Wira Tanu I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 39:
Raden Jayasasana adalah putra Raden Aria [[Wangsa Goparana]]. Berdasarkan silsilah, Raden Aria [[Wangsa Goparana]] merupakan anak dari Sunan wanaperih (R.Aria Kikis) yang merupakan raja dari Kerajaan Talaga anak dari Rd.Ragamantri alias Sunan Parung Gangsa/Prabu Pucuk Umum anak dari Munding Sari Ageung. Munding Sari merupakan salah satu anak dari [[Prabu Siliwangi]] yang ketika runtuhnya Pajajaran pada tahun 1579 kabur ke daerah Talaga di suku gunung Cereme.
 
Rd. Aria Wangsa Gofarana berkelana dan sampailah ke Kampung Nangkabeurit yang sekarang masuk ke wilayah Kecamatan Sagaraherang Kabupaten Subang. Di sana ia mendirikan sebuah desa dan menjadi Dalem (kepala negeri). Raden Aria Wangsa Goparana memiliki delapan orang anak yaitu :
# Jayasasana
# Wiradiwangsa
Baris 64:
Runtuhnya Pajajaran menyebabkan beberapa daerah merdeka dan menyebabkan beberapa kerajaan berusaha mengklaim wilayah bekas Pajajaran termasuk [[kerajaan Sumedang Larang]] di bawah Prabu [[Geusan Ulun]] yang menurut klaimnya bahwa seluruh bekas wilayah Pajajaran adalah wilayah Sumedang Larang. Dalam rangka menegakkan klaimnya, Prabu Geusan Ulun kemudian menyelenggarakan serangkaian kampanye militer untuk menaklukan wilayah-wilayah yang tidak tunduk pada klaimnya. Untuk mengatasi kampanye militer Sumedang Larang, Cirebon kemudian memperkuat pertahanan, diantaranya adalah di wilayah Cimapag yang saat itu wilayah Cimapag termasuk ke dalam wilayah tanggungjawab Jayasasana. Maka Cirebon kemudian mengangkat Jayasasana sebagai senapati atau panglima dengan gelar Wira Tanu (Wira Tanu artinya Panglima atau Senapati).
 
Dalam masa genting seperti itu, beberapa kesatuan masyarakat yaitu :
# Cipamingkis di bawah pimpinan Nalamerta;
# Cimapag di bawah pimpinan Nyiuh Nagara;