Jaipongan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sumber rujukan: Memperbaiki penulisan tautan rujukan yang kurang tepat. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Musik Indonesia}}
[[Berkas:Jaipongan.jpg|jmpl|Jaipongan|193x193px]]
'''Jaipongan''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{Sund|ᮏᮄᮕᮧᮌᮔ᮪}}) adalah sebuah jenis [[Tarian Indonesia|tari pergaulan]] tradisional [[orang Sunda|masyarakat Sunda]], [[Kabupaten Karawang|karawang]], [[Jawa Barat]], yang sangat populer di [[Indonesia]].
== Sejarah ==
Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi
Mungkin di antara kita hanya tahu asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum mengetahui dari mana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (
Tari ini dibawa ke kota Bandung oleh [[Gugum Gumbira]], sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk mengembangkan tarian asal
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan [[Priangan]] misalnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa ''Ball Room'' dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan [[ronggeng]] dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat [[orang Sunda|Sunda]], diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun [[1916]]. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi [[rebab]], [[kendang]], dua buah [[kulanter]], tiga buah [[ketuk]], dan [[gong]]. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/[[Doger]]/[[Tayub]]) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat ([[Karawang]], [[Bekasi]], [[Purwakarta]], [[Indramayu]], dan [[Subang]]) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam [[Topeng Banjet]] cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih
Tarian ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Baris 18:
== Perkembangan ==
[[Berkas:Jaipongan Bunga Tanjung 02.jpg|jmpl|kiri|200px|Jaipongan Mojang Priangan]]
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "[[Rendeng Bojong]]" yang keduanya merupakan jenis [[tari putri]] dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti [[Tati Saleh]], [[Yeti Mamat]], [[Eli Somali]], dan [[Pepen Dedi Kurniadi]]. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan,
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan,
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas
== Sumber rujukan ==
|