Ganesa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k orangtua → orang tua
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 30:
 
[[Berkas:Ekdanta.jpg|kiri|200px|jmpl|Lukisan ''Ekadanta'' atau "Ganesa bergading satu", dari daerah [[Mysore]], negara bagian [[Karnataka]], [[India]].]]
Nama yang masyhur bagi Ganesa dalam [[bahasa Tamil]] adalah ''Pille'' atau ''Pilleyar'' ("anak kecil"). A. K. Narain membedakan arti istilah-istilah tersebut dengan mengatakan bahwa ''pille'' berarti seorang "anak" sementara ''pilleyar'' berarti seorang "anak yang mulia". Dia menambahkan bahwa kata ''pallu'', ''pella'', dan ''pell'' dalam [[bahasa Dravida|bahasa-bahasa rumpun Dravida]] berarti "gigi atau [[gading]] [[gajah]]", namuntetapi lebih lazim diartikan "[[gajah]]".<ref>Narain, A. K. "Gaṇeśa: The Idea and the Icon". Brown, hal. 25.</ref> Seorang penulis buku yang bernama Anita Raina Thapan menambahkan bahwa akar kata ''pille'' pada nama ''Pillaiyar'' mungkin aslinya berarti "gajah muda", karena kata ''pillaka'' dalam [[bahasa Pali]] berarti "gajah muda".<ref>Thapan, hal. 62.</ref>
 
== Penggambaran ==
Baris 85:
=== Kelahiran ===
[[Berkas:Ganesha Kangra miniature 18th century Dubost p51.jpg|kiri|200px|jmpl|[[Parwati]] dan [[Siwa]] memandikan Ganesa. Sebuah lukisan dari Kangra, dibuat sekitar abad ke-18.]]
Meski Ganesa terkenal sebagai putra dari [[Siwa]] dan [[Parwati]], [[mitologi Hindu|mitos-mitos]] dalam ''[[Purana]]'' memiliki ketidakpastian mengenai kelahirannya. Dia bisa saja diciptakan oleh Siwa, atau oleh Parwati, atau oleh Siwa dan Parwati, atau muncul secara misterius dan ditemukan oleh Siwa dan Parwati. Terdapat berbagai versi mengenai kelahiran Ganesa, namuntetapi kisah yang paling terkenal berasal dari kitab ''[[Siwapurana]]''.
 
Dalam kitab ''[[Siwapurana]]'' dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.
Baris 137:
=== Pengaruh memungkinkan ===
 
Buku yang ditulis Thapan tentang perkembangan Ganesa mengandung sebuah bab tentang spekulasi mengenai peran kepala gajah pada zaman awal di [[India]], namuntetapi berkesimpulan bahwa, "meski pada abad ke-2 Masehi ada perwujudan [[yaksa]] berkepala gajah, itu tidak bisa dianggap menggambarkan Ganapati-Winayaka. Tidak ada bukti mengenai dewa yang disebut memiliki wujud gajah atau berkepala gajah pada permulaan zaman ini. Ganapati-Winayaka masih membuat debutnya."<ref>Thapan, hal. 75.</ref>
 
[[Berkas:Ganesha Nurpur miniature circa 1810 Dubost p64.jpg|kiri|240px|jmpl|Lukisan Ganesa berlengan empat yang dibuat pada abad ke-19. Berasal dari Nurpur, India.]]
 
Suatu teori mengenai asal usul Ganesa mengatakan bahwa ia perlahan-lahan menjadi tenar sehubungan dengan empat [[Winayaka]].<ref>Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 70–72.</ref> Dalam [[mitologi Hindu]], para Winayaka adalah kelompok empat makhluk jahat yang membuat rintangan dan kesulitan, namuntetapi mudah untuk ditenangkan. Nama Winayaka adalah nama yang biasa bagi Ganesa, baik dalam ''[[Purana|Purana-Purana]]'' maupun ''[[Tantra]]'' [[agama Buddha|Buddha]].<ref name="Thapan, hal. 20"/> Krishan adalah salah satu sarjana yang menerima teori ini, yang berkomentar datar tentang Ganesa, "Dia bukan dewa dalam ''[[Weda]]''. Asal-usulnya mengikuti jejak empat [[Winayaka]], roh jahat, dari ''Manawagrehyasutra'' ([[abad ke-7 SM|abad VII]]-[[abad ke-4 SM|IV]] SM) yang menyebabkan berbagai jenis kejahatan dan penderitaan".<ref>Krishan, hal. vii.</ref> Penggambaran figur manusia berkepala gajah, yang beberapa di antaranya diidentifikasikan dengan Ganesa, muncul dalam kesenian dan koin India pada permulaan [[abad ke-2]].<ref>For a discussion of early depiction of elephant-headed figures in art, see Krishan 1981–1982, hal. 287–290 or Krishna 1985, hal. 31–32</ref>
 
=== Sastra Weda dan wiracarita ===
Gelar "Pemimpin kelompok" ([[Sanskerta]]: ''ganapati'') muncul dua kali dalam ''[[Regweda]]'', namuntetapi keduanya tidak merujuk pada Ganesa yang sekarang. Istilah itu muncul dalam ''Regweda'' (Rw 2.23.1) sebagai gelar untuk [[Wrehaspati|Brahmanaspati]], menurut para komentator.<ref>Wilson, H. H. ''Ŗgveda Saṃhitā''. Sanskrit text, English translation, notes, and index of verses. Parimal Sanskrit Series No. 45. Volume II: Maṇḍalas 2, 3, 4, 5. Second Revised Edition; Edited and Revised by Ravi Prakash Arya and K. L. Joshi. (Parimal Publications: Delhi, 2001). ISBN 81-7110-140-9 (Vol. II); ISBN 81-7110-138-7 (Set). RV 2.23.1 (2222) gaṇānāṃ tvā gaṇapatiṃ havāmahe kaviṃ kavīnāmupamaśravastamam | 2.23.1; "We invoke the Brahmaṇaspati, chief leader of the (heavenly) bands; a sage of sages."</ref> Saat sloka itu tak diragukan lagi merujuk pada Brahmanaspati, sloka itu kemudian diadopsi untuk memuja Ganesa dan masih dipakai hingga sekarang.<ref>Nagar, hal. 3.</ref> Dalam pembantahan bahwa pernyataan tersebut merupakan bukti keberadaan Ganesa dalam ''Regweda'', Ludo Rocher mengatakan bahwa itu dengan jelas merujuk kepada [[Wrehaspati]]—dewa himne-himne—dan hanya Wrehaspati.<ref>Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 69. Bṛhaspati is a variant name for Brahamanaspati.</ref> Hal yang juga mirip, yaitu pernyataan kedua (Rw 10.112.9) merujuk pada [[Indra]], yang diberi gelar 'ganapati', diterjemahkan menjadi "Pemimpin perkumpulan (bagi para [[Marut]])." Tetapi, Rocher menyatakan bahwa sastra-satra Ganapatya terkini seringkali mengutip sloka-sloka ''Regweda'' untuk menghormati Ganesa.<ref>For use of RV verses in recent Ganapatya literature, see Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature" in Brown 1991, hal. 70.</ref>
 
Dua sloka dalam kitab yang termasuk ''[[Yajurweda|Yajurweda hitam]]'', yaitu ''Maitrayaniya Samhita'' (2.9.1) dan ''Taittiriya Aranyaka'' (10.1), menyatakan permohonan kepada dewa yang "bertaring satu" (''Dantih''), "bermuka gajah" (''Hastimuka''), dan "berbelalai bengkok" (''Wakratunda''). Nama-nama ini mengingatkan kita pada Ganesa, dan seorang komentator dari abad ke-14 bernama Sayana dengan tegas memastikan identifikasi ini.<ref>For text of ''Maitrāyaṇīya Saṃhitā'' 2.9.1 and ''Taittirīya Āraṇyaka'' 10.1 and identification by Sāyaṇa in his commentary on the āraṇyaka, see: Rocher, Ludo, "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature" in Brown 1991, hal. 70.</ref> Deskripsi tentang Dantin, yang memiliki belalai bengkok (''wakratunda'') dan memegang [[jagung]], [[tebu]], dan [[gada]], merupakan karakteristik Ganapati yang utama secara ''[[Purana]]'', seperti yang dikatakan Heras, "tidak bisa dibantahkan lagi untuk menerima identifikasinya (ciri-ciri Ganesa) dengan (ciri-ciri) Dantin ini".<ref>Heras, hal. 28.</ref> Tapi, Krishan menganggap bahwa himne-himne ini adalah tambahan (carangan) pasca zaman ''Weda''.<ref>Krishan 1981–1982, hal. 290</ref> Thapan menambahkan bahwa pernyataan-pernyataan itu lazimnya dianggap sebagai sebuah sisipan. Dhavalikar mengatakan, "referensi mengenai dewa berkepala gajah di ''Maitrayani Samhita'' telah terbukti sebagai sisipan paling akhir, maka tidak begitu berguna dalam menentukan informasi paling awal mengenai sang dewa (Ganesa)".<ref>Krishan 1999, hal. 12–15. For arguments documenting interpolation into the ''Maitrāyaṇīya Saṃhitā''.</ref>
 
Ganesa tidak muncul dalam wiracarita India pada zaman ''Weda''. Sebuah sisipan pada [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' mengatakan bahwa [[Resi]] [[Byasa]] meminta Ganesa untuk membantunya sebagai seorang penulis untuk mencatat wiracarita yang didikte oleh sang resi kepadanya. Ganesa setuju namun dengan syarat bahwa Byasa harus membeberkan wiracarita itu tanpa diselingi, yaitu, tanpa berhenti. Sang resi setuju, namuntetapi sadar bahwa untuk melakukan jeda, ia perlu menceritakan suatu pernyataan yang sangat kompleks sehingga Ganesa akan bertanya untuk mengklarifikasi. Kisah tersebut tidak dianggap sebagai sebuah bagian dalam kitab orisinilnya oleh editor dalam kitab ''Mahabharata'' edisi kritikan. Hubungan antara Ganesa dengan ketangkasan pikiran dan pembelajaran adalah salah satu alasan sehingga ia ditampilkan sebagai penulis dikte yang dijabarkan Byasa tentang ''Mahabharata'' dalam sisipan tersebut.<ref>Brown, hal. 4.</ref> Richard L. Brown memperkirakan waktunya terjadi sekitar abad ke-8, dan Moriz Winternitz menyimpulkan bahwa kisah itu dikenal pada awal th. 900, namuntetapi tidak ditambahkan ke dalam ''Mahabharata'' sampai sekitar 150 tahun kemudian. Winternitz juga menambahkan bahwa versi berbeda dalam naskah ''Mahabharata'' di India Selatan adalah penghapusan terhadap legenda Ganesa tersebut.<ref>Winternitz, Moriz. "Gaṇeśa in the Mahābhārata". Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland (1898:382). Citation provided by Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 80.</ref> Istilah winayaka ditemukan dalam beberapa resensi dalam ''[[Santiparwa]]'' dan ''[[Anusasanaparwa]]'' yang dianggap sebagai sisipan.<ref>For interpolations of the term vināyaka see: Krishan 1999, hal. 29.</ref> Sebuah referensi tentang ''Wignakartrinam'' ("Pencipta rintangan") dalam ''[[Wanaparwa]]'' juga dipercaya sebagai sebuah sisipan dan tidak muncul dalam edisi kritikan.<ref>For reference to Vighnakartṛīṇām and translation as "Creator of Obstacles", see: Krishan 1999, hal. 29.</ref>
 
[[Berkas:Ganesha ink.jpg|ka|240px|jmpl|Lukisan Ganesa yang terdapat dalam kitab ''[[Bhagawatapurana]]'', dibuat sekitar awal [[abad ke-19]].]]
Baris 179:
Sebelum kedatangan [[Islam]], [[Afganistan]] memiliki ikatan budaya yang erat dengan India, dan pemujaan terhadap dewa-dewi Hindu maupun Buddha sama-sama dijalankan. Beberapa contoh arca dari abad ke-5 sampai abad ke-7 telah bertahan, mencerminkan bahwa pemujaan Ganesa adalah hal yang populer di wilayah itu.<ref name="Martin-Dubost, hal. 311">Martin-Dubost, hal. 311.</ref>
 
Ganesa muncul dalam [[agama Buddha]] [[Buddha Mahayana|Mahayana]], tidak hanya dalam wujud dewa Vināyaka dalam agama Buddha, namuntetapi juga sebagai wujud [[raksasa (mitologi Hindu dan Buddha)|raksasa]] dengan nama yang sama.<ref>Getty, hal. 37–45.</ref> Citranya muncul dalam arca-arca agama Buddha selama akhir masa [[kerajaan Gupta]]. Sebagai dewa Vināyaka dalam agama Buddha, ia seringkali digambarkan sedang menari. Wujud ini, disebut Nṛtta Ganapati, dan termasyhur di wilayah India Utara, kemudian diadopsi di [[Nepal]], lalu di [[Tibet]].<ref>Getty, hal. 38.</ref> Di Nepal, wujud Ganesa secara Hindu, dikenal sebagai Heramba, sangat terkenal; ia memiliki lima kepala dan menunggangi [[singa]]. Penggambaran Ganesa di Tibet menunjukkan pandangan yang bertentangan terhadapnya.<ref>Nagar, hal. 185.</ref> Ganapati versi Tibet adalah ''tshogs bdag''.<ref>Wayman, Alex (2006). ''Chanting the Names of Manjushri''. Motilal Banarsidass Publishers: hal. 76 . ISBN 81-208-1653-6</ref> Dalam versi Tibet, Ganesa digambarkan sedang diinjak oleh kaki Mahākāla, yaitu dewa bangsa Tibet yang terkenal. Penggambaran lain menampilkan wujudnya sebagai pemusnah segala rintangan, kadangkala dalam wujud sedang menari. Ganesa muncul di [[Cina]] dan [[Jepang]] dalam wujud yang menampilkan karakter wilayah yang berbeda. Di Cina Utara, ada patung batu dari zaman awal yang dikenal sebagai Ganesa, disertai tulisan yang berangka tahun 531.<ref name="Martin-Dubost, hal. 311"/> Di Jepang, pemujaan terhadap Ganesa pertama kali disebutkan pada tahun 806.<ref>Martin-Dubost, hal. 313.</ref>
 
Sastra [[Jainisme|agama Jaina]] (Jainisme) tidak menyebutkan adanya pemujaan terhadap Ganesa. Namun, Ganesa dipuja oleh banyak umat Jaina, muncul sebagai pengambil alih fungsi [[Kubera]].<ref>Thapan, hal. 157.</ref> Hubungan Jaina dengan komunitas perdagangan mendukung gagasan bahwa Jainisme mengambil tradisi pemujaan Ganesa sebagai akibat dari hubungan perdagangan.<ref>Thapan, hal. 151, 158, 162, 164, 253.</ref> Patung Ganesa tertua versi Jaina ditaksir berasal dari abad ke-9.<ref>Krishan, hal. 122.</ref> Sebuah kitab Jaina dari abad ke-15 memaparkan prosedur untuk memasang citra Ganapati.<ref>Krishan, hal. 121.</ref> Citra Ganesa muncul dalam kuil Jaina di [[Rajasthan]] dan [[Gujarat]].<ref>Thapan, hal. 158.</ref>