Süleyman I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 30:
Suleiman lahir diperkirakan pada tanggal 6 November 1494 di [[Trabzon]], di daerah pantai [[Laut Hitam]].<ref>Clot, 25.</ref> Ibunya adalah Valide Sultan [[Ayşe Hafsa Sultan|Aishe Hafsa Sultan]] atau Hafsa Hatun Sultan, yang wafat pada tahun 1534. Pada usia tujuh tahun, ia dikirim untuk belajar [[sains]], [[sejarah]], [[sastra]], [[teologi]], dan [[taktik militer]] di sekolah [[Istana Topkapı]] di [[Konstantinopel]]. Sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan [[Pargalı İbrahim Pasha|Ibrahim]], seorang budak yang di kemudian hari menjadi penasihatnya yang paling dipercaya.<ref>{{cite book|first=Noel|last=Barber|title=The Sultans|location=New York|publisher=[[Simon & Schuster]]|year=1973|pages=36}}</ref> Pada usia 17 tahun, Suleiman ditunjuk sebagai Gubernur [[Kaffa]] (Theodosia), kemudian ia juga ditunjuk menjadi Gubernur Sarukhan ([[Manisa]]) setelah sebelumnya menjabat sebentar di [[Edirne]].<ref>Clot, 28.</ref> Saat ayahnya, [[Selim I]] (1465–1520), meninggal dunia, Suleiman kembali ke Konstatinopel dan mengambil kekuasaan sebagai Sultan Usmaniyah ke-10.
 
Catatan yang dibuat oleh seorang utusan [[Republik Venesia]], [[Bartolomeo Contarini]], beberapa minggu setelah Suleiman naik takhta mendeskripsikan Suleiman sebagai berikut: "Ia berusia 25 tahun, tinggi, namuntetapi lincah, dan berkulit halus. Lehernya agak panjang, wajahnya pipih, dan hidungnya bengkok. Ia memiliki kumis dan janggut; pembawaannya menyenangkan meski kulitnya cenderung terlihat pucat. Konon ia adalah seorang tuan yang baik, suka belajar, dan menjadi harapan masyarakat untuk menciptakan kemakmuran dalam kekuasaannya."<ref>Kinross, 175.</ref> Beberapa sejarawan menyatakan bahwa pada masa mudanya Suleiman memiliki kekaguman yang besar terhadap [[Alexander Agung]].<ref>Lamb, 14.</ref><ref>Barber, 23.</ref> Ia terpengaruh visi Alexander untuk membangun kekaisaran dunia yang menguasai daerah Timur dan Barat, dan konon hal ini yang mendorongnya melakukan kampanye militer ke wilayah Asia, Afrika, serta Eropa.
 
== Kampanye militer ==
Baris 39:
Berita jatuhnya salah satu benteng terkuat umat Kristen menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di seluruh Eropa. Sebagaimana yang dicatat oleh seorang duta besar Kekaisaran Suci Romawi di Konstatinopel: "Penaklukan Belgrade adalah awal dari peristiwa-peristiwa dramatis yang menimpa Hongaria. Penaklukan itu berlanjut dengan kematian [[Lajos II dari Hongaria|Raja Lajos]], penaklukan [[Buda]], pendudukan [[Transilvania]], dan hancurnya kerajaan yang pernah berkembang serta timbulnya ketakutan di negara-negara tetangga yang khawatir mereka akan mengalami nasib yang sama..."<ref>Clot, 39.</ref>
 
Jalan untuk menyerang langsung Hongaria dan [[Austria]] sudah terbuka, namuntetapi Suleiman mengalihkan perhatiannya kepada kepulauan [[Rodos]] di [[Mediterania]] Timur, kota basis [[Ksatria Hospitaller]]. Ordo ksatria itu dikenal memiliki unit bajak laut di wilayah [[Asia Kecil]] dan [[Levant]] yang kegiatan operasinya mengganggu kepentingan Utsmaniyah. Pada musim panas 1522, Suleiman mengirim armada berkekuatan 400 kapal dan secara personal memimpin 100.000 tentara menyeberangi Asia Kecil.<ref>Kinross, 176.</ref> Meskipun mengalami perlawanan yang sangat hebat dalam [[Pengepungan Rodos (1522)|Pengepungan Rodos]], kota tersebut berhasil dikuasai dan [[Ksatria Rodos]] diusir dari sana.
 
Dengan memburuknya hubungan antara Hongaria dengan Kesultanan Utsmaniyah, Suleiman melanjutkan kampanyenya di Eropa Timur pada 29 Agustus 1526 dengan mengalahkan [[Louis II dari Hongaria]] (1506–26) dalam [[Pertempuran Mohács]]. Ketika menemukan mayat Raja Louis, Suleiman konon berkata: "Aku memang datang membawa senjata untuk menghadapinya; namun bukan keinginanku melihatnya tewas karena ia belum banyak menikmati indahnya kehidupan dan kebangsawanan."<ref>Severy, 580</ref><ref>Embree, [http://www.ccds.charlotte.nc.us/History/MidEast/04/embree/embree.htm Suleiman The Magnificent].</ref> Sejak itu kerajaan Hongaria mengalami kemunduran dan Utsmaniyah bangkit menjadi kekuatan utama di Eropa Timur.<ref>Kinross, 187.</ref>
Baris 60:
Bermaksud menghancurkan Shah untuk selamanya, Suleiman berangkat dalam kampanye kedua pada tahun 1548–1549. Seperti sebelumnya, Tahmasp menghindari konfrontasi dengan pasukan Utsmaniyah dan memilih untuk mundur sambil melancarkan taktik [[bumi hangus]].<ref name=sicker206/> Setelah menguasai Tabriz, Armenia, dan beberapa benteng di [[Georgia]], Suleiman memilih untuk menghentikan kampanyenya karena kerasnya musim dingin di [[Kaukasus]].<ref name=bartleby794>[http://www.bartleby.com/67/794.html 1548–49]</ref>
 
Pada tahun 1553 Suleiman memulai kampanye ketiga dan terakhirnya melawan Shah. Sebelumnya pasukan Utsmaniyah mengalami kekalahan di [[Erzurum]] dan kehilangan kekuasaan atas kota tersebut di tangan anak Shah. Suleiman berniat kembali menguasai Erzurum dengan menyeberangi Sungai [[Efrat]]. Pasukan Shah kembali menggunakan taktiknya menghindari pasukan Utsmaniyah, yang berakibat terjadinya kebuntuan (''stalemate''). Pada tahun 1554, sebuah perjanjian ditandatangani yang mengakhiri kampanye militer Suleiman di Asia. Termasuk dalam perjanjian itu adalah Suleiman mengembalikan Tabriz, namuntetapi sebagai gantinya mendapatkan Baghdad, sebagian [[Mesopotamia]], mulut Sungai Efrat dan [[Tigris]], serta sebagian [[Teluk Persia]].<ref name=Kinross236>Kinross, 236.</ref> Shah juga berjanji untuk tidak melakukan serangan apa pun ke wilayah Utsmaniyah.<ref name=bartleby795>[http://www.bartleby.com/67/795.html 1553–55]</ref>
 
=== Kampanye di Samudra Hindia dan India ===
Baris 81:
Karena sedang menghadapi musuh yang sama, François I dan Suleiman memperbaharui perjanjian aliansi mereka. Sebagai hasilnya, Suleiman mengirimkan 100 kapal<ref>Kinross, 53.</ref> di bawah pimpinan Barbarossa untuk membantu pasukan Prancis di Mediterania Barat. Barbarossa berhasil menguasai pantai [[Naples]] dan [[Sisilia]] sebelum sampai ke Prancis. Prancis kemudian menjadikan [[Toulon]] sebagai markas besar angkatan laut Utsmaniyah. Dari sana Barbarossa menyerang [[pertempuran Nice|Nice pada tahun 1543]]. Pada tahun 1544, François I dan Karl V mengadakan perjanjian perdamaian sehingga aliansi antara Prancis dan Utsmaniyah berakhir sementara.
 
Di tempat lain, Ksatria Hospitaller yang pernah diusir Utsmaniyah membangun kekuatan baru di Malta, membentuk ordo [[Ksatria Malta]] pada 1530. Mereka melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal musim sehingga memancing perhatian Utsmaniyah. Suleiman akhirnya mengirimkan tentara dalam jumlah yang sangat besar untuk [[Pengepungan Malta (1565)|mengusir mereka]]. Pertempuran dimulai pada 18 Mei dan berakhir pada 8 September. Awalnya pasukan Utsmaniyah berhasil membantai Ksatria Malta dan menghancurkan beberapa kota, namuntetapi tentara bantuan dari [[Spanyol]] datang dan membalikkan keadaan, menyebabkan tewasnya 30.000 tentara Utsmaniyah.<ref>[http://www.malta.com/about-malta/history-of-malta.html The History of Malta]</ref>
 
== Reformasi administratif ==
Baris 117:
[[Berkas:Suleiman I. after 1560.jpg|kiri|jmpl|Potret Suleiman oleh Nigari, menjelang akhir kekuasaannya pada tahun 1560.]]
 
Dalam pergantian kekuasaannya, timbul intrik-intrik yang kemungkinan didalangi oleh Hürrem. Meskipun ia adalah seorang istri Sultan, Hürrem tidak memiliki peran resmi apa pun dalam pemerintahan, namuntetapi demikian ia tetap memiliki pengaruh politik. Karena kesultanan tidak memiliki aturan formal, pergantian kekuasaan biasanya diwarnai oleh pembunuhan di antara pangeran-pangeran yang bersaing memperebutkan takhta untuk menghindari terjadinya perang saudara atau pemberontakan. Agar anak-anaknya terhindar dari hukuman mati atau pembunuhan, Hürrem menggunakan pengaruhnya untuk menyingkirkan mereka yang mendukung Mustafa.<ref name="Mansel, 84.">Mansel, 84.</ref>
 
Hürrem diduga mendalangi dan mendorong Suleiman untuk membunuh Ibrahim dan menggantinya dengan menantu Hürrem, [[Rustem Pasha]]. Pada tahun 1552, ketika kampanye melawan Persia dimulai dan Rustem ditunjuk sebagai komandan ekspedisi, intrik melawan Mustafa dimulai. Rustem mengirimkan salah satu orang kepercayaan Suleiman untuk melaporkan bahwa karena Suleiman tidak lagi memimpin, pasukan berpikir bahwa inilah saatnya seorang pangeran yang lebih muda untuk menggantikannya; pada saat yang sama Rustem menyebar isu bahwa Mustafa mendukung ide itu. Suleiman marah dan menuduh Mustafa hendak merebut kekuasaan.