Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 61:
 
=== Masa Kerajaan Sumedang Larang ===
Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angkawijaya atau [[Prabu Geusan Ulun]] sekitar tahun [[1578]], dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi :
* wilayah Selatan sampai dengan [[Samudera Hindia]],
* wilayah Utara sampai [[Laut Jawa]],
Baris 77:
Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno khas di Pulau Jawa, yaitu terdapat Alun - alun sebagai pusat kota yang dikelilingi Masjid Agung, rumah penjara, dan kantor pemerintahan. Di tengah alun-alun kota terdapat bangunan yang bernama '''Lingga''', tugu peringatan yang dibangun pada tahun 1922. Dibuat oleh Pangeran Siching dari [[Belanda|Negeri Belanda]] dan dipersembahkan untuk Pangeran Aria Suria Atmaja atas jasa - jasanya dalam mengembangkan Kabupaten Sumedang. '''Lingga''' diresmikan pada tanggal [[22 Juli]] [[1922]] oleh Gubernur Jenderal Mr. Dr. [[Dirk Fock]]. Sampai saat ini '''Lingga dijadikan lambang daerah Kabupaten Sumedang dan tanggal 22 April diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang'''. Lambang Kabupaten Sumedang, ''Lingga'', diciptakan oleh R. Maharmartanagara, putra seorang Bupati Bandung [[Martanegara|Rd. Adipati Aria Martanagara]], keturunan Sumedang. Lambang ini diresmikan menjadi lambang Sumedang pada tanggal '''13 Mei 1959'''.
 
Hal-hal yang terkandung pada logo Lingga :
# Perisai : Melambangkan jiwa ksatria utama, percaya kepada diri sendiri
# Sisi Merah : Melambangkan semangat keberanian
# Dasar Hijau : Melambangkan kesuburan pertanian
# Bentuk Setengah Bola dan Bentuk Setengah Kubus Pada Lingga : Melambangkan bahwa manusia tidak ada yang sempurna
# Sinar Matahari : Melambangkan semangat dalam mencapai kemajuan
# Warna Kuning Emas : Melambangkan keluhuran budi dan kebesaran jiwa
# Sinar yang ke 17 Angka : Melambangkan Angka Sakti tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
# Delapan Bentuk Pada Lingga : Lambang Bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
# 19 Buah Batu Pada Lingga, 4 Buah Kaki Tembik dan 5 Buah Anak Tangga : Lambang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945
# Tulisan ''Insun Medal'' erat kaitannya dengan kata Sumedang yang mengandung arti:
 
* Berdasarkan Prabu Tadjimalela, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Sumedang, ''Insun Medal'' berarti (''Insun'' : Aku, ''Medal'' : Keluar).
* Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; ''Insun Medal'' berarti (''Insun'': Daya, ''Madangan'': Terang)
 
Baris 161:
Hal ini menunjukkan, bahwa Sumedang Larang telah masuk dalam lingkaran pengaruh [[Cirebon]]. Pangeran Santri adalah murid [[Sunan Gunung Jati|Susuhunan Jati]]. Pangeran Santri sebagai penguasa Sumedang pertama yang menganut Islam. Ia pula yang membangun Kutamaya sebagai Ibu kota baru untuk pemerintahannya.
 
Dari perkawinannya dengan Ratu Pucuk Umum alias Ratu Inten Dewata, Pangeran Santri yang bergelar Pangeran Kusumahdinata I ini dikaruniai enam orang anak, yaitu :
* Pangeran Angkawijaya ([[Prabu Geusan Ulun]])
* Kiyai Rangga Haji
Baris 170:
Yang melahirkan keturunan anak - cucu di [[Pagaden, Subang|Kecamatan Pagaden]]
 
Pangeran Santri wafat 2 Oktober 1579. Di antara putra - putri Pangeran Santri dari Ratu Inten Dewata (Pucuk Umum), yang melanjutkan pemerintahan di Sumedang Larang ialah Pangeran Angkawijaya bergelar [[Prabu Geusan Ulun]] sebagai raja kesembilan. Menurut Babad, daerah kekuasaan Geusan Ulun dibatasi :
* kali Cipamali di sebelah Timur,
* Kali Cisadane di sebelah Barat, sedangkan
Baris 183:
* Kabupaten Sukapura, dipimpin oleh Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, gelar Tumenggung Wiradegdaha (R. Wirawangsa)
 
Ke - 44 daerah di bawah kekuasaan Geusan Ulun meliputi :
 
I. Di [[Kabupaten Bandung]]
Baris 236:
Sebelum [[Prabu Siliwangi]] meninggalkan Pajajaran mengutus empat ''Kandaga Lante'' untuk menyerahkan Mahkota serta menyampaikan amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya melanjutkan kekuasaan [[Pajajaran]]. Geusan Ulun harus menjadi penerus [[Pajajaran]].
 
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2 yang berbunyi :'' "Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedang mandala" ''(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu ''sirna'', di bumi Parahyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang), selanjutnya diberitakan ''"Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun"'' (Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun).
 
Keempat orang bersaudara, senapati dan pembesar Pajajaran yang diutus ke Sumedang tersebut, yaitu :
* Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu);
* Wiradijaya ''(Nangganan)'';
Baris 244:
* Pancar Buana (Embah Terong Peot).
 
Dalam Pustaka ''Kertabhumi'' I/2'' ''menceritakan keempat bersaudara itu :'' "Sira paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira rumaksa wadyabala, sinangguhan niti kaprabhun mwang salwirnya"'' (Mereka mengabdi kepada [[Prabu Geusan Ulun]]. Di sana mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur pemerintahan dan lain - lain), sehingga penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai ''nalendra'' penerus Kerajaan Sunda Pajajaran dan Raja Sumedang Larang ke - 9 mendapat restu dari 44 penguasa daerah Parahyangan yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'', '' Kandaga Lante'' adalah semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi daripada ''cutak'' (camat) dan 18 ''umbul'' dengan cacah sebanyak ± 9000 ''umpi'', untuk menjadi ''nalendra'' baru pengganti penguasa Pajajaran yang telah sirna. ''Pemberian pusaka Pajajaran pada tanggal '''22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang.'''''
 
Jaya Perkosa adalah bekas senapati Pajajaran, sedangkan Batara Wiradijaya sesuai julukannya bekas ''Nangganan''. Menurut Kropak 630, jabatan ''Nangganan'' lebih tinggi setingkat dari menteri, namun setingkat lebih rendah dari ''Mangkubumi.''
Baris 261:
Penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumedang erat kaitannya dengan peristiwa di atas. Terdapat tiga sumber yang dijadikan pegangan dalam menentukan Hari Jadi Kabupaten Sumedang:
 
* Pertama : Kitab ''Waruga Jagat'', yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk dijadikan pegangan atau penentuan Hari Jadi Sumedang. ''"Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir,"'' artinya: Kerajaan Pajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir.
 
* Kedua : Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjaya Kusumah yang menyertakan antara lain: ''"Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra (harita teu kabawa kasasaha) di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran,"'' artinya: Pangeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Sumedang Larang setelah Kerajaan Pajajaran berakhir.
 
* Tiga : Dibuat Prof. Dr. [[Husein Djajadiningrat]] berjudul: ''Critise Beshuocing van de Sejarah Banten.'' Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibu kota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Ahad 1 Muharam tahun Alif.
 
Mengacu pada ketiga sumber di atas, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Jadi Sumedang yang dihadiri para sejarawan masing - masing Drs. Said Raksa Kusumah; Drs. Amir Sutaarga; Drs. Saleh Dana Sasmita; Dr. Atja dan Drs. A Gurfani, berhasil menyimpulkan bahwa '''14 Syafar Tahun Jim Akhir itu jatuh pada tahun 1578 Masehi, bukan tahun 1579, tepatnya 22 April 1578'''.
Baris 283:
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sumedang}}
 
Pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang berada di [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]]. Kabupaten Sumedang terbagi atas 26 kecamatan, 7 kelurahan, dan 270 desa.<ref>{{cite web| title = BUKU XII PROVINSI JAWA BARAT| work=[[Kemendagri]]| url=http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2015/08/18/3/2/32._jabar.pdf| accessdate = 23 Desember 2016 }}</ref> Yakni :
# [[Buahdua, Sumedang|Kecamatan Buahdua]]
# [[Cibugel, Sumedang|Kecamatan Cibugel]]