Mukjizat Muhammad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 202.67.35.9 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Mohamadhzanhari
Tag: Pengembalian
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 34:
 
=== Remaja ===
* Pendeta [[Buhaira|Bahira]] menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah [[Bushra]] dari perjalannya untuk berdagang bersama [[Abu Thalib]] ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Muhammad saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah "stempel kenabian" (tanda kenabian) di kulit punggungnya.<ref>Ibnu Hisyam, ''Al-Sirah Al-Nabawiyyah'', 1: 319 : Ibnu Hisyam dalam bukunya menuturkan bahwa "Stempel Kenabian" adalah tanda yang terdapat pada setiap nabi yang tertulis dalam kitab Pendeta Bahira.</ref>
* Tanah yang dilalui oleh unta Muhammad diperpendek jaraknya oleh [[Jibril]], sebelah sisi kanan dijaga oleh [[Israfil]] dan sisi kirinya dijaga oleh [[Mikail]] kemudian mendung menaunginya.<ref>Dalam kitab ''as-Sab'iyyatun fi Mawadhil Bariyyat''. Kejadian ini berlangsung selama perjalanan dari [[Syiria]] ke pulang ke [[Mekkah]], ketika Muhammad {{saw}} diperintahkan [[Maysarah]] membawakan suratnya kepada [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]] saat perjalanan masih 7 hari dari Mekkah. Namun, Muhammad {{saw}} sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. [[Allah]] memerintahkan pada malaikat [[Jibril]], [[Mikail]], dan mendung untuk membantu Muhammad {{saw}}. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Muhammad {{saw}} dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan mendung diperintahkan menaungi Muhammad {{saw}}. Kauma (2000), hal 90-91.</ref><ref>[http://teladan98.tripod.com/teladan168.htm Nabi Muhammad Pulang Ke Makkah.]</ref>
 
Baris 44:
* Wajah Muhammad memancarkan cahaya dikegelapan pada waktu sahur.<ref>Aisyah berkata bahwa: "Ketika aku sedang menjahit baju pada waktu sahur (sebelum subuh) maka jatuhlah jarum dari tanganku, kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah rasulullah. Ketika itu juga aku dapat mengutip jarum itu kerana cahaya wajahnya, lalu aku berkata, "Ya rasulullah alangkah bercahayanya wajahmu! Seterusnya aku bertanya: "Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?" Jawab rasulullah {{saw}}: "Orang yang bakhil." Aku bertanya lagi: "Siapakah orang yang bakhil itu?" Jawab baginda: "Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak mengucap shalawat ke atasku."</ref>
* Dua Sahabat Muhammad dibimbing oleh dua cahaya, setelah bertemunya.<ref>Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Ada dua orang sahabat nabi {{saw}} meninggalkan nabi {{saw}}. Ditengah malam yang gelap gulita keduanya berjalan dengan ada dua sinar yang menerangi perjalanan keduanya yang ada di depannya. Tatkala keduanya berpisah diperempatan jalan, masing-masing setiap orang ditemani sebuah sinar yang membimbing mereka pulang ke rumah." (Sahih Bukhari, Juz 1, Buku8, no 454).</ref>
* Peluh yang keluar dari tubuh Muhammad memiliki bau harum,<ref>Dari Anas bin Malik: Nabi biasa memasuki rumah Ummu Sulaim dan tidur di atas kasurnya sedangkan Ummu Sulaim sedang pergi. Anas berkata: "Pada suatu hari rasulullah {{saw}} datang dan tidur di atas kasur Ummu Sulaim, kemudian Ummu sulaim dipanggil dan dikatakan padanya: Ini adalah nabi {{saw}} tidur di rumahmu dan di atas kasurmu. Anas berkata : Ummu Sulaim datang dan nabi sedang berkeringat, lalu keringatnya tersebut dikumpulkan di atas sepotong kulit kemudian Ummu Sulaim membuka talinya dan mulai meyerap keringat tersebut lalu memerasnya ke dalam bejana, maka nabi kaget dan berkata: Apa yang kamu lakukan Ummu Sulaim? Ummu Sulaim berkata: Wahai rasulullah kami mengharapkan berkahnya bagi anak-anak kami" Dia berkata: Engkau benar. (Hadits riwayat Muslim 4/1815).</ref> jika Muhammad berjabat tangan dengan seseorang maka aroma harum itu akan membekas selama beberapa hari ditangan orang tersebut.<ref>Dikisahkan oleh [[Abu Juhaifah]].</ref>
* Tubuh Muhammad memancarkan [[petir]] ketika hendak dibunuh oleh [[Syaibah bin 'Utsman]] pada [[Perang Hunain]].
* Muhammad yang sanggup menghancurkan batu besar dengan tiga kali pukulan, dikala menjelang [[Perang Khandaq]], padahal pada saat itu Muhammad belum makan selama 3 hari.<ref>Diriwayatkan Jabir (Hadits sahih Bukhari,Volume 5, Book 59, Number 427).</ref>
Baris 84:
 
=== Makanan dan minuman ===
* Paha [[kambing]] yang telah diracuni berbicara kepada Muhammad setelah terjadi [[Perang Khaibar]].<ref>Wanita Yahudi yang memberi racun di daging kambing bernama [[Zainab binti Hârits]], Dari Ibnu Syihâb, ia mengatakan , “Dahulu Jâbir menceritakan bahwa ada seorang wanita Yahudi dari penduduk Khaibar yang meracuni seekor kambing bakar. Kemudian menghadiahkannya kepada rasulullâh {{saw}}." Rasulullâh {{saw}} pun mengambil paha kambing itu dan memakannya. Beberapa Sahabat pun juga ikut makan bersama Dia. Tiba-tiba rasulullâh {{saw}} berkata kepada para sahabat, "Jangan kalian makan!." Lalu rasulullâh {{saw}} mengutus seseorang untuk memanggil wanita (yang memberi kambing) itu dan wanita itu pun datang. Rasulullâh {{saw}} pun segera bertanya kepadanya, "Apakah kamu telah meracuni kambing ini?" Wanita itu menjawab, "Siapa yang telah memberitahumu?" Rasulullâh {{saw}} menjawab, "Paha kambing ini yang telah mengabariku." Wanita itu berkata, "Ya" (saya telah meracuninya). Rasulullâh {{saw}} bertanya lagi, "Apa yang kamu kehendaki dari perbuatanmu ini?" Wanita itu berkata dalam hati, "Jika dia seorang nabi, makanan pasti itu tidak akan membahayakannya, dan jika dia bukan seorang nabi, maka kami akan selamat dari gangguannya." Selanjutnya rasulullâh {{saw}} memaafkan wanita itu dan tidak menghukumnya. Majalah As-Sunnah Edisi 10/Thn. XIII/Muharram 1431H/Januari 2010M.</ref><ref>[https://www.youtube.com/watch?v=KqorSGJbDww 3 Pertanyaan Jebakan Nabi Muhammad Pada Yahudi Ustadz Khalid Basalamah di Youtube.com]</ref>
* Makanan yang di makan oleh Muhammad mengagungkan Nama [[Allah]].<ref>Diriwayatkan oleh Abdullah: "Sesungguhnya kami mendengar makanan yang dimakan rasulullah {{saw}} mengagungkan nama Allah." (Sahih Bukhari, juz 5 no 779).</ref>
* Makanan sedikit yang bisa dimakan sebanyak 800 orang pada [[Perang Khandaq]].<ref>Diriwayatkan daripada Jabir bin Abdullah katanya: Semasa parit Khandak digali, saya melihat keadaan rasulullah {{saw}} dalam keadaan sangat lapar. Maka sayapun segera kembali ke rumahku dan bertanya kepada isteriku, apakah engkau mempunyai sesuatu (makanan)? Kerana saya melihat rasulullah {{saw}} tersangat lapar. Isteriku mengeluarkan sebuah kantung yang berisi satu cupak gandum, dan kami mempunyai seekor anak kambing dan beberapa ekor ayam. Saya lalu menyembelihnya, manakala isteriku menumbuk gandum. Kami sama-sama selesai, kemudian saya memotong-motong anak kambing itu dan memasukkannya ke dalam kuali. Apabila saya hendak pergi memberitahu rasulullah {{saw}}, isteriku berpesan: Jangan engkau memalukanku kepada rasulullah {{saw}} dan orang-orang yang bersamanya. Saya kemudiannya menghampiri rasulullah {{saw}} dan berbisik kepada Baginda: Wahai rasulullah! Kami telah menyembelih anak kambing kami dan isteriku pula menumbuk satu cupak gandum yang ada pada kami. Karena itu, kami menjemput baginda dan beberapa orang bersamamu. Tiba-tiba rasulullah {{saw}} berseru: Wahai ahli Khandak! Jabir telah membuat makanan untuk kamu. Maka kamu semua dipersilakan ke rumahnya. Rasulullah {{saw}} kemudian bersabda kepada saya: Jangan engkau turunkan kualimu dan jangan engkau buat roti adonanmu sebelum saya datang. Saya pun datang bersama rasulullah {{saw}} mendahului orang lain. Saya menemui isteriku. Dia mendapatiku lalu berkata: Ini semua adalah karena kamu, saya berkata bahawa saya telah lakukan semua pesananmu itu. Isteriku mengeluarkan adonan roti tersebut, rasulullah {{saw}} meludahinya dan mendoakan keberkatannya. Kemudian Baginda menuju ke kuali kami lalu meludahinya dan mendoakan keberkatannya. Setelah itu Baginda bersabda: Sekarang panggillah pembuat roti untuk membantumu dan cedoklah dari kualimu, tapi jangan engkau turunkannya. Ternyata kaum muslimin yang datang adalah sebanyak seribu orang. Saya bersumpah demi Allah, mereka semua dapat memakannya sehingga kenyang dan pulang semuanya. Sementara itu kuali kami masih mendidih seperti sediakala. Demikian juga dengan adonan roti masih tetap seperti asalnya. Sebagaimana kata Ad-Dahhak: Masih tetap seperti asalnya. (Sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).</ref>
* [[Roti]] sedikit cukup untuk orang banyak.<ref>Diriwayatkan daripada Anas bin Malik katanya: Abu Talhah telah berkata kepada Ummu Sulaim: Saya mendengar suara rasulullah {{saw}} begitu lemah. Tahulah saya baginda dalam keadaan lapar. Apakah engkau mempunyai sesuatu? Ummu Sulaim menjawab: Ya! Kemudiannya dia menghasilkan beberapa buku roti dari gandum dan setelah itu, mengambil kain tudungnya dan membungkus roti itu dengan separuh kain tudung, lalu disisipkan di bawah bajuku, sedangkan yang separuh lagi diselendangkan kepadaku. Selepas itu pula dia menyuruhku pergi ke tempat rasulullah {{saw}}. Sayapun berangkat membawa roti yang dibungkus kain tudung itu. Saya mendapatkan rasulullah {{saw}} yang sedang duduk di dalam masjid bersama orang-ramai dan berada di sisi mereka. Rasulullah {{saw}} bertanya: Abu Talhah yang mengutusmu? Saya menjawab: Ya, benar! Rasulullah {{saw}} bertanya lagi: Untuk makanan? Saya menjawab: Ya! Rasulullah {{saw}} bersabda kepada orang-ramai yang bersama baginda: Bangunlah kamu sekalian! Rasulullah {{saw}} lalu berangkat diiringi para sahabat dan saya berjalan di antara mereka untuk segera memberitahu Abu Talhah. Maka Abu Talhah berkata: Wahai Ummu Sulaim! Rasulullah {{saw}} telah datang bersama orang yang ramai, padahal kita tidak mempunyai makanan yang mencukupi untuk mereka. Dia menjawab: Allah dan rasulNya lebih tahu. Lalu Abu Talhah menjemput rasulullah {{saw}}, dan rasulullah {{saw}} pun masuk bersamanya. Rasulullah {{saw}} bersabda: Bawakan ke sini apa yang ada di sisimu wahai Ummu Sulaim! Ummu Sulaim terus membawa roti tersebut kepada baginda kemudian memerah bekas lemaknya untuk dijadikan lauk dimakan dengan roti. Kemudian rasulullah {{saw}} mendoakan makanan itu. Setelah itu baginda bersabda: Izinkan sepuluh orang masuk! Abu Talhah memanggil sepuluh orang Sahabat. Mereka makan sehingga kenyang kemudian keluar. Rasulullah {{saw}} menyambung: Biarkan sepuluh orang lagi masuk. Sepuluh orang berikutnya pun masuk dan makan sehingga kenyang lalu keluar. Rasulullah {{saw}} kemudian bersabda lagi: Suruhlah sepuluh orang lagi masuk. Demikian berlaku terus-menerus sehingga semua orang dapat makan hingga kenyang, padahal jumlah mereka adalah lebih kurang tujuh puluh atau delapan puluh orang. (Sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).</ref>
* Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang.<ref>Diriwayatkan daripada Abdul Rahman bin Abu Bakar bahwa: ketika kami sedang bersama rasulullah dengan jumlah seratus tiga puluh orang. Nabi {{saw}} bertanya : Apakah ada yang mempunyai makanan? ternyata ada sekitar satu sha^ bersama seorang laki-laki, maka makanan itu dijadikan adonan, lalu datanglah seorang musyrik tinggi dengan rambut berantakkan yang membawa domba-domba yang sedang digiring. Apa domba-domba ini untuk dibeli atau diberi? Orang itu menjawab: untuk dijual, maka rasulullah {{saw}} membeli seekor domba, kemudian domba itu dimasak dan rasulullah memerintahkan supaya hati domba itu dipanggang. Abdurrahman berkata: Demi Allah, setiap seratus tiga puluh orang sahabat diberi sepotong dari hati domba itu, jika dia hadir maka diberikannya. Jika tidak hadir maka disimpan bagiannya.Abdurrahman berkata: Daging itu ditempatkan di dua bejana dan kami makan dari keduanya hingga kenyang, dan tersisa daging di dalam dua bejana itu sehingga saya meletakkannya di punggung unta. (Hadits sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).</ref>
* Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat.<ref>Diriwayatkan daripada Abdul Rahman bin Abu Bakar katanya Mereka yang disebut Ashaab As-Suffah adalah orang-orang miskin. Rasulullah {{saw}} pernah bersabda suatu ketika: Siapa mempunyai makanan untuk dua orang, dia hendaklah mengajak orang yang ketiga dan sesiapa mempunyai makanan untuk empat orang, dia hendaklah mengajak orang kelima, keenam atau seperti diriwayatkan dalam Hadis lain. Abu Bakar datang dengan tiga orang. Nabi pula pergi dengan sepuluh orang dan Abu Bakar dengan tiga orang yaitu saya, ibu dan bapaku. Tetapi saya tidak pasti adakah dia berkata: Isteriku dan khadamku berada di antara rumah kami dan rumah Abu Bakar. Abdul Rahman berkata lagi: Abu Bakar makan malam bersama nabi {{saw}} dan terus berada di sana sehinggalah waktu Isyak. Selesai sembahyang, dia kembali ke tempat nabi {{saw}} lagi, sehinggalah rasulullah {{saw}} kelihatan mengantuk. Sesudah lewat malam, barulah dia pulang. Isterinya menyusulinya dengan pertanyaan: Apa yang menghalang dirimu untuk pulang menemui tetamumu? Abu Bakar berkata: Bukankah engkau telah menjamu mereka makan malam? Isterinya menjawab: Mereka tidak mau makan sebelum engkau pulang, padahal anak-anak sudah mempersilakan tetapi mereka tetap enggan. Sayapun berundur untuk bersembunyi. Lalu terdengar Abu Bakar memanggil: Hai dungu! Diikuti dengan sumpah-serapah. Kemudian dia berkata kepada para tetamunya: Silakan makan! Barangkali makanan ini sudah tidak enak lagi. Kemudian dia bersumpah: Demi Allah, saya tidak akan makan makanan ini selamanya! Abdul Rahman meneruskan ceritanya: Demi Allah, kami tidak mengambil satupun kecuali sisanya bertambah lebih banyak lagi, sehinggalah apabila kami sudah merasa kenyang, makanan itu menjadi bertambah banyak daripada yang sedia ada. Abu Bakar memandangnya ternyata makanan itu tetap seperti sedia atau bahkan lebih banyak lagi. Dia berkata kepada isterinya: Wahai saudara perempuanku! Bani Firas apakah ini? Isterinya menjawab: Tidak! Demi cahaya mataku, sekarang ini makanan tersebut bertambah tiga kali ganda lebih banyak daripada sediakala. Lalu Abu Bakar makan dan berkata: Sumpahku tadi adalah dari syaitan. Dia makan satu suap, kemudian membawa makanan tersebut kepada rasulullah {{saw}} dan membiarkannya di sana hingga pagi hari. Pada waktu itu di antara kami (kaum muslimin) dengan suatu kaum akan dilangsungkan satu perjanjian. Apabila tiba waktunya, kamipun menjadikan dua belas orang sebagai ketua saksi, masing-masing mengepalai beberapa orang. Hanya Allah yang tahu berapa orangkah sebenarnya yang diutuskan bersama mereka. Cuma yang pastinya rasulullah {{saw}} memerintah agar dipanggilkan mereka kesemuanya. Lalu kesemuanya makan dari makanan yang dibawa oleh Abu Bakar atau sebagaimana yang diriwayatkan dalam riwayat yang lain. (Sahih Bukhari, Muslim, Kitab Minuman).</ref>
* Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang [[Badui]] [[Bangsa Arab|Arab]] tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari.<ref>Hadits riwayat Muslim.</ref>
Baris 96:
* Mengeluarkan air dari sumur yang ada di tengah gurun pasir, ketika [[Khalid bin walid]] pada saat itu masih menjadi musuhnya.<ref>[http://imtiazahmad.com/makkah/in_makkah_kemenangan_besar.htm “Historical Events of Makkah” Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London)] Nabi Muhammad ({{saw}}) menghindar dari Khalid bin Walid menuju tempat yang tidak terdapat air. Dia menemukan sebuah sumur yang masih ada bekas jejak air di dasarnya. Dia masukkan sedikit air ke mulut dia lalu disemburkannya kedalam sumur, lalu dia minta salah seorang sahabat untuk membidikkan anak panah dia {{saw}} ke dasar sumur. Para sahabat pun kemudian menyaksikan air memancar dari dasar sumur itu sampai setinggi bibir sumur. Maka rombongan Muslimin pun mengisi penuh tempat-tempat air mereka dan mendirikan salat Dzuhur. Khalid bin Walid berkata kepada pasukannya, “Kita telah menyia-siakan kesempatan emas. Seharusnya tadi kita serang mereka selagi mereka sibuk salat. Kita akan serang mereka di waktu mereka mengerjakan salat berikutnya.” Pada waktu itu Allah (SWT) pun mewahyukan petunjuk-Nya kepada Muslimin perihal tata-cara mendirikan salat sewaktu dalam keadaan bahaya semisal perang. Salat semacam ini disebut Salatul-Khauf.</ref>
* Mengeluarkan mata air baru untuk pamannya [[Abu Thalib]] yang sedang kehausan.<ref>Satu mukjizat dari rasulullah {{saw}} diawal-awal kenabian adalah ada mata air yang keluar dari bawah kakinya. Seperti dikisahkan dalam kitab al-Khasa^ish, suatu ketika rasulullah {{saw}} berjalan bersama pamannya Abu Thalib. ketika sampai di daerah Dzi al Majaz, Abu Thalib merasa haus padahal mereka tidak membawa air. Rasulullah {{saw}} yang melihat pamannya kehausan menanyakan hal itu untuk memastikan, Abu Thalib membenarkan bahwa dirinya haus. Rasulullah {{saw}} kemudian mengorek-ngorek tanah yang dipijaknya, tak lama kemudian keluarlah air dari tanah itu dan dia {{saw}} mempersilahkan pamannya untuk minum.</ref>
* Mengeluarkan air yang banyak dari bejana milik seorang wanita penunggang unta.<ref>"Orang-orang mengeluhkan kepada nabi tentang rasa haus yang mereka rasakan, maka nabi pun memanggil Ali bin Abi Tholib dan seorang sahabat yang lain lalu nabi memerintahkan mereka berdua untuk mencari air. Maka berjalanlah mereka berdua, lalu mereka bertemu dengan seorang wanita yang berada di antara dua tempat air -yang terbuat dari kulit- di atas onta wanita tersebut. Maka mereka berdua pun berkata kepadanya: "Dari mana airnya?", maka wanita tersebut berkata, "Terakhir saya melihat air yaitu kemarin pada saat seperti sekarang ini, dan para lelaki telah pergi meninggalkan kami" (dalam riwayat lain : Mereka berdua berkata, "Mana airnya?", wanita itu berkata, "Tidak ada air untuk kalian." Maka mereka berdua berkata, "Berapa jauh jarak antara tempat keluarga kalian dari tempat air?", wanita itu berkata, "Jarak perjalanan sehari semalam"). Mereka berdua berkata, "Berjalanlah!", sang wanita berkata, "Kemana?", mereka berdua berkata, "Ke rasulullah {{saw}}." Wanita itu berkata, "Apakah dia adalah orang yang disebut sebagai ''soobi`'' (orang yang keluar dari adat nenek moyangnya)?" Mereka berdua berkata, "Dialah yang engkau maksudkan."
 
Merekapun membawa wanita itu kepada nabi {{saw}} lalu mereka mengabarkan kepada nabi apa yang terjadi. Lalu mereka meminta sang wanita untuk turun dari ontanya, lalu nabi {{saw}} meminta sebuah bejana kecil, lalu dia menumpahkan air dari bejana tersebut ke mulut dua tempat air milik sang wanita tersebut (Dalam riwayat lain: Nabi mengambil air dari dua tempat air tersebut lalu dia berkumur-kumur, lalu menumpahkan kembali kumuran dia ke kedua tempat air tersebut). Lalu dia menutup dengan kencang mulut dua tempat air tersebut dan membuka sumbat yang terdapat di bawah dua tempat air yang terbuat dari kulit tersebut sehingga mengalirlah air dari dua tempat air tersebut. Lalu diserukan kepada para sahabat "Minumlah…!! dan ambillah air..!!" Maka datanglah orang-orang minum dan mengambil air dari dua tempat air tersebut. Orang yang terakhir diberi air adalah seorang yang junub. Nabi memberikan satu bejana air dari dua tempat air tersebut dan berkata kepadanya "Guyurkanlah air ini pada dirimu." Semua kejadian ini disaksikan oleh sang wanita yang sedang berdiri memperhatikan apa yang terjadi dari air miliknya. Demi Allah air tersebut telah tertahan dari sang wanita (sehingga terus mengalir-pen), akan tetapi menyangka bahwasanya air yang tersisa di kedua tempat air tersebut lebih banyak dan lebih penuh daripada sebelumnya. Lalu nabi {{saw}} berkata, "Kumpulkan (makanan) untuk wanita ini!" Maka para sahabat pun mengumpulkan makanan untuknya seperti korma 'ajwah, tepung, dan sawiq (makanan dari gandum). Hingga akhirnya mereka mengumpulkan makanan dan diletakkan di atas kain lalu dinaikan ke onta wanita tersebut di hadapan wanita tersebut.
Baris 159:
 
* Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.<ref>Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: Rasulullah {{saw}} naik keatas mimbar dan berkotbah. Sedang Rasulullah {{saw}} berkotbah, rasulullah {{saw}} mendengar mimbar itu menangis seperti tangisan anak kecil, sehingga seakan-akan mimbar itu mau pecah. Lalu rasulullah {{saw}} turun dari mimbar dan merangkul mimbar itu sehingga tangisnya berkurang sampai mimbar itu diam sama sekali. Rasulullah {{saw}} berkata, "Mimbar itu menangis mendengar ayat-ayat Allah dibacakan di atasnya." (Sahih Bukhari juz 4 no 783).</ref>
* [[Batu]],<ref>Jabar bin Samurah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad {{saw}} bersabda, “Saya bisa mengenal batu-batu yang biasa mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika saya belum menjadi rasul. Bahkan sekarangpun saya bisa mengenalinya.” (Hadits riwayat Muslim dalam Kitab Shohih Muslim (1782)).</ref> pohon dan gunung<ref>Ucapan salam dari pohon dan batu. Ali bin Abu Thalib meriwayatkan, "Saya sedang bersama nabi {{saw}} di Mekkah. Setiap gunung dan pohon yang dilewatinya mengucapkan, 'As-Salaamu 'alayka yaa rasulallah' (Semoga keselamatan selalu menyertaimu, wahai rasulallah),'" (Hadits Muslim dalam Misykat). 300 Mukjizat Muhammad {{saw}} oleh Badr A Zimbadani.</ref> memberi salam kepada Muhammad.<ref>Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdul Malik bin Ubaidillah bin Abu Sufyan bin Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi berkata kepadaku dan ia mendengar dari beberapa orang berilmu," Jika rasulullah {{saw}} - ketika Allah berkehendak memuliakannya dan memberikan kenabian kepadanya- ingin keluar untuk buang hajat, dia pergi ke tempat yang jauh hingga rumah-rumah tidak terlihat olehnya dan berhenti di syi'ab (jalan di antara dua bukit) Makkah, dan lembah-lembahnya. Setiap kali dia berjalan melewati batu dan pohon, pasti keduanya berkata, 'As-Salaamu Alaika ya rasulullah.' Rasulullah {{saw}} menoleh ke sekitarnya; kanan, kin, dan belakang, namun tidak melihat apa-apa kecuali pohon dan batu. Itulah yang terjadi pada rasulullah {{saw}} dalam jangka waktu tertentu; bermimpi dan mendengar salam hingga Jibril datang kepada dia dengan membawa kemuliaan dari Allah ketika dia berada di Gua Hira' pada bulan Ramadhan." Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Jilid 1 : 196.</ref>
* Batu kerikil bertasbih ditelapak tangan Muhammad.<ref>Dari Abu Dzar ia berkata, "Saya pernah hadir dalam sebuah pertemuan disisi nabi {{saw}}. Saya melihat beberapa batu kerikil yang dipegang dia mengucapkan tasbih. Saat itu di antara kami ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Mereka semua yang hadir dipertemuan itu mendengar tasbih benda tersebut. Kemudian batu-batu kerikil itu oleh nabi {{saw}} diserahkan kepada Abu Bakar yang dapat didengar oleh semua orang yang hadir dipertemuan itu. Ketika diberikan lagi kepada dia kerikil itupun masih tasbih ditangan dia, kemudian dia menyerahkan kepada Umar dan batu kerikil itu pun mengucapkan tasbih ditangannya yang bisa didengar oleh semua orang yang hadir dipertemuan. Kemudian nabi {{saw}} menyerahkan kepada Utsman dan ia pun mengucapkan tasbih ditangannya. Tetapi ketika oleh nabi batu kerikil itu diserahkan kepada kamu, ia tidak mau bertasbih bersama seorang pun di antara kami. (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam buku haditsnya ''Al-Mu'jamul Ausath'' nomor 1244 dan oleh Abu Nu'man dalam ''Dalaa'ilun Nubuwwah'' I/404).</ref>
* Memanggil batu agar menyeberangi sungai dan mengapung, menuju kearah Muhammad dan [[Ikrimah bin Abu Jahal]].<ref>Ikrimah bin Abu Jahal ra. Dia berkata, "Jika kamu memang benar seorang nabi, maka panggilah batu yang ada diseberang itu agar berenang dan tidak tenggelam." Lalu nabi mengisyaratkan tangannya dan batu itu pun terlepas dari tempatnya dan mengapung di atas air hingga sampai kepada nabi {{saw}}. Begitu menyaksikan itu Ikrimah bersaksia atas kerasulannya, nabi berkata kepadanya, "Ini cukup bagimu." Ikrimah berkata, "Batu itu kembali lagi hingga tempatnya semula."</ref>
Baris 173:
* Menyembuhkan mata [[Qatadah bin al-Nu'man|Qatadah]] tergantung di pipinya yang terluka pada [[Perang Uhud]], kemudian oleh Muhammad mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.<ref>Ibnu Saad meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, bahwa mata Qatadah bin An Nu’man terluka sehingga biji matanya terkeluar sampai ke pipi. Kemudian rasulullah {{saw}} mengembalikan hingga matanya menjadi sembuh kembali.</ref><ref>At Thabrani dan Abu Nu’aim meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, ” Pada waktu Perang Uhud, saya menjaga wajah rasulullah dari serangan anak panah, yang akhirnya ada sebuah anak panah mengenai biji mataku. Saya mengambilnya dengan tangan dan berusaha mendatangi rasulullah. Ketika baginda melihat apa yang ada di telapak tangan ku, dua mata dia berlinangan seraya bersabda, “Ya Allah, peliharalah mata Qatadah sebagaimana dia telah pelihara wajah nabinya dengan wajahnya (dari serangan anak panah). Jadikanlah kedua matanya yang lebih baik dan lebih elok serta tajam penglihatannya.” Akhirnya apa yang diharapkan rasul itu termakbul.</ref>
* Menyembuhkan daya ingat [[Abu Hurairah|Abu Hurayrah]] yang pelupa.<ref>Abu Hurairah mengeluh kepada rasulullah {{saw}} bahwa dia terlalu pelupa. Lalu rasulullah {{saw}} membentangkan kainnya di atas tanah, lalu memegang-megang kainnya dengan tangan dia. Abu Hurairah disuruh rasulullah memeluk kain itu. Sejak itu Abu hurairah tidak pernah lupa-lupa lagi, dan dia terkenal paling banyak menghafal hadis. (Hadits sahih Imam Bukhari dan Imam Muslim).</ref>
* Menyembuhkan kaki [[Abdullah bin Atik]] yang patah sehingga pulih seperti sediakala.<ref>Al-Barra’ bahwa setelah Abdullah bin Atik dapat membunuh Abu Rafi’, lalu turun dari tangga rumahnya , ia jatuh tersemban ke tanah sehingga betisnya patah. Dia menceritakan hal ini kepada rasulullah. Baginda pun bersabda, “Luruskanlah kaki mu!” Maka dia pun meluruskannya, lalu baginda mengusapnya . Selepas itu dia sudah tidak merasakan sakit lagi. (Hadits Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra’).</ref>
* Menyembuhkan luka sayatan di betis [[Salamah bin al-Akwa]] pada [[Perang Khaibar]].<ref>Dari Yazid bin Abu Ubaid, ia berkata, “Saya melihat luka tersayat di betis Salamah bin al-Akwa.” Saya bertanya, “Luka apa ini?” “Saya terluka pada perang Khaibar, ” jawabnya. Selanjutnya dia pergi kepada rasulullah {{saw}} lalu baginda meniupkan luka itu 3 kali dan saya tidak merasakan sakit lagi.” (Hadits Bukhari meriwayatkan dari Yazid bin Abu Ubaid).</ref>
* Menyembuhkan penyakit mata [[Ali bin Abi Thalib]] saat pemilihan pembawa bendera pemimpin dalam [[Perang Khaibar]].<ref>Rasulullah {{saw}} bersabda pada saat peristiwa penaklukkan Khaibar, "Esok hari saya (nabi {{saw}}) akan memberikan bendera kepada seorang yang akan diberikan kemenangan oleh Allah swt melalui tangannya, sedang ia mencintai Allah dan rasulnya, dan Allah dan rasulnya mencintainya." Maka semua orangpun menghabiskan malam mereka seraya bertanya-tanya di dalam hati, kepada siapa di antara mereka akan diberi bendera itu. Hingga memasuki pagi harinya masing-masing mereka masih mengharapkannya. Kemudian rasulullah {{saw}} bertanya: "Kemana Ali?" lalu ada yang mengatakan kepada dia bahwa Ali sedang sakit kedua matanya. Lantas rasulullah {{saw}} meniup kedua mata Ali seraya berdoa untuk kesembuhannya. Sehingga sembuhlah kedua mata Ali seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Lalu rasulullah {{saw}} memberikan bendera itu kepadanya. (Hadits sahih Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad).</ref>
Baris 243:
{{cquote|Mereka berkata: “Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (Al-Furqan 25:8)}}
 
Semua ayat di atas menunjukkan bahwa karakter fisik para nabi dan rasul, tidak berbeda dengan umatnya, artinya mereka sama-sama manusia, yang membedakan hanyalah ketakwaannya saja,<ref>"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu." (Al-Hujurat 49:13).</ref> dan keistimewaan lain dari para nabi dan rasul adalah jasad mereka tidak akan hancur "dimakan tanah."<ref>Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Manshuur, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju’fiy, dari ‘Abdurrahmaan bin Yaziid bin Jaabir, dari Abul-Asy’ats Ash-Shan’aaniy, dari Aus bin Aus, dari nabi {{saw}}, dia bersabda: “Sesungguhnya seutama-utama hari adalah hari Jum’at, pada hari itu Adam ‘alaihis-salaam diciptakan, padanya ia diwafatkan, padanya ditiup sangkakala (kiamat), dan padanya diwafatkan seluruh makhluk. Maka, perbanyaklah oleh kalian ucapan shalawat, karena ucapan shalawat kalian itu akan disampaikan kepadaku.” Para shahabat bertanya: “Wahai rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, padahal engkau telah lenyap atau hancur ?” Dia menjawab: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi ‘alaihim as-salaam” (Al-Mujtabaa, no. 1374).</ref>
 
=== Tidak mengetahui hal gaib kecuali mendapatkan wahyu ===
Dari kesemua mukjizat yang dimilikinya, ia pernah mengalami ketidaktahuannya tentang beberapa masalah, seperti tidak mengetahui kapan datangnya [[kiamat]],<ref>"Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadinya.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Al-A’raaf 7:187)</ref><ref>Manusia bertanya kepadamu tentang hari Berbangkit. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ ...dan tahukah kamu wahai (Muhammad), boleh jadi hari Berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (Al-Ahzaab :3363)</ref> kemudian apakah [[Ibnu Shayyad]] sesungguhnya [[Dajal]] atau bukan,<ref>[[Imam Nawawi]] menyebutkan pendapat ulama yang mengatakan bahwa nabi tidaklah turun kepadanya wahyu yang menjelaskan bahawa dia adalah al-Masih ad-Dajjal ataupun yang lain. Adapun wahyu yang turun kepadanya hanya tentang sifat-sifat Dajjal saja sementara di dalam diri Ibnu Shayyad ini terdapat bukti-bukti tersebut. Kerana itulah nabi tidak memastikan bahawa dia adalah Dajjal atau bukan. Rasulullah {{saw}} berkata kepada Umar, "Jika memang ia (Ibnu Shayyad) itu adalah dajjal maka engkau tidak akan dapat membunuhnya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVIII hal 64)</ref> tidak mengetahui ada beberapa sahabatnya dari kalangan [[Suku Badui (Arab)|Arab Badui]] dan [[Madinah]] yang [[munafik]],<ref>"Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." (At-Taubah 9:101)</ref> tidak mengetahui perkara-perkara gaib yang lainnya,<ref>Ada sebagian delegasi yang datang ke nabi, mereka menganggap bahwa nabi termasuk orang yang mengaku bisa melihat yang ghaib, maka mereka menyembunyikan sesuatu di dalam (genggaman) tangan mereka untuk dia, kemudian mereka berkata kepada dia,” Kabarkanlah kepada kami, apa dia (yang ada dalam gemgaman kami ini)? Lalu dia menjawab kepada mereka dalam keadaan berteriak, “Saya bukan seorang dukun!" "Sesungguhnya dukun dan perdukunan serta dukun-dukun itu di dalam neraka.” (Diriwayatkan Abu Daud: 286 )</ref> jika [[Allah]] tidak memberikan [[wahyu]].<ref>Katakanlah: "Saya tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) saya mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) saya mengatakan kepadamu bahwa saya seorang malaikat. Saya tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (Al-An’am 6:50)</ref> Karena pada dasarnya [[syariat Islam]] mengajarkan segala sesuatu yang gaib hanya Allah yang Maha Tahu (''Al `Aliim'').<ref>“Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara yang ghaib dilangit dan di bumi kecuali Allah.” (An-Naml 27:65)</ref><ref>"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu." (Al-Jin 72:26)</ref> Kemudian ia pernah mengalami sakit, terkena [[sihir]] dan racun,<ref>Ibnul Qayyim berkata: “...dan sekelompok manusia telah mengingkari hal ini (disihirnya rasulullah {{saw}}-red). Mereka mengatakan: “Ini tidak boleh menimpa diri rasul,” bahkan mereka menganggap ini sebagai suatu kekurangan dan aib, dan perkaranya tidak seperti yang mereka duga, akan tetapi sihir tersebut adalah dari jenis perkara (penyakit) yang berpengaruh terhadap diri rasulullah {{saw}}, hal ini termasuk dari jenis-jenis penyakit yang menimpanya sebagaimana dia juga tertimpa racun, di mana tidak ada perbedaan antara pengaruh sihir dengan racun.” (Zaadul Ma’ad 4/ 124)</ref> terluka karena pukulan, sabetan pedang bahkan rasa sakit akibat demam sama seperti apa yang sering dialami oleh fisik manusia biasa. Karena Nabi Muhammad termasuk bani Adam yang diciptakan dari tanah. Sementara yang diciptaan dari cahaya hanyalah malaikat, dan nabi bukanlah golongan [[malaikat]].<ref>Dia bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (Hadits riwayat Muslim 2996).</ref>
 
=== Terluka saat perang ===