Rabindranath Tagore: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k analisa → analisis
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 80:
Pengalaman Tagore di dunia [[teater]] dimulai pada usia enambelas tahun, saat itu ia mendapatkan peran utama dalam karya adaptasi yang berjudul [[Molière]]'s ''Le Bourgeois Gentilhomme'' yang merupakan arahan dari saudaranya sendirir, Jyotirindranath. Saat menginjak usia dua puluh tahun, ia menulis karya [[drama]]-[[opera]] yang pertama kali — ''Valmiki Pratibha'' (Sang Jenius, Walmiki) — yang menceritakan bagaimana seorang bandit [[Walmiki]], memperbaiki hidupnya, mendapat anugerah dari [[Saraswati]], dan menggubah [[Ramayana|Rāmāyana]].<ref name="Chakravarty_1961_123">{{harvnb|Chakravarty|1961|p=123}}.</ref> Kemudian, Tagore makin bersemangat menggali berbagai aspek dalam seni drama dan teater. Berbagai gaya, aliran dan emosi dalam sebuah seni drama dipelajari secara mendalam, termasuk dalam menggubah ''[[kirtans]]'' dan mengadaptasi musik-musik tradisional dari barat — utamanya dari Inggris dan [[Irlandia]] — untuk dipakai sebagai musik pengantar minum.<ref name="Dutta_1995_79-80">{{harvnb|Dutta|Robinson|1995|pp=79-80}}.</ref> karya lain yang patut dicatat adalah ''Dak Ghar'' ''(Kantor Pos)'', yang menggambarkan bagaimana usaha seorang anak berusaha melepaskan dari batasan batasan yang keras dan kaku yang pada akhirnya "jatuh tertidur" (yang menggambarkan kematian badaniah). Cerita yang menjadi daya tarik dunia (mendapat sambutan hangat di Eropa), ''Dak Ghar'' berbagi dengan kematian, dalam bahasa Tagore, "kebebasan rohani" dari keduniawian dan simbol-simbol keyakinan.<ref name="Dutta_1997_21-23">{{harvnb|Dutta|Robinson|1997|pp=21-23}}.</ref><ref name="Chakravarty_1961_123-124">{{harvnb|Chakravarty|1961|pp=123-124}}.</ref>
 
Karyanya yang lain — menekankan pada perpaduan antara alur dari lirik-lirik naskah dengan irama emosional yang begitu fokus pada inti dari ide dasar — tidak seperti drama dalam budaya Bengali sebelumnya. Karya-karyanya semata-mata hanya mengeluarkan pemikiran-pemikiran , dalam bahasa Tagore, "bermain dengan perasaan, yang tanpa aksi". Pada 1890 ia menulis ''Visarjan'' (Pengorbanan Suci), yang dikenal sebagai karya drama terbaiknya.<ref name="Chakravarty_1961_123"/> Menggunakan bahasa bengali asli termasuk sub-plot yang pelik dan [[monolog]] yang panjang. Belakangan karya dramanya bertemakan [[filosofi]] dan penuh [[kiasan]]; ini termasuk ''Dak Ghar''. Yang lainnya adalah Chandalika (Gadis yang Tak Tersentuh), mengambil figur dari legenda [[Buddha]] kuno, menceritakan bagaimana [[Ananda]], — murid dari [[Buddha Gautama]] — dalam mencari ''Gadis yang Tak Tersentuh''.<ref name="Chakravarty_1961_124">{{harvnb|Chakravarty|1961|p=124}}.</ref> Terakhir, di antara karya dramanya yang paling terkenal adalah, ''Raktakaravi'' (Oleander Merah), yang bercerita mengenai raja korup yang memperkaya diri dengan mengakui semua yang ada diwilayahnya adalah milik pribadi. Sang lakon wanita, Nandini menggalang kekuatan massa untuk menundukkan sang penguasa. Karya-karya yang lainnya adalah ''Chitrangada'', ''Raja'', dan ''Mayar Khela''. Seni drama dan tari yang biasa disebut Sendratari, berdasarkan dari karya Tagore biasanya dikenal dengan istilah ''[[rabindra nritya natyas]]''.
 
=== Cerita Pendek ===
Baris 139:
Karya Tagore yang diterjemahkan kedalam [[bahasa Spanyol]] membawa pengaruh bagi figur-figur [[sastra Spanyol]], termasuk di antaranya [[Chileans Pablo Neruda]] dan [[Gabriela Mistral]], sastrawan [[Meksiko]], Octavio Paz dan sastrawan berkebangsaan Spanyol [[José Ortega y Gasset]], Zenobia Camprubí dan [[Juan Ramón Jiménez]]. Antara tahun 1914 dan 1922, pasangan suami istri Jiménez-Camprubí menterjemahkan tidak kurang dari duapuluh dua buah karya Tagore dari bahasa Inggris ke bahasa Spanyol.
 
[[Berkas:Jalan Rabindranath Tagore in Surakarta-detail.JPG|jmpl|kiri|Nama jalan di [[Surakarta]] diambil dari nama sang maestro]]Pengaruh Tagore, tidak hanya berkisar di Eropa dan Amerika, di Indonesia pun Tagore dikenal dan di kota [[Surakarta]], salah satu ruas jalan diberi nama sang maestro. Pengaruh-pengaruh Tagore dalam dunia pendidikan, banyak diadopsi oleh para pejuang kemanusiaan, termasuk salah satunya adalah [[Ki Hajar Dewantara]], Bapak Pendidikan Indonesia. Shantiniketan menjadi sumber inspirasi dia dalam mendirikan [[Taman Siswa]] di [[Yogyakarta]]<ref name=tamansiswa>[http://www.indoindians.com/tagore.htm Rabindranath Tagore by : Mehru Jaffer ]</ref>. Selain itu, beranjak dari karya besarnya pula, taman pendidikan Shantiniketan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam sistem pelaksanaan pendidikan di [[Pondok Gontor]] selain [[Universitas Al-Azhar]] di [[Kairo]], [[Mesir]], Pondok Syanggit di Afrika Utara, [[Universitas Aligarh]] di India.<ref name=gontor>[http://www.angelfire.com/oh/gontor/gontor.html Laporan wartawan Kompas, Anwar Hudijono]</ref>
 
== Karya dalam bahasa Bengali ==