Sitti Nurbaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 118.136.215.103 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Hanamanteo Tag: Pengembalian |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 81:
''Sitti Nurbaya'' sering dianggap salah satu karya sastra Indonesia yang paling penting,{{sfn|Mahayana|Sofyan|Dian|2007|p=8}} dengan cerita cintanya dibandingkan dengan ''[[Romeo dan Julia]]'' karya [[William Shakespeare]] dan legenda Tiongkok ''[[Sampek Engtay]]''.{{sfn|KapanLagi 2004, broadcast}} Beberapa kritikus Barat, misalkan Teeuw dan penulis A. H. Johns, menganggap novel ini sebagai novel Indonesia pertama. ''[[Azab dan Sengsara]]'', yang diterbitkan pada tahun 1920,{{sfn|Balfas|1976|p=52}} dianggap kurang berkembang dalam tema kawin paksa dan segi negatif adat.{{sfn|Mahayana|Sofyan|Dian|2007|p=8}}
Teeuw menulis bahwa pesan moral dan sentimentalitas dalam ''Sitti Nurbaya'' terlalu berlebihan, seperti dalam ''Azab dan Sengsara''. Namun, dia beranggapan bahwa alur ''Sitti Nurbaya'' lebih menarik untuk pembaca dari latar belakang Barat daripada karya [[Merari Siregar]] itu.{{sfn|Teeuw|1980|p=87}} Menurut Siregar, Rusli bertindak sebagai dalang dalam novel ini, sehingga tokoh kadang-kadang dikesampingkan supaya penulis dapat menyatakan sesuatu secara langsung kepada pembaca. Dia juga beranggapan bahwa alur terasa
''Sitti Nurbaya'' telah mengilhami berbagai penulis, termasuk [[Nur Sutan Iskandar]], yang menyatakan bahwa dia menulis ''[[Apa Dayaku Karena Aku Perempuan]]'' (1924) sebagai akibat membaca novel Rusli itu; novelnya yang berikutnya, ''[[Cinta yang Membawa Maut]]'' (1926), juga mempunyai tema yang sama. Alur cerita ''Sitti Nurbaya'' sering didaur ulang, sehingga Balfas beranggap bahwa cerita yang mirip menggunakan "rumus {{'}}''Sitti Nurbaya''{{'}}
Di Padang, kepopuleran novel ini telah mendorong pembuktian keberadaan Sitti Nurbaya dan menghidupkannya. Ada sebuah makam yang dinamai Sitti Nurbaya di sela batu karang yang terdapat di bukit [[Gunung Padang]]. Pada masa belakangan, Sitti Nurbaya menjadi nama [[Taman Sitti Nurbaya|taman di atas Gunung Padang]], [[Jembatan Sitti Nurbaya|jembatan di muara Batang Arau]], dan festival kesenian tradisional tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Padang. Penulis [[Ragdi F. Daye]] menyebut upaya ini membuat Sitti Nurbaya seolah adalah warga Kota Padang. "Kita tidak tahu, suatu saat nanti akan ada satu patung sosok perempuan di Batang Arau dan orang mengatakan itu patung Sitti Nurbaya".<ref>{{Cite news|url=|title=Sebuah Kisah akan Hilang Bila Tak Ditulis|last=|first=|date=5 Agustus 2019|work=Harian Khazanah|access-date=10 Agustus 2019|penulis=Rahmat Irfan Denas}}</ref>
== Adaptasi ==
|