Suku Dayak Kanayatn: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Menolak 6 perubahan teks terakhir (oleh 222.124.85.252, HsfBot dan LaninBot) dan mengembalikan revisi 12707607 oleh HsfBot
Baris 21:
|}
 
'''Dayak Kanayatn''' adalah salah satu dari sekian ratus sub suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan, tepatnya di daerah [[kabupaten Landak]], [[Kabupaten Mempawah]], [[Kabupaten Kubu Raya]], Serta [[Kabupaten Bengkayang]], Kota Singkawang, Kota Pontianak serta Kabupaten Sambas, bahkan ada di daerah Malaysia.
 
Dayak Kanayatn dikelompokan ke dalam golongan rumpun Land Dayak-[[Klemantan]] oleh H.J. Mallinckrodt (1928). Namun Menurut C.H. Duman (1929), Dayak Kanayatn adalah bagian dari [[Rumpun Ot Danum]]-Maanyan-Ngaju. Akan tetapi penelitian oleh W.Stohr (1959) menyatakan bahwa pendapat C.H. Duman adalah salah karena jika dilihat dari wilayah, bahasa, serta hukum adat, suku Dayak Kanayatn tidak menunjukan adanya hubungan dengan kelompok [[Rumpun Ot Danum]]-Maanyan-Ngaju, akan tetapi lebih mengarah pada kelompok Land Dayak- [[Klemantan]]. Bahkan pemberian nama nama [[Kabupaten Landak]] didasarkan pada masyarakat mayoritasnya yaitu Dayak Kanayatn yang merupakan bagian dari rumpun Dayak Darat (Land Dayak atau Land Djak dalam ejaan Belanda).
Baris 39:
=== Bahasa ===
 
Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosakatakosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatna yang mendiami wilayah Samalantan dan Monterado (Bengkayang) yang menggunakan bahasa / dialek ''Badamea'' dan ''Bajare'', orang Dayak Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa ''behe'', ''padakng bekambai'', dan bahasa ''moro''. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam bahasa ''satolo-ngalampa'', songga ''batukng-ngalampa'' dan ''angkabakng-ngabukit''. Ada juga orang Dayak Kanayatn yang mendiami wilayah Sambas dan Singkawang yang menggunakan bahasa / dialek ''Badameo,'' hampir mirip dengan bahasa badamae atau bajare. Selainselain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
 
Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan bahasa yang dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi saat ini, banyak kosakatakosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian "di-Dayak-kan". Misalnya ialah :bahasa ahe asli : ''Lea'' ,bahasa indonesia : ''seperti'' ,bahasa ahe sekarang : ''saparati'' .Bahasa yang dipakai sekarang oleh generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa indonesia atau melayu.
 
=== Lembaga Adat ===
Baris 49:
Hukum adat Dayak Kanayatn mempunyai satuan wilayah teritorial yang dusebut ''binua''. ''Binua'' merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa kampung (dulunya ''Radakng''/''Bantang''). Masing masing ''binua'' punya otonominya sendiri, sehingga komunitas ''binua'' yang satu tidak dapat mengintervensi hukum adat di ''binua'' lain.
 
Setiap ''binua'' dipimpin oleh seorang Kapal''timanggong''(kepala Binua/Kapaladesa). Adat/Ketua Suku, Kapala Binua''timanggong'' memiliki jajaran-bawahan yaitu ''pasirah'' (pengurus adat) dan ''pangaraga'' (pengacara adat). Ketiga pilar inilah yang menjadi lembaga adat Dayak Kanayatn.
 
=== Sistem Kekerabatan ===
Baris 85:
 
== Referensi ==
* Thesis : Tradisi Pantak Suku Dayak Kanayatn, Fidelis Sajimin, STT Pastor Bonus Pontianak, 2006.
* Dunselman Donatus, Bijdrage Tot Kennis van Taal En Adat der Kendajan-Dajaks van West Borneo, 1949.
* Kedaulatan Masyarakat Adat Yang Teraniaya, Pontianak, Lembaga Bela Banua Talino, 2003.