Burisrawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
| Asal = [[Kerajaan Bahlika]]
}}
'''Burisrawa''' ([[Bahasa Sansekerta|Sansekerta]]: भूरिश्रवा; ''Bhūriśravā'') adalah seorang tokoh [[antagoniswiracarita]] dari''[[Mahabharata]]'' yang menjadi sekutu para [[wiracaritaKorawa]] dalam perang [[MahabharataBaratayuda]]. Ia merupakan pangeran dari [[Kerajaan Bahlika]] yang berperanggugur padadi pihaktangan [[KorawaSatyaki]], saatsekutu perangpara [[BharatayuddhaPandawa]]. Ia tewas karena dipenggalDalam olehpewayangan [[ArjunaJawa]], saattokoh iaBurisrawa hendakdisebut menyerangberasal dari [[SatyakiKerajaan Mandaraka]].
 
==Asal-Usul==
Menurut versi ''[[Mahabharata]]'', Burisrawa merupakan putra dari Somadatta raja [[Kerajaan Bahlika]]. Somadatta sendiri merupakan keturunan [[Kerajaan Kuru]], jadi ia masih kerabat para [[Korawa]] dan [[Pandawa]]. Somadatta memiliki empat orang putra, yaitu Burisrawa, Buri, Sala, dan Saumadatti. Namun, versi lain menyebut Saumadatti sama dengan Burisrawa. Dalam perang [[Baratayuda]], Somadatta dan putra-putranya tewas di tangan [[Satyaki]], kecuali Saumadatti yang tewas di tangan para [[Pancakumara]].
 
Versi pewayangan [[Jawa]] menyebut Somadatta dengan ejaan Somadenta, dan merupakan nama lain [[Salya]] raja [[Kerajaan Mandaraka]]. Maka, Burisrawa pun secara otomatis disebut sebagai putra Salya. Padahal, Somadatta dan Salya dalam ''Mahabharata'' adalah dua tokoh yang berbeda.
{{tokoh mahabharata}}
{{mahabharata-stub}}
 
Salya versi Jawa menikah dengan Setyawati dan memiliki lima orang anak, yaitu Erawati, Surtikanti, Banowati, Burisrawa, dan Rukmarata. Ketiga putri Salya masing-masing menikah dengan [[Baladewa]], [[Karna]], dan [[Duryudana]]. Di antara kelima anak Salya, hanya Burisrawa yang memiliki wajah buruk seperti [[raksasa]], sedangkan yang lainnya cantik dan tampan. Hal ini merupakan kutukan karena Salya semasa muda pernah membunuh mertuanya sendiri yang berwujud raksasa karena jijik. Mertuanya itu bernama [[Resi Bagaspati]]. Akibat dosa tersebut, salah satu anak Salya pun terlahir buruk rupa, yaitu Burisrawa.
 
Burisrawa dalam pewayangan tidak tinggal di istana Mandaraka bersama ayah ibunya, melainkan menyendiri di Kasatriyan Madyapura.
 
==Bersaing dengan Arjuna==
[[Pandawa]] nomor tiga, yaitu [[Arjuna]] dalam ''[[Mahabharata]]'' bersaing dengan [[Duryodana]] untuk bisa memperistri [[Subadra]]. Sementara itu dalam pewayangan Jawa, saingannya adalah Burisrawa.
 
Dikisahkan Arjuna dan Subadra telah dijodohkan sejak kecil. Namun Subadra juga dicintai oleh Burisrawa. Duryudana sebagai kakak ipar meminta bantuan [[Baladewa]] untuk menikahkan Subadra dengan Burisrawa, bukan Arjuna. Baladewa terpengaruh. Ia pun mengajukan syarat-syarat berat kepada Arjuna jika ingin menikahi Subadra, adiknya.
 
Ternyata Arjuna berhasil memenuhi semua persyaratan yang diajukan Baladewa. [[Kresna]] yang juga kakak Subadra meminta Baladewa berlaku adil. Akhirnya, Baladewa pun menetapkan pernikahan antara Subadra dengan Arjuna. Hal itu membuat Burisrawa pulang dengan penuh rasa malu.
 
==Permusuhan dengan Satyaki==
Versi ''[[Mahabharata]]'' menyebut keluarga Burisrawa dan keluarga [[Satyaki]] merupakan musuh bebuyutan. Dikisahkan bahwa [[Dewaki]] putri [[Ugrasena]] sedang diperebutkan banyak orang. Maka diadakanlah sayembara pertandingan untuk siapa saja yang ingin memperistri Dewaki. Setelah melewati berbagai babak, akhirnya tersisa dua orang pelamar yang masih bertahan, yaitu Somadatta dari bangsa Kuru, dan Sini dari bangsa Wresni. Dalam pertarungan terakhir itu, Sini berhasil mengalahkan Somadatta.
 
Somadatta merupakan ayah Burisrawa, sedangkan Sini adalah kakek dari Satyaki. Sini sendiri melamar Dewaki untuk dipersembahkan kepada [[Basudewa]]. Dari perkawinan itu kemudian lahir [[Kresna]].
 
Dalam perang [[Baratayuda]] keluarga Burisrawa memihak [[Korawa]] sedangkan keluarga Satyaki memihak [[Pandawa]]. Pada hari kedelapan anak-anak Satyaki yang berjumlah sepuluh orang tewas di tangan Burisrawa. Burisrawa sendiri kemudian mati di tangan Satyaki pada hari ke-14, disusul kemudian oleh Somadatta, Buri, dan Sala pada hari berikutnya.
 
==Mati dalam Damai==
Baik versi ''[[Mahabharata]]'' maupun versi [[Jawa]] mengisahkan Burisrawa mati di tangan [[Satyaki]] dengan bantuan [[Arjuna]] dalam perang [[Baratayuda]].
 
Pada hari ke-13 putra pasangan Arjuna dan Subadra yang bernama [[Abimanyu]] tewas dikeroyok pasukan [[Korawa]] secara licik. Arjuna bersumpah akan membunuh [[Jayadrata]] yang dianggapnya sebagai penyebab kematian Abimanyu. Pada hari ke-14 Arjuna berjuang keras untuk menemukan Jayadrata yang disembunyikan para Korawa. Satyaki ditugasi untuk menjaga [[Yudistira]] dari serangan pihak Korawa yang dipimpin [[Drona]]. Namun, Yudistira justru mengirim Satyaki untuk membantu Arjuna.
 
Dalam perjalanan menyusul Arjuna, Satyaki banyak dihadang musuh, namun semuanya dapat ditewaskannya. Pada puncaknya, ia harus menghadapi Burisrawa. Satyaki yang sudah sangat letih dengan mudah dihajar Burisrawa sampai pingsan. Tangan Burisrawa yang memegang pedang siap membunuh Satyaki.
 
Arjuna yang telah menemukan persembunyian Jayadrata didesak [[Kresna]] untuk berbalik membantu Satyaki. Arjuna pun melepaskan panah memotong lengan Burisrawa. Burisrawa marah menuduh Arjuna berbuat curang. Arjuna menjawab bahwa Burisrawa lebih dulu bersikap curang karena hendak membunuh Satyaki yang sedang pingsan. Apalagi pada hari sebelumnya, Burisrawa juga terlibat pengeroyokan Abimanyu.
 
Burisrawa luluh mendengar jawaban Arjuna. Ia kemudian duduk bermeditasi menyesali segala perbuatan liciknya. Tiba-tiba Satyaki bangkit dari pingsan dan memungut potongan lengan Burisrawa yang masih memegang pedang. Dengan menggunakan pedang tersebut, Satyaki memenggal kepala Burisrawa. Burisrawa pun mati dalam damai.
 
Dalam ''[[Kakawin Bharatyuddha]]'', pedang yang digunakan Satyaki untuk membunuh Burisrawa bernama pedang Mangekabhama, sedangkan dalam naskah ''[[Serat Bratayuda]]'', Satyaki menggunakan panah Nagabanda. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa, senjata yang digunakan untuk mengakhiri nyawa Burisrawa adalah gada Wesikuning.
 
{{tokoh mahabharata}}
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]