Soerjopranoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k orangtua → orang tua
Baris 50:
Karena dipandang terlalu "''lastig''" (membuat onar) di dalam masyarakat Yogyakarta atas usaha asisten residen, ia "dibuang" ke Tuban, Gresik sebagai pegawai di ''Controleurs-Kantoor''. Di sini ia membela teman pegawainya hingga menempeleng atasannya (seorang Belanda). Ia minta berhenti dan segera pulang kembali ke Yogyakarta. Untuk menghindari tindakan hukum pemerintah Hindia Belanda atas dirinya, pamannya, Pangeran Sasraningrat, yang berpangkat ''gusti wakil'', mengangkatnya menjadi ''wedana sentana'' dengan titel ''panji'' di Praja Pakualaman.
 
Karena masih dianggap sebagai "pengganggu", asisten residen "membuang" ia ke Bogor dengan alasan disekolahkan pada Sekolah Pertanian (''Europesche Afdeling'') dengan surat tugas langsung ditandatangani Gubernur Jenderal sebagai "izin istimewa". Disini ia tinggal di rumah orang Belanda bernama van Hinllopen Laberton yang menganut ajaran teosofi yang membenci penjajahan dan perbedaan hak bangsa-bangsa. Soerjopranoto merasa menemukan sahabat, guru, kawan, dan orangtuaorang tua sekaligus. Pada tahun 1907 ia berhasil mendapat ijasah ''Landbouwkundige'' dan ''Landbouw-leraar''.
 
Disamping itu ia memahirkan diri dalam bela diri yaitu ''kuntau'' dan ''toya'' dari seorang Tionghoa asal Kanton.