan lalu.
 
Bireuen itu berasal dari Bahasa Arab yaitu asal katanya Birrun, artinya kebajikan, dan yang memberikan nama itu juga orang Arab pada saat Belanda masih berada di AcehDitemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Kakek Sarong yang terlihat masih bugar dengan lancar menceritakan sejarah Aceh pada umumnya dan Bireuen khususnya. Tgk Sarong pernah menjadi komandan pertempuran Medan Area tahun 1946, yang saat itu diberi gelar Kowera (Komandan Perang Medan Area).
 
Ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu, Kakek Sarong yang terlihat masih bugar dengan lancar menceritakan sejarah Aceh pada umumnya dan Bireuen khususnya. Tgk Sarong pernah menjadi komandan pertempuran Medan Area tahun 1946, yang saat itu diberi gelar Kowera (Komandan Perang Medan Area).
 
Ayah tiga anak dan sejumlah cucu ini,  pernah ditawarkan menjadi guru ngaji di Arab Saudi, ketika dirinya bersama istri menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 60-an. Namun, tawaran itu ditolaknya karena sayang pada sang istri yang harus pulang ke Aceh tanpa pendamping. “Itu romansa masa lalu. Tapi, di sini (Aceh-red) saya juga menjadi guru ngaji he he he…,” katanya sambil terkekeh
 
Menurut pelaku sejarah yang lancar berbahasa Arab dan Inggis ini, “Bireuen itu berasal dari Bahasa Arab yaitu asal katanya Birrun, artinya kebajikan, dan yang memberikan nama itu juga orang Arab pada saat Belanda masih berada di Aceh. Kala itu, orang Arab yang berada di Aceh mengadakan kenduri di Meuligoe Bupati sekarang. Saat itu, orang Arab pindahan dari Desa Pante Gajah, Peusangan, lalu mereka mengadakan kenduri. Kenduri itu merupakan kebajikan saat menjamu pasukan Belanda. Orang Arab menyebut kenduri itu Birrun. Sejak saat itulah nama Bireuen mulai dikenal,” kata pria berkulit sawo matang yang mengaku pernah jadi guru Bahasa Arab di sebuah sekolah di Aceh tempoe doeloe.
 
Dengan penuh semangat, Tgk Sarong Sulaiman menceritakan, sebelum Bireuen jadi nama Kota Bireuen yang sekarang ini, dulu namanya Cot Hagu. Setelah peristiwa itulah, nama Cot Hagu menjadi nama Bireuen. “Jadi Bireuen itu bukan asal katanya dari bi reuweueng (memberi ruang/ lowong atau celah), tetapi, Birrun itulah asal kata nama Kota Bireuen sekarang,” kata pria yang mengaku pernah berhasil memukul mundur pasukan Kolonial Belanda, saat bertempur melawan penjajahan dulu.<ref>{{Cite web|url=http://www.bireuenkab.go.id/single-list/sejarah/|title=Pemerintah Kabupaten Bireuen :: sejarah|website=www.bireuenkab.go.id|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
 
'''Salah satu Peninggalan Situs Sejarah Kabupaten Bireuen yaitu :'''
 
'''- Istana [[Tun Sri Lanang]] (Rumoh Krueng)'''
 
Istana Tun Sri Lanang atau yang dikenal dengan nama Rumoh Krueng adalah sebuah bangunan tempat tinggal Tun Sri Lanang tahun 1613-1659. Yang terletak di Mukim Kuta Blang Kecamatan Samalanga.  Istana Tun Sri Lanang terbuat dari kayu beratap rumbia yang menghadap ke arah  selatan dengan denah persegi panjang yang berukuran 18 x 12,17 meter. Istana ini memilki bentuk atau ciri khas bangunan tradisional Aceh : berbentuk rumah panggung, mempunyai atap tampung lima, memunyai dua serambi atau seramoe keue dan seramo likoet yang berfungsi seramoe keue (serambi depan) untuk tempat bertamu kaum laki-laki dan seramoe likoet atau serambi belakang untuk tamu-tamu kaum perempuan. Kemudian pada bagian tengah ada kamar tidur dalam bahasa Aceh disebut Juree. Secara umum bangunan atau Istana Tun Sri lanang ini didominasi oleh warna putih dengn pemakaian warna hijau sebagai penegasan bentuk elemen bangunan.
Baris 160 ⟶ 155:
Tun Sri Lanang adalah raja pertama kerajaan Samalanga. Sebenarnya dia seorang Bendahara di Kerajaan Johor. Nama aslinya adalah Tun Muhammad. Dia diangkat menjadi raja Samalanga pada tahun 1615.
 
- Bireuen, kota yang dijuluki sebagai kota juang ini, terletak di pesisir Utara Provinsi Aceh. Bireuen dikenal semasa agresi Belanda pertama dan kedua (1947-1948) dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia (RI) dari penjajah.
 
- Bireuen, kota yang dijuluki sebagai kota juang ini, terletak di pesisir Utara Provinsi Aceh. Bireuen dikenal semasa agresi Belanda pertama dan kedua (1947-1948) dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia (RI) dari penjajah.
 
Agus Irwanto, pemerhati budaya dan dosen di STIE Kebangsaan Bireuen, mengungkapkan bahwa Kota Bireuen dikenal sebagai pusat kemiliteran Aceh. Divisi X Komandemen Sumatra Langkat dan Tanah Karo di bawah pimpinan Kolonel Hussein Joesoef berkedudukan di Bireuen (Pendapa Bupati) sekarang.
 
'''“Bahkan Bireuen pernah menjadi  ibu kota RI ketiga ketika jatuhnya Yogyakarta pada 1948. Sebagai referensi saya temukan, Presiden Soekarno hijrah dari ibu kota RI kedua, yakni Yogyakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Selama seminggu Bireuen menjadi wilayahnya (Soekarno) mengendalikan Republik Indonesia dalam keadaan darurat,” jelas Agus (Kompas, 2013).''' Julukan Kota Juang Bireuen dikukuhkan kembali oleh Letjen Purn Bustanil Arifin pada 1987. Acara itu dihadiri sejumlah tokoh, termasuk gubernur Aceh saat itu, Ibrahim Hasan. Beberapa tokoh pejuang dan alim ulama pun menjadi saksi pengukuhan kembali tersebut.<ref>{{Cite web|url=https://www.konfrontasi.com/content/opini/ketika-soekarno-menjadikan-ibukota-ri-di-bireun-aceh|title=Ketika Soekarno menjadikan Ibukota R.I di Bireun Aceh|date=2018-01-04|website=Konfrontasi|language=id|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Julukan Kota Juang Bireuen dikukuhkan kembali oleh Letjen Purn Bustanil Arifin pada 1987. Acara itu dihadiri sejumlah tokoh, termasuk gubernur Aceh saat itu, Ibrahim Hasan. Beberapa tokoh pejuang dan alim ulama pun menjadi saksi pengukuhan kembali tersebut.
 
 
 
'''- KEDATANGAN SOEKARNO'''
Baris 175 ⟶ 165:
Sekilas, tidak ada yang terlalu istimewa di Pendapa Bupati Kabupaten Bireuen tersebut. Hanya sebuah bangunan semi permanen yang berarsitektur rumah adat Aceh. Namun siapa sangka, dibalik bangunan tua itu tersimpan sejarah perjuangan kemerdekaan RI yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Malah, di sana pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno.
 
Kedatangan presiden pertama Republik Indonesia (RI) itu ke Bireuen memang sangat fenomenal. Waktu itu, tahun 1948, Belanda melancarkan agresi keduanya terhadap Yogyakarta. Dalam waktu sekejap ibukota RI kedua itu jatuh dan dikuasai Belanda. Presiden pertama Soekarno yang ketika itu berdomisili dan mengendalikan pemerintahan di sana pun harus kalang kabut. Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen, yang relatif aman'''.''' Soekarno hijrah ke Bireuen dengan menumpang pesawat udara Dakota hingga mendarat di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948.<ref>{{Cite web|url=https://regional.kompas.com/read/2013/10/09/1916239/Sempat.Jadi.Ibu.Kota.RI.Bireuen.Belum.Miliki.Monumen.|title=Sempat Jadi Ibu Kota RI, Bireuen Belum Miliki Monumen|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Kedatangan rombongan presiden di sambut Gubernur Militer Aceh, Teungku Daud Beureu’eh, atau yang akrab disapa Abu Daud Beureueh, Panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat. Tidak ketinggalan anak-anak Sekolah Rakyat (SR) juga ikut menyambut kedatangan presiden sekaligus PanglimaTertinggi Militer itu. Malam harinya di lapangan terbang Cot Gapu diselenggarakan Leising (rapat umum) akbar. Presiden Soekarno dengan ciri khasnya, berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat di Keresidenan Bireuen yang membludak, tepatnya di lapangan terbang Cot Gapu. Masyarakat Bireuen sangat bangga dan berbahagia sekali dapat bertemu muka dan mendengar langsung pidato presiden Soekarno tentang agresi Belanda 1947-1948 yang telah menguasai kembali Sumatra Timur (Sumatra Utara) sekarang.
 
Selama seminggu Presiden Soekarno berada di Bireuen aktivitas Republik dipusatkan di Bireuen. Dia menginap dan mengendalikan pemerintahan RI di rumah kediaman Kolonel Hussein Joesoef, Panglima Divisi X Komandemen Sumatra, Langkat dan tanah Karo, di Kantor Divisi X (Pendopo Bupati Bireuen sekarang). Jelasnya, dalam keadaan darurat, Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya, catatan sejarah ini tidak pernah tersurat dalam sejarah kemerdekaan RI. Memang diakui atau tidak, peran dan pengorbanan rakyat Aceh atau Bireuen pada khususnya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Perjalanan sejarah membuktikannya. (acehpedia.org)<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/3012187/benarkah-bireuen-pernah-menjadi-ibu-kota-ri|title=Benarkah Bireuen Pernah Menjadi Ibu Kota RI?|last=Liputan6.com|date=2017-07-05|website=liputan6.com|language=id|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Memang diakui atau tidak, peran dan pengorbanan rakyat Aceh atau Bireuen pada khususnya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Perjalanan sejarah membuktikannya. (acehpedia.org)
 
 
Baris 191 ⟶ 180:
Kalimat yang disampaikan oleh Presiden Soekarno di atas memiliki makna yang sangat “dalam”. Pesan itu menunjukkan bahwa sejarah adalah bagian penting dari Republik ini yang senantiasa harus diingat dan dikenang selalu oleh setiap generasi Indonesia.
 
Setiap Generasi muda bangsa Indonesia mesti mengetahui bagaimana kemerdekaan bangsa Indonesia diraih. Banyak pengorbanan yang telah dilakukan oleh pejuang kemerdekaan dahulu. Baik itu pengorbanan harta hingga nyawa yang harus ditebus untuk menggapai cita-cita kemerdekaan. '''Kita bangsa Indonesia tidak seperti Negara-negara tetangga, sebagaimana Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei, yang merdeka dengan “belas kasih” atau “hadiah” dari pihak asing, tanpa perjuangan yang berarti, seperti yang telah bangsa Indonesia alami selama diduduki oleh penjajah.'''
 
Sastrawan sekaligus jurnalis terkemuka Inggris, George Orwell, menyebutkan bahwa sejarah sangat penting bagi suatu bangsa. Sebab menurut-nya, untuk menghancurkan suatu generasi, cukup dengan mengingkari serta menghapuskan pemahaman mereka atas sejarah-nya sendiri.
 
Inilah bunyi kalimat yang disampaikan oleh George Orwell: “'''''Cara paling efektif untuk menghancurkan orang banyak adalah dengan mengingkari serta menghapuskan pemahaman mereka atas sejarahnya sendiri.”'''''<ref>{{Cite web|url=https://kabar24.bisnis.com/read/20131116/79/186796/inilah-8-jejak-presiden-soekarno-di-aceh|title=Inilah 8 Jejak Presiden Soekarno di Aceh {{!}} Kabar24|website=Bisnis.com|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
 
 
'''''BIREUEN BENAHI TEMPAT SEJARAH'''''
 
'''''BIREUEN BENAHI TEMPAT SEJARAH'''''
 
''Dalam rangka menyambut visit year Bireuen 2018, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen akan melakukan berbagai pembenahan dan terobosan pada tempat-tempat bersejarah dan cagar budaya yang bernilai tinggi untuk menarik kunjungan para wisatawan.''
Baris 204 ⟶ 195:
''“Banyak objek wisata yang menarik di Bireuen, selain tempat bersejarah, juga ada kawasan kota santri di Samalanga,” jelas Wakil Bupati Bireuen, Mukhtar Abda.''
 
== Asal usul Julukan Kota Juang<ref>Sufa, Rahmat Asri. 2014. Bireuen Dalam Lintasan Sejarah.</ref> ==
Adapun mengenai Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang, menurut keterangan para orang tua-tua di Bireuen, Bireuen pernah menjadi  ibukota RI yang ketiga selama seminggu,  setelah Yogyakarta jatuh ke tangan penjajah dalam agresi Belanda. “Meuligoe Bupati Bireuen yang sekarang ini pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno,” kata almarhum purnawirawan Letnan Yusuf Ahmad (80), atau yang lebih dikenal dengan  panggilan Letnan Yusuf  Tank, yang berdomisili di Desa Juli Keude Dua, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen. Narit berkunjung ke kediamannya sebelum almarhum dipanggil Yang Maha Kuasa.<ref>Sufa, Rahmat Asri. 2014. Bireuen Dalam Lintasan Sejarah.</ref>
 
Bahkan katanya, peran dan pengorbanan rakyat Aceh atau Bireuen  khususnya, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik ini, begitu besar jasanya. “Perjalanan sejarah telah membuktikannya. Di zaman Revolusi  1945, kemiliteran Aceh pernah dipusatkan di Bireuen,” paparnya bersemangat.
Baris 211 ⟶ 202:
Saat itu, katanya, dibawah Divisi X Komandemen Sumatra Langkat dan Tanah Karo dibawah pimpinan Panglima Kolonel Hussein Joesoef yang berkedudukan di Meuligoe Bupati yang sekarang, pernah menjadi kantor Divisi X dan rumah kediaman Panglima Kolonel Hussein Joesoef.  “Waktu itu Bireuen dijadikan sebagai pusat perjuangan dalam menghadapi setiap serangan musuh. Karena itu pula sampai sekarang, Bireuen mendapat julukan sebagai Kota Juang,” katanya.
 
Presiden Soekarno, lanjut Yusuf Tank, juga pernah mengendalikan pemerintahan RI di rumah kediaman Kolonel Hussein Joesoef, yang bermarkas di Kantor Divisi X di Meuligo Bupati Bireuen yang sekarang. “Bireuen pernah  menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta Ibukota RI yang kedua, kembali dikuasai Belanda. Kebetulan Presiden Soekarno juga berada di sana saat itu,menjadi kalang kabut. Akhirnya  Soekarno memutuskan mengasingkan diri ke Bireuen pada Juni 1948, dengan pesawat udara khusus Dakota.yang dipiloti Teuku Iskandar. Pesawat itu turun di lapangan Cot Gapu,” kisahnya sambil menerawang.<ref>{{Cite web|url=https://www.wasatha.com/2017/04/bireuen-ibu-kota-negara-yang-terlupakan.html|title=Bireuen, Ibu Kota Negara Yang Terlupakan Sejarah|last=WASATHA|website=wasatha - mengabarkan yang baik|access-date=2019-10-24}}</ref>
 
Saat itu Soekarno disambut para tokoh Aceh diantaranya, Gubernur Militer Aceh, Teungku Daud Beureu’eh,  Panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat bahkan ratusan pelajar Sekolah Rakyat (SR) dan malam harinya diselenggarakan leising (rapat umum) akbar.
Baris 221 ⟶ 212:
Lalu Pasukan tempur Divisi X Komandemen Sumatra silih berganti dikirim ke Medan Area. Termasuk diantaranya pasukan tank di bawah pimpinan dirinya, yang memiliki puluhan unit mobil tank hasil rampasan dari tentara Jepang. Dengan tank-tank itulah pasukan Divisi X mempertahankan Republik ini di Medan Area dan juga di zaman Revolusi 1945,  Pendidikan Perwira Militer (Vandrecht),  pernah dipusatkan di Juli Keude Dua sekarang ini. “Aceh yang tak pernah mampu dikuasai Belanda dan Aceh juga adalah daerah modal Indonesia,” katanya penuh emosi.
 
Setelah seminggu berada di Bireuen, kemudian Soekarno bersama Gubernur Militer Aceh Abu [[Daud Beureueh]] berangkat ke Kutaradja (Banda Aceh) untuk mengadakan pertemuan dengan para saudagar Aceh di Hotel Atjeh, di sebelah selatan masjid Raya Baiturrahman.
 
Dalam pertemuan itu Soekarno ‘merengek’ kepada masyarakat Aceh untuk menyumbang dua pesawat terbang untuk negara. Siang itu Presiden Soekarno sempat tidak mau makan sebelum menadapat jawaban dari Tgk Daud Beureu’eh. Setelah berembug lagi para saudagar Aceh lalu diputuskan bersedia menyumbang dua pesawat terbang sebagaimana diminta Soekarno, lalu masyarakat Aceh dengan cepat mengumpulkan uang yang akhirnya mampu dibeli dua peswat yaitu Seulawah I dan Seulawah II.
 
Dua peswat itu juga merupakan cikal bakal lahirnya pesawat Garuda Indonesia Airways dan Radio Rimba Raya di Kawasan Kabupaten Bener Meriah. Radio Rimba Raya yang mengudara ke seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan beberapa bahasa asing juga merupakan cikal bakal RRI sekarang ini. “Dan itu juga bagian dari radio perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” pungkas mantan pejuang Letnan Yusuf Tank<ref>{{Cite web|url=https://www.acehprov.go.id/jelajah/read/2018/02/12/75/asal-usul-julukan-kota-juang-bireuen-aceh.html|title=Pemerintah Aceh {{!}} Asal Usul Julukan Kota Juang (Bireuen Aceh)|website=www.acehprov.go.id|access-date=2019-10-24}}</ref>.
 
== Geografi ==
Baris 302 ⟶ 293:
# [[Kuala, Bireuen|Kecamatan Kuala]] dengan dasar UU No.41 tahun 2004.
# [[Kuta Blang, Bireuen|Kecamatan Kuta Blang]] dengan dasar Pembentukan UU no.44 tahun 2004.
# [[SamalangaPandrah, Bireuen|Kecamatan SamalangaPandrah]]
<references />
# [[PandrahPeudada, Bireuen|Kecamatan PandrahPeudada]]
# [[PeudadaPeulimbang, Bireuen|Kecamatan PeudadaPeulimbang]] dengan dasar UU No.43 tahun 2004 yang dimekarkan dari Kecamatan Jeunieb.
# [[PeulimbangPeusangan, Bireuen|Kecamatan PeulimbangPeusangan]] dengan dasar UU No.43 tahun 2004 yang dimekarkan dari Kecamatan Jeunieb.
# [[Peusangan Selatan, Bireuen|Kecamatan Peusangan Selatan]] dengan dasar UU No. 42 tahun 2004.
# [[Peusangan SelatanSiblah Krueng, Bireuen|Kecamatan Peusangan SelatanSiblah Krueng]] dengan dasar Pembentukan UU No. 4246 tahun 2004.
# [[Peusangan Siblah KruengMakmur, Bireuen|Kecamatan Peusangan Siblah KruengMakmur]] dengan dasar Pembentukan UU No. 46 tahun 2004.
# [[MakmurSamalanga, Bireuen|Kecamatan MakmurSamalanga]]
# [[Simpang Mamplam, Bireuen|Kecamatan Simpang Mamplam]] dengan dasar UU No.45 tahun 2004 yang dimekarkan dari kecamatan Samalanga.<ref>[http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_BIREUN_8_2004.pdf Qanun Kab Bireun No.8 Tahun 2004.pdf]</ref>
# [[Samalanga, Bireuen|Kecamatan Samalanga]]
# [[Simpang Mamplam, Bireuen|Kecamatan Simpang Mamplam]] dengan dasar UU No.45 tahun 2004 yang dimekarkan dari kecamatan Samalanga.
 
== Referensi ==
Web Kabupaten Bireuen{{reflist}}
 
Sufa, Rahmat Asri. 2014. Bireuen dalam Lintasan Sejarah
== Lihat pula ==
 
* [[Pemerintahan Aceh]]
* [[Lembaga Wali Nanggroe]]
* [[Majelis Adat Aceh]]
* [[Majelis Permusyawaratan Ulama]]
 
== Pranala luar ==
Baris 326 ⟶ 322:
[[Kategori:Kabupaten di Aceh|Bireuen]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Bireuen]]
[[Kategori:Aceh]]
[[Kategori:Sumatra]]