Universitas Islam Negeri Antasari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
|image_size = 200px
|logo =
|caption = Lambang IAINUIN Antasari
|nama_latin =
|established = [[20 November]]
Baris 60:
}}
 
'''Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin''' adalah sebuah [[perguruan tinggi]] negeri yang berkedudukan di [[Kota Banjarmasin]], [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. IAINNama Banjarmasin'''Antasari''' diberiitu sendiri berasal dari nama Pangeran Antasari yaitu salah seorang Sultan Banjar yaitu [[Pangeran Antasari|Antasari]], Pahlawan Nasional Indonesia.
 
IAINUIN Antasari fokus kepada program akademik, mencakup pusat pengembangan kajian multidisipliner dan interdisipliner, kajian ilmu keislaman berbasis lokal, dan pengembangan kepribadian berbasis kultur kesantrian melalui Ma'had Al-Jamiah dan Program Khusus Ulama (PKU) IAINUIN Antasari.
 
Menuju menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, perguruanPerguruan tinggi negeri Islam ini memiliki kekhasan yang meliputi empat unsur yaitu (1) integrasi dinamis; (2) integrasi Islam dan kebangsaaan; (3) berbasis lokal; (4) berwawasan global. Sesuai dengan sebuah Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai “Kota Seribu Sungai”, keempat ciri khas itu digambarkan dalam metaphor “Sungai Pengetahuan”. Di samping kekhasan model integrasi ilmu, IAIN Antasari memiliki kekhasan yaitu sebagai pusat kajian akhlak-tasawuf dan spiritual Islam berbasis lokal berwawasan global.
 
== Sejarah ==
Sebelum masa kemerdekaan, kesempatan untuk melanjutkan studi bagi lulusan madrasah tingkat aliyah atau sederajat ketingkat yang lebih tinggi sangat terbatas sekali. Hanya mereka yang mampu dalam pembiayaan saja yang memiliki kesempatan, apalagi kalau harus melanjutkan pendidikan agama ke luar negeri seperti Mesir atau Saudi Arabia. Dengan didirikannya perguruan tinggi agama Islam di daerah ini, maka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi akan terbuka lebar bagi mereka yang berminat. Adanya perubahan masyarakat yang begitu cepat serta kemajuan ilmu pengetahuan yang menyebabkan munculnya masalah-masalah baru dalam kehiidupankehidupan kegamaan dan kemasyarakatan. Kelahiran sebuah perguruan tinggi agama yang dapat menghasilkan tenaga-tenaga terdidik yang diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut tidak dapat ditunda lagi.
 
Langkah konkritnya adalah dengan diadakannya [[Kongres Umat Islam Kalimantan]] pada tanggal 15-19 Juli 1947 yang kemudian dilanjutkan dengan [[Kongres Serikat Muslimin Indonesia]] pada tanggal 17-20 Januari 1948 di Banjarmasin. Kemudian pada tanggal 28 Februari 1948 di [[Barabai]] terjadi kesepakatan antara ulama dan tokoh pendidik untuk membentuk sebuah badan yang dinamakan “Badan Persiapan Sekolah Tinggi Islam Kalimantan ”Kalimantan” berkedudukan di Barabai dan diketuai oleh H. Abdurrahman Ismail, MA.
 
Ulama yang hadir pada pertemuan tersebut antara lain: [[Hanafie Gobit|K.H. Hanafie Gobit]] dan H.M. Nor Marwan dari Banjarmasin, H. Usman dan M. Arsyad dari Kandangan (Hulu Sungai Selatan), H. Mukhtar, H.M. Asa’d, H. Abdurrahman Ismail, H. Mansyur dan H. Abdul Hamid dari Barabai (Hulu Sungai Tengah) serta H. Juhri Sulaiman, H. A. Hasan dan [[Idham Khalid|K.H. Idham Khalid]] dari Amuntai (Hulu Sungai Utara).