Institut Pemerintahan Dalam Negeri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 115.178.218.174) dan mengembalikan revisi 15536465 oleh Urang Kamang
Baris 74:
# Alasan empiris: Alumni STPDN Program D-III dan D-IV sampai Angkatan Ke-XII berjumlah 8.496 orang dengan penugasan yang tersebar pada seluruh provinsi di [[Indonesia]]. Di antara mereka secara terbatas sudah melanjutkan [[S1]] dan [[S2]] di [[Perguruan Tinggi]] Negeri atau Swasta. Mereka pada umumnya telah menduduki jabatan pada jenjang menengah ke bawah pada jajaran pemerintahan provinsi maupun daerah [[kabupaten]]/[[kota]]. Dengan demikian terbuka peluang untuk menampung hasrat alumni untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi sesuai tuntutan kebutuhan kedinasan.
 
== Kontroversi ==
<br />
Beberapa orang meninggal dalam ospek mahasiswa baru yang dilakukan oleh IPDN. Jumlah orang yang meninggal dari tahun 1993-2007 diperkirakan 35 orang. Angka kematian tersebut rata-rata disebabkan oleh perlakuan tidak layak dari senior kepada mahasiswa baru. Salah satu korban yang menarik perhatian pemerintah pada tahun 2007 adalah [[Cliff Muntu]], di mana IPDN diduga berusaha menutupi penyebab kematian mahasiswa tersebut dengan cairan formalin.
 
Daftar Praja yang meninggal tidak wajar di IPDN antara lain:
 
1994: Madya Praja Gatot (Kontingen Jatim). Meninggal ketika menjalani latihan dasar militer dan dadanya retak.
 
1995: Alvian (Kontingen Lampung). Meninggal di barak tanpa sebab.
 
1997: Fahrudin (Kontingen Jateng). Meninggal di barak tanpa sebab.
 
1999: Edi meninggal sebenarnya meninggal akibat kecelakaan tunggal di Kabupaten Wonosobo-Jawa Tengah pada saat praktik kerja lapangan (Desa LUK). Tetapi beberapa info yg tidak benar menyatakan bahwa Almarhum meninggal akibat belajar naik sepeda motor di Kampus.
 
2000: Purwanto meninggal dengan dada retak.
 
Obed (Kontingen Irian Jaya). Meninggal dengan dada retak.
 
Heru Rahman (Kontingen Jawa Barat). Meninggal akibat tindak kekerasan.
 
Utari meninggal karena aborsi dan mayatnya ditemukan di Cimahi.
 
2002: Wahyu Hidayat (Kontingen Jawa Barat). Meninggal akibat dianiaya oleh seniornya. Penganiayaan Wahyu berawal ketika dirinya dianggap lalai dalam menjalankan kegiatan ekstrakurikuler.
 
2005: Rivan Ibo (Kontingen Papua) meninggal karena dugaan narkoba.
 
2018: Sudah tidak ada lagi kekerasan
 
2007: Cliff Muntu (Kontingen Sulawesi Utara). Meninggal akibat penganiayaan.
 
== Referensi ==