Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HaEr48 (bicara | kontrib)
copyedit dan tambahkan hal-hal baru dari en.wp
Baris 22:
'''Marwan bin al-Hakam bin Abi'l Ash''' ({{lang-ar|مروان بن الحكم بن أبي العاص}}) atau '''Marwan I''' (lahir sekitar 623–626 — meninggal April/Mei 685) adalah [[khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah|Umayyah]] keempat, yang berkuasa kurang dari setahun pada 684–685. Ia adalah khalifah pertama dari [[:wikt:trah|trah]] Marwani (keturunan Marwan), yang menjadi penguasa Umayyah hingga 750 menggantikan khalifah-khalifah Sufyani (keturunan [[Abu Sofyan]]) yang kekuasaannya runtuh akibat [[Perang Saudara Islam II]].
 
Pada masa pemerintahan sepupunya, Khalifah [[Utsman bin Affan]] (memerintah 644–656), Marwan menjabat sebagai [[katib]] (sekretaris) dan menjadi orang kepercayaan Utsman. Ia terluka saat mengahadapi pemberontak yang [[Pengepungan rumah Utsman|mengepung rumah Utsman]] dan membunuh sang khalifah. Untuk membalas kematian Utsman, ia membunuh [[sahabat Nabi]] [[Thalhah bin Ubaidillah]] (yang ia anggap turut bersalah) dalam [[Pertempuran Jamal]], saat Marwan maupun Thalhah sama-sama bertempur di kubu [[Aisyah]] melawan pasukan Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] (memerintah 656–661). Marwan kemudian menjadi wali negeri [[Madinah]] pada masa pemerintahan kerabatnya, pendiri kekhalifahan Umayyah, [[Muawiyah bin Abi Sofyan]] (661–680). Pada masa pemerintahan [[Yazid bin Muawiyah]] (680–683), pecahlah Perang Saudara Islam II dan Marwan memimpin kekuatan Banu Umayyah di Madinah melawan para penentangnya. PadaSetelah meninggalnya Yazid pada November 683, pemimpin anti-Umayyah di Hijaz, [[Abdullah bin az-Zubair]], menyatakan diri sebagai khalifah dan berhasil mengusir Marwan dan kabilah Banu Umayyah dari Madinah ke negeri Syam, pusat kekuasaan dinasti tersebut. Khalifah selanjutnya, Muawiyah bin Yazid, meninggal pada 684 dan kekuasaan Umayyah menyusut hanya di sebagian Syam. Banyak wilayah yang menyatakan tunduk kepada Ibnu az-Zubair yang menyatakan diri khalifah setelah meninggalnya Yazid. Marwan mengajukan diri sebagai khalifah pengganti Muawiyah bin Yazid dalam pertemuan kabilah-kabilah pro-Umayyah di [[Jabiyah]] di bawah pimpinan [[Ibnu Bahdal]] dari [[Banu Kalb]]. Para pemuka kabilah ini setuju memilih Marwan dan mereka mengalahkan pasukan [[Qais]] yang memihak Ibnu az-Zubair dalam [[Pertempuran Marj Rahith]] pada Agustus 684.
 
Dalam waktu beberapa bulan, Marwan menyusun kekuatan Umayyah dan merebut kembali wilayah Mesir, Palestina, dan Syam Utara, yang sebelumnya telah tunduk pada Ibnu az-Zubair. Ia mengirim pasukan untuk merebut kembali Irak, tetapi ia meninggal saat pasukan tersebut masih dalam perjalanan. Sebelum ia meninggal, ia meninggalkan posisi yang kuat untuk anak-anaknya: [[Abdul Malik bin Marwan]] ditunjuk sebagai khalifah penerusnya, [[Abdul Aziz bin Marwan|Abdul Aziz]] menjadi wali negeri Mesir, dan [[Muhammad bin Marwan|Muhammad]] menjadi panglima di kawasan Mesopotamia Hulu. Anak cucunya akan terus menguasai kekhalifahan hingga [[Revolusi Abbasiyah|digulingkan]] [[Dinasti Abbasiyah]] pada 750. Ia memiliki reputasi beragam: sejarawan [[Clifford E. Bosworth]] menyebutnya sebagai panglima dan negarawan yang cerdik, cakap, tegas, dan berhasil melanggengkan kekhalifahan Umayyah, sedangkan riwayat-riwayat anti-Umayyah mengejeknya sebagai "bapak para penguasa zalim".
Baris 28:
== Asal usul ==
[[File:Abbreviated Umayyad Family Tree.png|thumb|right|upright=1.75|alt=|Silsilah keturunan tokoh-tokoh penting dinasti Umayyah.]]
Marwan lahir pada tahun 2 atau 4 [[Kalender Hijriyah|H]] (623 atau 626 M). Ayahnya bernama [[Al-Hakam bin Abi al-Ash]] dan ibunya bernama [[Aminah binti Alqamah]] dari kabilah [[Banu Kinanah]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Ayahnya berasal dari kabilah [[Banu Umayyah]] yang merupakan kabilah terkemuka dari suku Quraisy, yang ketika itu menguasai kota [[Mekkah]] di barat Semenanjung Arabia.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}{{sfn|Della Vida|2000|p=838}} Suku Quraisy (yang sebelumnya menganut [[Agama di Arab pra-Islam|kepercayaan Arab pra-Islam]]) sebagian besar memeluk Islam sekitar tahun 630 setelah [[Pembebasan Mekkah|Penaklukan Mekkah]] oleh [[Muhammad]], nabi umat Islam yang juga berasal dari suku tersebut. Marwan sempat mengenal Muhammad pada masa hidupnya sehingga ia termasuk golongan [[sahabat Nabi]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}
 
== Masa Khulafaur Rasyidin ==
[[File:Madina old.jpg|thumb|upright=1.5|alt=|Kota Madinah, tempat awal Marwan meniti karir sebagai orang kepercayaan Khalifah Utsman, wali negeri Khalifah Muawiyah, dan pemimpin keluarga Umayyah setempat. Foto dari tahun 1940.]]
Marwan turut serta dalam pemerintahan Khalifah [[Utsman bin 'Affan|'Utsman bin 'Affan]] (berkuasa 644—656 M), yang juga merupakan sepupunya.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Ia turut serta dalam perang melawan [[Kekaisaran Romawi Timur]] di [[Ifriqiyah]] (Afrika Utara bagian tengah), dan mendapat harta rampasan perang yang cukup banyak.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}{{sfn|Madelung|1997|p=81}} Inilah modal awal kekayaan Marwan, dan sebagian ia investasikan dalam tanah dan bangunan di [[Madinah]],{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} ibu kota kekhalifahan. Pada tanggal yang tidak diketahui pasti, ia ditunjuk menjadi wali negeri (gubernur) di [[Fars]] dan kemudian kembali ke Madinah untuk menjadi ''[[katib]]'' (sekretaris atau juru tulis khalifah) dan kemungkinan juga sebagai bendahara [[baitul mal]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}{{sfn|Donner|2014|p=106}} Sejarawan [[Clifford E. Bosworth]] menyebut bahwa karena kedudukannya ini Marwan "tak diragukan lagi membantu" dalam penyusunan [[mushaf]] Al-Quran di masa Utsman.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}

Sejarawan [[Hugh N. Kennedy]] menyatakan bahwa Marwan adalah "tangan kanan" Utsman. Menurut sumber tradisiriwayat-riwayat Muslim, anggota Quraisy yang sebelumnya mendukung Utsman perlahan-lahan menarik dukungannya akibat kedekatannya dengan Marwan, yang dianggap sebagai penyebab keputusan-keputusan kontroversial Utsman.{{sfn|Donner|2014|p=106}}{{sfn|Madelung|1997|p=92}}{{sfn|Della Vida|2000|p=947}} Sejarawan [[Fred Donner]] meragukan versiriwayat-riwayat ini karena ia menganggap tidak mungkin Utsman dipengaruhi begitu saja oleh Marwan yang jauh lebih muda dan karena tidak adanya tuduhan yang bersifat spesifik terhadap Marwan. Donner juga menduga bahwa ada kemungkinan "upaya dari tradisi Muslim zaman selanjutnya untuk menyelamatkan reputasi Utsman sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin dengan menjadikan Marwan ... kambing hitam (''the fall guy'') atas peristiwa-peristiwa memilukan di akhir dua belas tahun pemerintahan Utsman."{{sfn|Donner|2014|p=106}}
 
Kekisruhan pada tahun-tahun akhir pemerintahan Utsman akibat kebijakannya yang dianggap nepotisme atau memihak kerabat sendiri, maupun pengambilalihan tanah di Irak memicu perlawanan di kalangan Quraisy dan pihak-pihak yang dirugikan Mesir dan Kufah.{{sfn|Madelung|1997|pp=86–89}} Marwan menyarankan tindakan keras terhadap para pemberontak,{{sfn|Madelung|1997|pp=127, 135}} tetapi Utsman membatalkannya dan menahan diri dari tindakan militer saat para pemberontak mengepung kediamannya pada Juni 656.{{sfn|Madelung|1997|pp=133, 135–136}} Bertentangan dengan perintah Utsman, Marwan aktif melindungi Utsman dan sempat terluka parah di lehernya saat ia menantang para pemberontak di depan kediaman Utsman.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}{{sfn|Donner|2014|p=106}}{{sfn|Madelung|1997|p=137}} Menurut sumber tradisional, ia selamat karena campur tangan ibu susunya, Fatimah binti Aus, dan dibawa ke rumah Fatimah oleh pelayan Marwan yang bernama [[Abu Hafsah Yazid|Abu Hafsah]].{{sfn|Madelung|1997|p=137}} Tak lama kemudian, Utsman dibunuh oleh para pemberontak dan peristiwa ini memicu [[Perang Saudara Islam I]].
 
[[Ali bin Abi Thalib]] terpilih menjadi khalifah menggantikan Utsman, dan terjadi perlawanan yang dipimpin oleh [[Aisyah]], salah seorang istri Muhammad. Marwan awalnya berada di pihak Aisyah, dan ikut bertempur dalam [[Perang Jamal|Pertempuran Jamal]] pada Desember 656.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Dalam pertempuran ini, ia membunuh [[Thalhah bin Ubaidillah]] yang juga berada di pihak Aisyah tetapi menurut Marwan ikutmerupakan bertanggungsalah jawabsatu atasdalang pembunuhan Utsman.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Saat pasukan Aisyah sedang dipukul mundur dalam pertempuran jarak dekat dengan pasukan Ali, Marwan memanah Thalhah hingga mengenai pembuluh darah di bawah lututnya. Menurut sejarawan Wilferd Madelung, Marwan sengaja melakukan ini ketika posisi kubu Aisyah sedang genting sehingga Aisyah tidak dapat menindaknya atas perbuatan ini.{{sfn|Madelung|1997|p=171}} Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan Ali, dan Marwan pun menyatakan baiat kepada sang khalifah.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Marwan dimaafkan oleh Ali dan ia lalu berangkat ke Syam yang dikuasai oleh [[Muawiyah bin Abi Sofyan]], wali negeri Syam yang menolak untuk berbaiat kepada Ali, dan merupakan kerabatnya dari Banu Umayyah.{{sfn|Madelung|1997|pp=181, 190, 192 note 232, 196}} Marwan berada di pihak Muawiyah saat bertempur melawan Ali dalam [[Pertempuran Shiffin]] dekat [[Ar-Raqqah]] pada tahun 657.{{sfn|Madelung|1997|pp=235–236}} Pertempuran ini berakhir tanpa pemenang yang jelas, dan diikuti dengan sebuah ''tahkim'' (arbitrase) yang juga gagal menghentikan perselisihan antara kedua pihak.{{sfn|Kennedy|2004|pp=77–80}}
 
== Masa Kekhalifahan Umayyah ==
=== Wali negeri Madinah ===
Khalifah 'Ali dibunuh pada tahun 661 oleh anggota [[Khawarij]], golongan yang menolak kepemimpinan Ali maupun Muawiyah. dan putranya, [[Hasan bin Ali]], memegang tampuk kekhalifahan berikutnya. Untuk mencegah berlanjutnya perang saudara, Hasan membuat [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|perjanjian dengan Muawiyah]] dan menyerahkan posisi khalifah ke tangan wali negeri Syam tersebut. Muawiyah memasuki Kufah, pusat kekuasaan Hasan, pada Juli atau September 661 dan hal ini mengawali berdirinya [[Kekhalifahan Umayyah]].{{sfn|Hinds|1993|p=265}}{{sfn|Wellhausen|1927|pp=104, 111}} Marwan awalanya menjadi wali negeri Umayyah di [[Arabia Timur]] (Bahrayn) dan kemudian menjadi wali negeri Madinah pada 661–668 dan 674–677.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Di antara dua periode tersebut, posisi wali negeri Madinah dipegang oleh anggota Banu Umayyah yang lain, yaitu [[Said bin al-Ash]] dan [[Al-Walid bin Utbah]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Madinah sebelumnya adalah ibu kota kekhalifahan hingga kematian Utsman, tetapi pada masa Muawiyah Madinah hanyalah ibu kota wilayah (provinsi) sedangkan ibu kota kekhalifahan berada di Damaskus.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=59–60, 161}} Sekalipun tidak lagi menjadi ibu kota negara, Madinah tetap menjadi pusat kebudayaan Arab dan keilmuan Islam, serta tempat tinggal pemuka-pemuka kabilah..{{sfn|Wellhausen|1927|pp=136, 161}} Para pemuka kabilah di Madinah, termasuk banyak anggota Banu Umayyah, tidak menyukai turunnya posisi mereka dan naiknya Muawiyah. Menurut sejarawan [[Julius Wellhausen]]: "Apalah artinya bagi Marwan, dulunya patih Utsman yang amat berkuasa, jabatan Wali Negeri Madinah! Wajar saja ia iri kepada kerabatnya di Damaskus [Muawiyah] yang berada jauh di atasnya."{{sfn|Wellhausen|1927|p=136}}
 
Pada masa jabatan pertamanya, Marwan memperoleh tanah yang luas dari Mu'awiyah di daerah Fadak, ArabArabia Utara, yang kemudian ia bagikan kepada anaknya [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] dan [[Abdul Aziz bin Marwan|Abdul Aziz]].{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Masa jabatan pertamanya berakhir saat ia dipecat karena menentang pernyataan Muawiyah yang mengangkat [[Ziyad ibn Abihi]], wali negeri Irak yang asal usul keturunannya tidak jelas, sebagai saudaranya sendiri (pernyataan ini ditentang banyak anggota Banu Umayyah), dan karena Marwan menolak membantu putri sang khalifah [[Ramlah binti Muawiyah]] dalam masalah rumah tangganya dengan suaminya Amr bin Utsman bin Affan, yang juga merupakan keponakan Marwan.{{sfn|Madelung|1997|pp=343–345}} Setelah pencopotan ini, Marwan marah dan menemui Muawiyah di Damaskus dan keduanya bertengkar serta mengeluarkan kata-kata kasar.{{sfn|Madelung|1997|pp=343–345}} Saat Hasan bin Ali meninggal pada 670, Marwan termasuk salah satu orang yang menolak jenazahnya dikebumikan bersama Muhammad, Abu Bakar, dan Umar yang dimakamkan di [[Masjid Nabawi]].{{sfn|Madelung|1997|p=332}} Akhirnya, Marwan turut serta dalam prosesi pemakaman Hasan dan memujinya sebagai seseorang dengan "kesabaran sebesar gunung-gunung."{{sfn|Madelung|1997|p=333}}
 
Menurut Bosworth, Mu'awiyah mungkin menaruh curiga terhadap ambisi Marwan maupun anggota-anggota Umayyah dari trah Abu al-Ash pada umumnya. Cabang dinasti tersebut jauh lebih besar daripada trah Abu Sofyan seperti Muawiyah.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Marwan adalah salah satu anggota Banu Umayyah paling terkemuka ketika itu, sedangkan selain Muawiyah tidak banyak keturunan Abu Sofyan yang berpengalaman cukup.{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Bosworth menduga, "mungkin saja ada kekhawatiran terhadap trah Abu'l Ash yang memaksa Muawiyah ... mengambil langkah tidak umum yaitu menetapkan anaknya [[Yazid bin Muawiyah|Yazid]] sebagai pewaris kekhalifahan semasa hidupnya."{{sfn|Bosworth|1991|p=622}} Sebelumnya, Marwan pernah mendesak Amr bin Utsman (yang juga merupakan keturunan Abu al-Ash) untuk mengklaim jabatan khalifah berdasarkan posisi ayahnya, tetapi Amr tidak tertarik.{{sfn|Madelung|1997|pp=341–342}} Marwan dengan berat hati menerima ketetapan Muawiyah ini pada 676, tetapi diam-diam mendorong [[Said bin Utsman|Said]], putra Utsman bin Affan yang lain, untuk menentang keputusan ini.{{sfn|Madelung|1997|pp=342–343}} Said sendiri cukup puas ketika Muawiyah mengangkatnya sebagai panglima di [[Khurasan]] (wilayah paling timur kekhalifahan masa itu) sehingga tidak berambisi mengambil posisi khalifah.{{sfn|Madelung|1997|p=343}}