Maria Magdalena: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 311:
Pada tahun 1998, Ramon K. Jusino mengajukan sebuah argumen yang belum pernah ada sebelumnya bahwa "[[Murid yang Yesus kasihi|murid yang dikasihi Yesus]]" dalam [[Injil Yohanes]] sesungguhnya adalah Maria Magdalena. Ramon K. Jusino mendasarkan argumennya pada kitab-kitab [[gnostik]] [[Nag Hammadi]], sambil menyanggah pendapat [[Raymond E. Brown]] bahwa kitab-kitab ini baru ditulis belakangan, malah bersikukuh bahwa Injil Yohanes yang ada sekarang ini adalah hasil modifikasi atas teks-teks terdahulu yang menonjolkan Maria Magdalena sebagai murid yang dikasihi Yesus.{{sfn|Jusino|1998}} Kendati tidak membenarkan argumen Ramon K. Kusino, Richard J. Hooper mengemukakan bahwa "Ada baiknya kita tidak sepenuhnya menafikan kemungkinan bahwa ada sekelompok umat Kristen pengikut Yohanes yang menghargai Maria Magdalena sebagai 'murid yang dikasihi Yesus'."{{sfn|Hooper|2005|p=223}} Esther A. de Boer juga mengusung gagasan ini sebagai "salah satu dari sekian banyak kemungkinan", bukan sebagai satu-satunya jawaban yang benar atas pertanyaan mengenai jati diri murid yang dikasihi Yesus.{{sfn|De Boer|2004|p=190}} Menurut salah satu tafsir teologi, Maria Magdalena adalah Magdala, ''Menara Megah'', dan gereja-gereja tertentu menghormatinya sebagai seorang srikandi iman dalam ajaran-ajaran mereka.{{sfn|Catholic Times}}
 
Novel misteri seru terbitan tahun 2003 yang laris manis, ''[[The Da Vinci Code]]'', karangan [[Dan Brown]], mempopulerkan sejumlah anggapan keliru tentang Maria Magdalena,{{sfn|Ehrman|2004|pages=xii–xvii}}{{sfn|Casey|2010|pages=25–26, 544–545}} antara lain anggapan bahwa ia adalah warga [[suku Benyamin]], ia adalah istri Yesus, ia sedang mengandung ketika Yesus disalibkan, dan bahwa ia melahirkan anak Yesus, cikal bakal dari [[keturunan Yesus|nasab Yesus]] yang konon masih beranak pinak sampai sekarang.{{sfn|Ehrman|2004|pages=xii–xv}} Sama sekali tidak ada bukti sejarah, baik dari injil-injil kanonik maupun dari injil-injil apokrif, karya-karya tulis Kristen terdahulu, atau pun sumber-sumber kuno lain yang mendukung anggapan-anggapan tersebut.{{sfn|Ehrman|2004|pages=xii–xv}}{{sfn|Casey|2010|pages=25–26}} ''The Da Vinci Code'' juga menyatakan bahwa sosok "sang murid terkasih" di sebelah kanan Yesus dalam lukisan ''[[Perjamuan Terakhir (Leonardo da Vinci)|Perjamuan Terakhir]]'' karya [[Leonardo da Vinci]] adalah sosok Maria Magdalena, yang disamarkan sebagai salah seorang murid laki-laki.{{sfn|King|2012|pages=183–184}} Para sejarawan seni rupa bersikukuh bahwa sosok tersebut sesungguhnya adalah sosok Rasul Yohanes, yang raut wajahnya terlihat feminin akibat kegemaran Leonardo mengaburkan batas-batas antarjenis kelamin sebagaimana tampak dalam lukisan-lukisannya yang lain, misalnya lukisan ''[[Santo Yohanes Pembaptis (Leonardo)|Santo Yohanes Pembaptis]]'' (dilukis ''ca.'' 1513–1516).{{sfn|King|2012|pages=189–191}} Selain itu, menurut Ross King, salah seorang pakar seni rupa buatan Italia, tindakan menampilkan sosok Maria Magdalena dalam lukisan ''Perjamuan Terakhir'' tentunya tidak akan dipermasalahkan orang, dan Leonardo tentunya tidak punya alasan untuk menyamarkannya sebagai salah seorang dari murid-murid yang lain,{{sfn|King|2012|pages=187–189}} karena Maria Magdalena sangat dimuliakan sebagai "rasul para rasul" dan dihormati sebagai santa pelindung oleh tarekat Dominikan, yakni tarekat yang memesan lukisan ''Perjamuan Terakhir''.{{sfn|King|2012|pages=187–189}} Bahkan sosok Maria Magdalena jauh sebelumnya sudah pernah ditampilkan dalam lukisan peristiwa perjamuan terakhir oleh [[Fra Angelico]], pelukis Renaisans Italia terdahulu.{{sfn|King|2012|pages=187–188}} [[Kritik terhadap The Da Vinci Code|Ada banyak karya tulis]] yang menanggapi ketidakakuratan sejarah dalam ''The Da Vinci Code'',{{sfn|Ehrman|2004|pages=xiii–xvi}}{{sfn|Casey|2010|page=26}} tetapi novel ini tetap saja sangat mempengaruhi cara pandang kahalayakkhalayak ramai terhadap Maria Magdalena.{{sfn|Ehrman|2004|page=xvi}}{{sfn|Casey|2010|pages=25–26}}
 
Pada tahun 2012, sejarawan agama [[Karen Leigh King|Karen L. King]] mempublikasikan [[Injil Istri Yesus]], sobekan papirus yang konon memuat kata-kata Yesus dalam [[bahasa Koptik]] yang berbunyi, "Istriku ... dia akan mampu menjadi muridku." Semua ahli, termasuk Karen L. King sendiri, berpendapat bahwa sobekan papirus ini hanyalah artefak palsu buatan Zaman Modern.{{sfn|Brown|2012}}{{sfn|Goodstein|2014}}{{sfn|Sabar|2016}} Andaikata asli, papirus ini sudah barang tentu diperkirakan berasal dari abad ke-6 dan abad ke-9 M. Kendati sobekan ini tidak memuat nama Maria Magdalena, sejumlah penulis berespekulasi bahwa orang yang dimaksud dengan kata "istriku" adalah Maria Magdalena.{{sfn|Masters|2014}}