Pinisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 24:
Pada abad ke-19, para pelaut Sulawesi mulai menggabungkan layar-layar persegi panjang besar dari [[layar tanja]]q dengan jenis-jenis layar depan dan belakang yang mereka lihat di kapal-kapal Eropa yang berkeliaran ke Nusantara. Sejak awal abad ke-18, VOC mulai membangun kapal-kapal bergaya Eropa untuk perdagangan inter Asia di galangan-galangan Jawa, sehingga terus memperkenalkan metode konstruksi dan ''rig'' baru, termasuk versi Belanda dari layar depan dan belakang yang baru. Selama abad ke-19, angkatan laut kolonial dan perusahaan perdagangan Eropa, India, dan Cina mengoperasikan sekunar Barat yang jumlahnya terus meningkat; tetapi, meskipun laporan sejak awal tahun 1830 menyebutkan perahu, “sekunar dengan layar kain”, digunakan oleh 'bajak laut' yang beroperasi di Selat Malaka.
 
Pinisi berevolusi dari lambung dasar [[padewakang]] dengan layar depan dan belakang ke model lambungnya sendiri dengan "layar pinisi" pribumi. Selama dekade-dekade evolusi ini, para pelaut Indonesia dan pembangun kapal mengubah beberapa fitur dari sekunar barat yang asli. Pinisi asli Sulawesi pertama diperkirakan dibangun pada tahun 1906 oleh pengrajin perahu Ara dan Lemo-Lemo, mereka membangun perahu ''penisiq'' [salah sebut] pertama untuk kaptenseorang nakhoda [[Bira, Bonto Bahari, Bulukumba|Bira]].<ref>Liebner, olehHorst orang-orangH. Araand sekitarRahman, tahunAhmad (1998): 'Pola Pengonsepan Pengetahuan Tradisional: Suatu Lontaraq Orang Bugis tentang Pelayaran ', ''Kesasteraan Bugis dalam Dunia Kontemporer'' 1900(Makassar).</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Boeginese prauw aan de kust van Zuid-Celebes TMnr 10010874.jpg|jmpl|Pinisi berlambung palari di Sulawesi Selatan. 1923-1925.]]
Pada mulanya, layar sekunar dipasang di atas lambung padewakang, tetapi setelah beberapa lama pedagang Sulawesi memutuskan untuk menggunakan palari berhaluan tajam yang lebih cepat. Seluruh lambung adalah ruang kargo, dan hanya ada kabin kecil untuk kapten ditempatkan di dek buritan, sementara kru tidur di dek atau di ruang kargo. Dua kemudi panjang yang dipasang di sisi buritan seperti yang digunakan pada padewakang, dipertahankan sebagai perangkat kemudi.