Pluralisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ada beberapa pengubahan thdp pluralisme agama. Paulus II itu salah. saya mengubahnya menjadi St. Yohanes Paulus II
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 61:
 
==== Pluralisme Agama dalam Agama Buddha ====
Dengan mencontoh pandangan '''Sang Buddha''' tentang toleransi beragama, '''Raja '''[[Asoka]] membuat dekret di batu cadas gunung ( hingga kini masih dapat dibaca ) yang berbunyi : ''“… janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya dihormat atas dasar tertentu. Dengan berbuat begini kita membantu agama kita sendiri untuk berkembang di samping menguntungkan pula agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri di samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama lain – semata – mata karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir ‘ bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri ‘ maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu toleransi dan kerukunan beragamalah yang dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua orang selain mendengarkan ajaran agamanya sendiri juga bersedia untuk mendengarkan ajaran agama yang dianut orang lain… “''
 
==== Pluralisme Sosial dalam Agama Buddha ====
Ketika Suku Sakya dan Suku Koliya ingin berperang karena memperebutkan air sungai Rohini. Sang Buddha dengan Mata Bathin-Nya mengetahui kejadian itu. dan Buddha dengan Kesaktian-Nya terbang ke udara, tepat ditengah tengah Sungai Rohini. Mereka langsung bersujud ketika mereka melihat Sang Buddha, Sang Buddha bertanya pada pimpinan dari kedua pihak itu, satu demi satu, akhirnya sampailah kepada pekerja harian. Pekerja harian itu menjawab :
 
“Pertengkaran ini hanya karena air sungai Rohini, Yang Mulia.”
Kemudian Sang Buddha bertanya pada kedua Raja itu :
“Berapakah nilai air sungai itu, Raja Mulia?”
“Sangat kecil nilainya, Yang Mulia.”
Baris 74:
“Bukanlah hal yang baik dan pantas apabila hanya karena air yang sedikit ini kalian menghancurkan Khattiya (Negeri) yang tidak ternilai ini.”
 
Kedua pihak itu diam seribu bahasa. Sang Buddha berkata lagi :
“O, Raja Mulia, mengapa kalian bertindak seperti ini? Apabila saya tidak ada di sini sekarang, kalian akan bertempur, membuat sungai ini berlimbah darah. Kalian tidak pantas bertindak demikian. Kalian hidup bermusuhan, menuruti hati yang diliputi lima jenis nafsu kebencian. Saya hidup bebas dari kebencian. Kalian hidup menderita karena sakit yang disebabkan oleh nafsu kejahatan. Saya hidup bebas dari penyakit. Kalian hidup dipenuhi keinginan, dengan memuaskan lima jenis hawa nafsu keserakahan. Saya hidup bebas dari segala nafsu keserakahan.”
Setelah bersabda demikian, Sang Buddha mengucapkan syair-syair ini :
 
''“Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci, di antara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa membenci.”''