Mardijkers: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 5:
Istilah Belanda ''mardijkers'' dipinjam dari istilah Portugis ''mardicas''; yang asalnya dari perkataan [[Sanskerta]] ''maharddhika'', yang berarti "kaya", "sejahtera", atau "hebat". Dalam [[bahasa Jawa]] lama (''merdika'', dan kata turunannya ''perdikan'') kata itu mengacu pada orang atau tempat yang dibebaskan dari perbudakan, kungkungan penguasaan, atau kewajiban membayar pajak.<ref name=hendrik>{{aut|Niemejer, H.}} (2012). ''Batavia: masyarakat kolonial Abad XVII''. Jakarta: Masup Jakarta. xiv+449 hlm. ISBN 978-602-96256-7-7.</ref>{{rp|33}} Makna serupa dimiliki oleh kata serapan dalam [[Bahasa Indonesia]] ''merdeka'', yakni bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya.<ref>KBBI Daring: [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/merdeka ''merdeka'']</ref>
 
Kaum mardiker semula merujuk pada kelompok budak dan tawanan perang tentara Portugis, terdiri dari warga setempat wilayah yang ditaklukkan, yang kemudian dimerdekakan dengan syarat mau memeluk agama [[Kristen]] ([[Katolik]]) dan bersedia menjadi [[milisi]].<ref>{{aut|Andaya, L.Y.}} (1999) [https://books.google.co.id/books?id=GIz4CDTCOwcC&pg=PA1#v=onepage&q&f=false "Interaction with the Outside World and adaptations in South Asian society 1500-1800"], <u>in</u> N. Tarling (Ed.) ''The Cambridge History of Southeast Asia'' vol. '''I'''(2) From c. 1500 to c. 1800 : 1-57. Cambridge :Cambridge Univ. Press</ref>{{rp|20}} Pendekatan ini kemudian ditiru serta diterapkan oleh [[Spanyol]] dan [[Belanda]] di wilayah-wilayah jajahannya.
 
Setelah dibebaskan, kelompok warga ini lalu mengidentifikasi diri sebagai 'orang Portugis'; meskipun sesungguhnya tidak ada atau hanya sedikit darah Portugis yang mengalir di tubuhnya. Bukan hanya menganut agama bangsa penakluknya, mereka pun kemudian memakai nama, berbicara, berpakaian, dan bertingkah laku serta mengambil sebagian budaya Portugis. Secara umum, kelompok ini dikenal sebagai ''lusofon'' ([[:en:lusophone]]).<ref>{{aut|Irving, D.R.M.}} (2018) [https://books.google.co.id/books?id=X_U4DwAAQBAJ&pg=PA111#v=onepage&q&f=false "Music and cosmopolitanism in the early modern Lusophone World"], <u>in</u> F. Bethencourt (Ed.) ''Cosmopolitanism in the Portuguese-speaking World''. Leiden :Koninklijke Brill.</ref>{{rp|128-9}}
 
== Mardiker di Indonesia ==
Kaum mardiker ini merupakan salah satu penghuni awal loji VOC di Jaccatra ([[Jayakarta]]). Catatan VOC tahun 1618 menyebutkan sekitar 70 warga mardiker yang menyandang nama-nama Portugis telah berada di loji ini; kemungkinan berasal dari kapal-kapal Portugis yang berhasil dikalahkan atau dirampok ketika itu.<ref name=hendrik/>{{rp|32}} Ketika VOC merebut Melaka dari tangan Portugis pada tahun 1641, tentaranya membawa pulang tawanan yang kebanyakan adalah kaum mardiker asal [[Bengali]] dan [[Koromandel]] yang menjadi milisi Portugis di Melaka. Para tawanan ini kemudian dijadikan budak-budak pekerja di Batavia, dan dilarang untuk melaksanakan ibadah agama Katolik yang dianutnya. Akan tetapi budak-budak ini dapat dibebaskan jika mau berpindah keyakinan menjadi Kristen [[Protestan]] sebagaimana orang Belanda.<ref name=ganp>{{aut|[[Victor Ganap|Ganap, V.]]}} (2013) [http://www.cavaquinhos.pt/en/CAVAQUINHO/Keroncong%20Indonesia%20History.htm "Krontjong Toegoe in Tugu Village: Generic Form of Indonesian Keroncong Music"]. E-Journal: ''Associação CULTURAL MUSEU CAVAQUINHO''.</ref>
 
Meskipun berkulit gelap sebagaimana umumnya orang [[Tamil]], kelompok mardiker ini memandang diri mereka sebagai orang Portugis. Selain beragama Nasrani, orang-orang mardiker membedakan diri dari warga etnis Asia yang lainnya dengan mengambil nama-nama Portugis atau Belanda untuk diri atau keturunan mereka,<ref name=hendrik/>{{rp|33}} menggunakan bahasa [[Kreol Portugis]]<ref>LIPI: [http://ipsk.lipi.go.id/index.php/kolom-peneliti/kolom-kemasyarakatan-dan-kebudayaan/417-punahnya-bahasa-kreol-portugis ''Punahnya bahasa Kreol-Portugis ...'']. Diakses 13/VII/2018</ref> atau Portugis pasar<ref name=hendrik/>{{rp|35}} dan berpakaian seperti orang [[Portugis]]. Puncak populasi kaum mardiker ini di masa penguasaan [[VOC]] adalah sekitar 7.500 orang, dan saat itu menjadi kelompok terbanyak di antara penutur bahasa Kreol Portugis di Batavia.<ref>{{aut|Byrne, J.}} (2011) "The Luso-Asians and other Eurasians: their domestic and diasphoric identities". <u>in</u> L. Jarnagin (Ed.) ''Portuguese and Luso-Asian Legacies in Southeast Asia, 1511-2011''. [https://books.google.co.id/books?id=-kloBwAAQBAJ&pg=PA136#v=onepage&q&f=false Vol. '''I''' The making of the Luso-Asian world: intricacies and engagement :136-7]. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies</ref>
 
Dengan meningkatnya keamanan lingkungan di wilayah ''[[Ommelanden]]'' (yaitu di luar benteng kota Batavia), para mardiker ini berangsur-angsur menyebar ke luar kota untuk mengelola lahan-lahan pertanian.<ref name=hendrik/>{{rp|34}} Jumlah kaum mardiker di dalam kota Batavia yang pada 1876 tercatat sebanyak 6.000 orang, lambat laun turun menjadi 2.000 orang pada tahun 1685.<ref name=par>{{aut|[[Parakitri Tahi Simbolon|Simbolon, P.T.]]}} (2007) ''[[Menjadi Indonesia]]'' Cet. ke-3. Jakarta :Penerbit Kompas.</ref>{{rp|53}} Beberapa dari orang-orang mardiker ini berhasil dalam usahanya, memiliki lahan-lahan luas dan rumah yang bagus di tengah kebunnya di Ommelanden dan memperoleh kehormatan yang cukup tinggi di masyarakat.<ref name=hendrik/>{{rp|34}}
 
Kelompok mardiker juga terdapat di Kota [[Ambon]]. Sebagaimana di Batavia, orang-orang ini berasal dari bekas budak-budak Portugis yang telah dibebaskan beserta keturunannya. Kelompok ini direkrut sebagai serdadu dan pengawal kota, sekurangnya semenjak perlawanan [[Pattimura]] pada tahun 1817.<ref>{{aut|Leirissa, R.Z.}} (2000) [http://booksandjournals.brillonline.com/docserver/22134379/156/3/22134379_156_03_s11_text.pdf?expires=1531404548&id=id&accname=guest&checksum=44B56ADA4C8DAA859BEA21BD636ACE4E "Ambon and Ternate through the 19th century"], <u>in</u> R. Tol, K. van Dijk, G. Acciaioli (Eds.) ''Authority and enterprise among the people of South Sulawesi'', ''VKI'' '''188'''. Leiden :KITLV Press.</ref>{{rp|627}}
 
Kaum mardiker yang lain adalah yang berasal dari [[Filipina]], berdiam di Batavia di wilayah [[Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara|Papanggo]] sekarang. Nama Papanggo berasal dari perkataan [[bahasa Belanda|Belanda]] ''de Papangers'',<ref name=par/>{{rp|462}} yang berarti "orang-orang Pampanga" merujuk pada lokasi asalnya di wilayah [[Pampanga]], [[Luzon]].<ref>{{aut|Pickell, D.}} (1991) ''East of Bali: From Lombok to Timor''. Passport Books. ([https://books.google.co.id/books?id=aUgsAQAAMAAJ&dq=papangers%20Philippines&hl=es&source=gbs_book_other_versions cuplikan])</ref>