Agresi Militer Belanda II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
farah fadhila
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ←Suntingan 115.178.207.150 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Firman.Nst
Tag: Pengembalian
Baris 35:
Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di [[Jawa]] dan [[Sumatra]] untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai" .
 
Pukul 2.00 pagi ''1e para-compgnie'' (pasukan para I) KST di [[Andir]] memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal [[Simon Hendrik Spoor|Spoor]] 15 menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat. Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4.30 pesawat [[Dakota]] pertama tinggal landas. Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui [[Lautan Hindia]]. Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo.
 
Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal [[19 Desember]] [[1948]], WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan [[Persetujuan Renville]]. Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatra, termasuk serangan terhadap Ibu kota RI, [[Yogyakarta]], yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".