Suku Amungme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
Keyakinan tradisional masyarakat Amungme yaitu animisme. Orang-orang Amungme tidak memiliki gagasan tentang "dewa" yang terpisah dari alam di mana roh-roh dan alam adalah satu dan sama.<ref>{{cite book|author =Craig A. James|title=The Religion Virus|year=2010|publisher=John Hunt Publishing|isbn=1-8469-4272-1}}</ref>
 
Mereka mempraktekkanmempraktikkan pertanian berpindah, melengkapi mata pencaharian mereka dengan berburu dan meramu. Amungme sangat terikat dengan tanah leluhur mereka dan menjadikan pegunungan sekitarnya adalah tempat yang disucikan.
 
Hal ini telah menyebabkan gesekan dengan pemerintah Indonesia, yang ingin mendayagunakan persediaan [[mineral]] yang luas yang terdapat di sekitarnya. Perubahan besar dalam Amungme dari dataran tinggi dan Kamoro dari dataran rendah gaya hidup telah dibawa oleh [[tambang Grasberg]], terletak di jantung wilayah Amungme dan dimiliki oleh [[Freeport-McMoRan]], majikan tunggal terbesar di kawasan itu. [[Emas]] yang luas dan [[tembaga]] telah mengubah lanskap, dan kehadiran tambang dan infrastruktur telah menarik banyak migran ekonomi lainnya dari Indonesia Barat serta wilayah Papua lainnya, beberapa di antaranya telah mencoba untuk menetap di tanah tradisional Amungme. Ini kemudian mengalami sengketa tanah yang disebabkan mengenai hak tanah adat antara masyarakat Amungme terhadap perusahaan pertambangan Freeport Indonesia di Timika.<ref>{{cite book|author1=August Kafiar |author2=Tom Beanal |title=PT. Freeport Indonesia Dan Masyarakat Adat Suku Amungme|year=2000|publisher=Forum Lorentz|isbn=}}</ref> Dalam 35 tahun terakhir, Amungme telah melihat gunung suci mereka dihancurkan oleh tambang, dan menyaksikan kerabat mereka yang dibunuh oleh [[Tentara Nasional Indonesia]] yang "membela" pertambangan, sementara bagi Kamoro memiliki masalah yaitu lebih dari 200.000 ton limbah dipompa ke sungai mereka setiap hari.<ref>{{cite book|author =Jeremy Seabrook|title=Consuming Cultures: Globalization And Local Lives|year=2004|publisher=New Internationalist|isbn=1-9044-5608-1}}</ref> Semua faktor ini telah menciptakan tekanan sosial dan politik yang kompleks, dan menyebabkan protes yang mulai sering dan atau meletusnya konflik sosial, beberapa di antaranya telah ditekan secara keras oleh [[polisi]] juga militer Indonesia.<ref>{{cite book|authors =Monash University. Castan Centre for Human Rights Law, United Nations. Global Compact Office, Prince of Wales International Business Leaders Forum, United Nations. Office of the High Commissioner for Human Rights|title=Human Rights Translated: A Business Reference Guide|year=2008|publisher=United Nations Publications|isbn=0-9752-4425-6}}</ref>