Televisi Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Fitrah Ramadhana 02 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Askarjason98
Tag: Pengembalian
Membalikkan revisi 15538714 oleh Dzaky17 (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 237:
 
=== 2006-kini: Rebranding, modernisasi, dan penyempurnaan siaran ===
 
Pada tahun 2017, TVRI melantik [[Helmy Yahya]] sebagai Direktur Utama TVRI menggantikan [[Iskandar Achmad]]. Sedangkan TVRI juga melantik [[Apni Jaya Putra]] (mantan Dirprog [[Kompas TV]])sebagai direktur Programming TVRI. Di era kepemimpinan Helmy Yahya & Apni Jaya Putra, TVRI mulai merombak acara maupun siaran secara besar-besaran.
 
Pada tanggal [[21 Juli]] [[2018]], TVRI mendapatkan hak siar laga pra musim [[International Champions Cup]]. Pada musim 2018, disiarkan bersama [[iNews]] dan kembali tayang pada musim 2019.
Baris 622 ⟶ 624:
[[Kategori:Perserikatan Orde Baru]]
[[Kategori:Lembaga Penyiaran Publik]]
iknya, layanan diseminasi informasi ke masyarakat, ditahbiskan oleh TVRI sebagai corong pemerintah atau dalam bahasa gaul anak muda, "TVRI emang pemerintah banget!" Fungsi pencocokan TVRI pun terpuruk dengan layanan seadanya dengan kekentalan pesan ideologis.
 
Saat itu, diakui jujur bahwa TVRI tidak memiliki 'independensi dalam kebijakan editorial policy'. Kondisi itu menyebabkan menurunnya semangat kerja, kreativitas dan produktivitas karyawan. Sementara internal TVRI meningkatkan kelesuan, dan di mana pun di sana terjadi hal sebaliknya. Tuntutan zaman dan perkembangan teknologi, tidak terbendung lagi. Arus desakan global dan kompetisi, perlu dijawab dengan kreativitas, inovasi, improvisasi dan terobosan pengemasan dalam produksi program penyiaran televisi.
 
lbarat judul karya RA [[Kartini]], industri pertelevisian Indonesia, bagai buku berjudul: "Habis Monopoli, Terbitlah Kompetisi". Era monopoli penyiaran usai, ditandai pelonggaran izin penyelenggaraan penyiaran televisi swasta dari Departemen Penerangan. Di awal 1990-an, secara bersamaan turut hadir stasiun televisi swasta. Dalam suasana kompetisi maraknya kompetisi, setidaknya terjadi dua hal yang patut dicatat sebagai bahan pembelajaran untuk TVRI.
 
Pertama, pada TVRI internal. Walau ada perubahan logo sebagai cermin tradisi mengubah diri, namun jika era kompetisi dibandingkan periode monopolistik, tidak ada bedanya. Selama era kompetisi sejak 1990, dalam waktu kurang dari dua dekade, logo TVRI mengubah lima kali. Walau bentuk visual logo tetap sama, yaitu huruf TVRI pembentuk segi empat horisontal. Sedikit pembeda pada nuansa pemakaian warna, dari arsir warna horizontal pada logo keempat dan kelima, yang kemudian berubah menjadi latar berwarna senada, putih pudar pada logo keenam. Kemudian, kehadiran garis lengkung tiga warna pada logo kelima, menghilang pada logo berikutnya. Baru muncul lagi, walau hanya sebuah ‘cakar atau gancu’ pada logo TVRI yang digunakan hingga Maret 2019. Hari Jum’at, 29 Maret 2019 menjadi saksi sejarah baru perubahan logo TVRI. Logo memang harus diakui menjadi bagian yang paling banyak dibicarakan dalam proses ''rebranding'' LPP TVRI. LPP TVRI tidak lagi mengganti logo dengan pola sayembara atau dibuat internal secara interanal. Karena brand memang bukan sakadar logo, brand itu juga soal ''corporate image'' yang akhirnya sampai budaya organisasi (''corporate culture'').
 
Terhadap berbagai proses perubahan logo tadi, secara simbolik dapat dimaknai bahwa:
 
# Perubahan logo selama era kompetisi, mengesankan bahwa TVRI makin tak bernyali jika tidak dapat dikatakan hanya sekedar memoles wajah. Padahal, tuntutan untuk berkompetisi semakin ketat dalam merebut pangsa pasar, menjadi prasyaratnya. Di sini justru dituntut kreativitas, terobosan dan inovasi kemasan program yang prima!
# Perubahan logo di era kompetisi terjadi lima kali. Apabila dibanding era monopoli, hal ini menegaskan kesamaan untuk kembali pada fungsi televisi sebagai media publik, yakni kotak segi empat.
# Kondisi dan tuntutan perubahan pun direspon secara tegas, walau dalam serba keterbatasan. Menjelang proses perubahan menuju Perseroan Terbatas. Pembubuhan warna merah dari huruf "V" (Kemenangan) pada logo keenam TVRI, walau dalam bahasa serba bukan soal sia-sia tanpa makna.
# Hal yang dominan dan masih tetap lekat, di bawah perubahan yang terjadi, adalah penampilan penggunaan warna. Biru seakan telah menjadi konvensi, sebagai warna budaya korporasi TVRI.
# Terakhir, dengan warna yang lebih "fresh" yang memberikan kesan lebih modern daripada logo sebelumnya. Perubahan logo dan makna di dalamnya diharapkan TVRI dapat diakui kembali baik nasional maupun internasional dan sebagai media yang menyatukan bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Hal tersebut juga telah diwujudkan dengan tersebarnya Staisun Penyiaran Daerah di seluruh Indonesia. Maka bersiaplah dengan kembalinya TVRI dengan makna yang baru juga akan memberikan semangat baru bagi TVRI serta juga dapat memberikan konten-konten positif yang lebih baik demi kemajuan dan persatuan bangsa.
 
#
 
#
 
#
#