Muhammad Jalaluddinsyah III: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 8:
Peritiwa kebakaran hebat Istana Gunung Setia menjadi penyebab terjadinya depresi mental dimana beliau lebih memilih kehidupan spiritual daripada menjadi seorang sultan. Sehingga hal ini tidak memungkinkan untuk tetap dipertahankan guna dimahkotai sebagai sultan sumbawa. Sehingga pada saat Sultan Amrullah mangkat pada tanggal 23 agustus 1883, hasil mufakat pangantong limaolas memutuskan untuk memilih putra tertua dari Datu Raja Muda Daeng Maskuncir yakni Mas Madina Daeng Raja Dewa untuk dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa. Mas Madina Daeng Raja Dewa saat dinobatkan bergelar Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III.
Pada masa Pemerintahan Beliau, didirikan Istana Dalam Loka yang hingga kini masih dapat kita saksikan hingga dewasa ini dan menjadi kebanggaan masyarakat Sumbawa.
Penataan bidang pemerintahan mendapat perhatian khusus dari Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III. Beberapa kali sistem pemerintahan mengalami perubahan. Pada Tahun 1920 terjadi perubahan besar dalam sistem perintahan Kesultanan Sumbawa dimana penghapusan district menjadi onderdistrct dan kemudian beralih nama menjadi Kademungan. Dengan perubahan struktur ini maka Kedatuan dalam Kamutar Telu , Seran , Taliwang dan Jereweh dihapus pula dan berubah status menjadi Kademungan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III inilah meletus beberapa peperangan melawan Belanda antara lain Perang Sapugara yang dipimpin oleh La Unru Sinrang Dea Mas Manurung ( 1906 – 1908 ) dan Perang Baham dipimpin oleh Baham ( 1906 dan 1921 )
<ref>https://docs.google.com/document/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/edit</ref><ref>https://drive.google.com/file/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/view?pli=1</ref><ref name="PemerintahanSultan1">{{cite web
Baris 46:
Dua tahun sesudah penobatan Mas Madinah Daeng Raja Dewa menjadi Sultan Sumbawa tepatnya pada tahun 1885 M dibangunlah Istana Dalam Loka menggantikan Istana Bala Sawo.
Istana yang dibangun dalam kurun waktu sembilan bulan sepuluh hari tersebut (usia bayi dalam kandungan) ditopang 98 (sembilan puluh delapan) tiang dengan satu “tiang ngantung” sehingga menjadi 99 batang (symbol asmaul husna dalam ajaran syariat Islam).
Dalam Loka merupakan sebuah lokasi yang dirancang khusus sebagai pusat pemerintahan yang lengkap yang terdiri dari :
* Bala Rea
Bangunan induk sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan beserta keluarganya.
Baris 73:
 
Pembangunan Istana Dalam Loka dipimpin dan dikoordinir langsung oleh Imam H. Hasyim, Imam Masjid Kedatuan Taliwang. Bahan utama bangunan Istana Dalam Loka menggunakan kayu jati pilihan dari Olat Timung pegunungan Ropang.
Bangunan Bala Rea yang beratap kembar dan berlantai dua, dewasa ini disebut sebagai Dalam Loka terdiri dari bagian bangunan sebagai berikut :
* Tete Gasa
Merupakan tangga naik yang mengambil konsep pendakian (Samawa : paruak) sebagai simbol bahwa setiap orang yang naik ke istana selalu membungkukkan badan sebagai wujud penghormatan kepada sultan.
* Paladang
Teras khusus yang memiliki fungsi antara lain : tempat duduk di sebelah timur yang disebut parangin merupakan tempat menunggu jika hendak bertemu sultan. Sedangkan pada bagian sebelah barat (tangke) digunakan untuk menempatkan senjata tajam dan barang-barang lainnya yang tidak diperbolehkan dibawa masuk ke dalam ruang Lunyuk Agung.
* Lunyuk Agung
Merupakan ruang utama tempat pertemuan dan perjamuan serta tempat pelaksanaan upacara-upacara kebesaran Kesultanan Sumbawa.
 
Pada bagian timur terdapat empat buah kamar terdiri dari :
Dua buah kamar diperuntukkan bagi putra sultan yang sudah menikah.
Satu buah kamar diperuntukkan bagi istri-istri sultan (bukan permaisuri)