Syiah: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syiahdotorg (bicara | kontrib)
k Kata yang tendensius dan mengarah perpecahan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Syiahdotorg (bicara | kontrib)
k Melengkapi rujukan dan data yang kurang
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 94:
== Status ==
=== Indonesia ===
Ada perbedaan pendapat diantara para cendikiawan Indonesia mengenai Syi'ah. Berikut kutipan beberapa pendapat mengenainya.
 
Di Indonesia, [[Suryadharma Ali]] selaku menteri agama, di gedung DPR pada 25 Januari 2012 menyatakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama menyatakan Syiah bukan Islam, "Selain itu, Pengurus Besar [[Nadhlatul Ulama]] (PBNU) pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tertanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH. Drs. Dawam Anwar, yang mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda Syiah dan perlunya umat Islam Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam. "Menag juga mengatakan Kemenag mengeluarkan surat edaran no. D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan Syiah, menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam."
 
Majelis Ulama Indonesia sejak lama telah mengeluarkan fatwa penyimpangan Syiah dan terus mengingatkan umat muslim seperti pada Rakernas MUI 7 Maret 1984<ref>http://www.beritasatu.com/nasional/27980-menag-syiah-bukan-islam.html</ref> Selain itu, MUI Pusat telah menerbitkan buku panduan mengenai paham Syiah pada bulan September 2013 lalu berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”.<ref>http://www.scribd.com/doc/183188603/BUKU-PANDUAN-MUI-MENGENAL-MEWASPADAI-PENYIMPANGAN-SYI-AH-DI-INDONESIA#download</ref><ref>http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/03/mui-minta-umat-islam-mewaspadai-aliran-syiah</ref>
 
Berbeda dengan pendapat di atas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai aliran Islam Syiah secara umum bukan merupakan aliran sesat. "Tidak sesat, hanya berbeda dengan kita," kata Ketua Umum PBNU, [https://nasional.tempo.co/read/426145/nu-syiah-tidak-sesat-hanya-berbeda Said Aqil Siradj], di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.<ref>{{Cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/426145/nu-syiah-tidak-sesat-hanya-berbeda|title=NU: Syiah Tidak Sesat, Hanya Berbeda|last=Kustiani|first=Rini|date=2012-08-29|website=Tempo|language=en|access-date=2019-09-13}}</ref>
 
 
Majelis Ulama Indonesia, MUI, menyatakan tidak pernah melarang ajaran Syiah di Indonesia kecuali menghimbau umat Islam agar meningkatkan kewaspadaan tentang kemungkinan beredarnya kelompok Syiah yang ekstrim.
 
Hal ini ditegaskan Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi, untuk menanggapi surat edaran Wali Kota Bogor pada 22 Oktober lalu yang melarang perayaan ''Asyura'' oleh penganut Syiah di wilayahnya.
 
"Dikeluarkannya surat MUI pada tahun 2004 bahwa sesungguhnya kita tidak punya posisi untuk mengatakan bahwa Syiah itu sesat," kata Muhyiddin Junaidi kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (25/10) malam.<ref>{{Cite web|url=https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151025_indonesia_syiah_bogor|title=Ajaran Syiah, menurut MUI, tidak dilarang di Indonesia|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2019-09-13}}</ref>
 
 
Padahal, kata Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir, hubungan kelompok Islam Sunni dan Syiah di tingkat internasional saat ini sudah "mencair" dan semakin membaik.
 
"Hubungan Sunni-Syiah internasional sudah ’mencair’. Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir juga sudah mengakui Syiah sebagai bagian dari Islam, karena itu saya yakin konflik di Sampang itu bukan konflik agama atau kepercayaan, tapi ada faktor lain," katanya di Jakarta (28/8).<ref>{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2012/09/01/1919133/Syiah.Tidak.Sesat|title=Syiah (Tidak) Sesat|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2019-09-13}}</ref>
 
=== Malaysia ===
Baris 103 ⟶ 119:
=== Yordania ===
Pada Juli tahun 2005, Raja [[Abdullah II dari Yordania]] mengadakan sebuah Konferensi Islam Internasional yang mengundang 200 ulama dari 50 negara, dengan tema "Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern" (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) Di Amman, ulama-ulama tersebut mengeluarkan sebuah pernyataan yang dikenal dengan sebutan [[Risalah Amman]], yang menyerukan toleransi dan persatuan antar [[dunia Islam|umat Islam]] dari berbagai golongan dan mazhab yang berbeda-beda.<ref name="J47">"[http://merln.ndu.edu/archive/icg/terrorismjordans911.pdf Jordan's 9/11: Dealing With Jihadi Islamism]", Crisis Group Middle East Report N°47, 23 November 2005</ref>
 
 
'''Syi'ah Menurut Ulama Dunia'''
 
Salah satu dari tiga pesan utama Amman Message yang ditanda tangani oleh banyak ulama besar dari seluruh dunia.
 
 
"Siapa pun yang menganut salah satu dari empat mazhab Sunni (Mathahib) yurisprudensi Islam (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali), dua mazhab fikih Islam Syiah (Ja'fari dan Zaydi), Mazhab Ibadi dari  Yurisprudensi Islam dan mazhab yurisprudensi Islam zhahiri, adalah seorang Muslim.  Menyatakan orang itu murtad adalah tidak mungkin dan tidak diizinkan.  Sesungguhnya darah, kehormatan, dan hartanya tidak dapat diganggu gugat.  Selain itu, sesuai dengan fatwa Syaikh Al-Azhar, tidak mungkin atau tidak diizinkan untuk menyatakan siapa pun yang menjadi pengikut Ash'ari atau siapa pun yang mempraktikkan Tasawwuf (Sufisme) nyata seorang murtad.  Demikian juga, tidak mungkin atau tidak diizinkan untuk menyatakan siapa pun yang bermanhaj Salafi benar dianggap murtad.
 
Sama halnya, tidak mungkin atau tidak diizinkan untuk menyatakan sebagai murtad kelompok Muslim mana pun yang percaya pada Tuhan, dan Rasul-Nya (semoga damai dan berkah besertanya) dan pilar-pilar iman, dan mengakui lima pilar  Islam, dan tidak menyangkal prinsip agama apa pun yang terbukti dengan sendirinya"<ref>{{Cite web|url=https://ammanmessage.com/the-three-points-of-the-amman-message-v-1/|title=The Three Points of The Amman Message V.1 – Amman Message|language=en-US|access-date=2019-09-13}}</ref> <ref>{{Cite web|url=https://syiah.org/aqidah-syiah/|title=Aqidah Syi'ah|website=Syi'ah.org|language=id-ID|access-date=2019-09-13}}</ref>
 
<br />
 
== Hubungan Sunni-Syiah ==
Hubungan antara [[Sunni]] dan Syiah telah mengalami kontroversi sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut [[Bani Umayyah]] dan para pengikut [[Ali bin Abi Thalib]]. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syiah dengan nama ''Rafidhah'', yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna ''meninggalkan''.<ref>Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829</ref> <!--Dalam terminologi syariat Sunni, Rafidhah bermakna "mereka yang menolak ''imamah'' (kepemimpinan) [[Abu Bakar]] dan [[Umar bin Khattab]], berlepas diri dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya".-->
 
OrangSebagian orang Islam menganggap ''firqah'' (golongan) ini tumbuh tatkala seorang [[Yahudi]] bernama [[Abdullah bin Saba]] yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap [[Ahlul Bait]], terlalu memuja-muji [[Ali bin Abu Thalib]], dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan [[khalifah|kekhalifahan]].<ref>Riwayat Ibnu 'Asakir dalam "Tarikh Dimasyq" [Sejarah Damaskus], dan Ibnu Abu Khaitsamah dalam "Tarikh"-nya, dengan sanad sahih, berikut beberapa penguat. Ini mematahkan klaim penganut agama Syiah untuk menganggap bahwa Abdullah bin Saba' itu tokoh fiktif.</ref> Syiah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif. Salah satu ulama besar Syi'ah menulis Kitab Khusus mengenai kefiktifan sosok Abdullah bin Saba ini. Namun demikian, [[An-Naubakhti]] menganggap Abdullah bin Saba' benar ada, dan menuliskan hingga belasan riwayat lengkap dengan sanad yang mutawatir bahwa Abdullah bin Saba' ada.
 
Namun terdapat pula kaum Syiah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan [[Zaidiyyah]] Batriyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum [[Ali bin Abi Thalib]]. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan di antara [[Sahabat Nabi|para sahabat]] mengenai masalah imamah [[Abu Bakar]] dan [[Umar bin Khattab|Umar]].<ref>Baca al-Ghadir, al-Muroja'ah, Akhirnya Kutemukan Kebenaran, dll</ref>
 
=== Istilah Rafidhah ===