Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 189:
[[Berkas:Indisch tuinfeest op Arendsdorp Weeknummer 27-15 - Open Beelden - 16627.ogv|jmpl|kiri|150px|Sebuah film berita Belanda tertanggal tahun 1927 menunjukkan pameran Hindia Belanda di Belanda yang menampilkan [[orang Indo]] dan Pribumi dari Hindia Belanda yang menampilkan tarian dan musik tradisional dalam pakaian tradisional.<ref>Catatan: Pesta kebun tahun 1927, di tanah pedesaan ''Arendsdorp'' di ''Wassenaarse weg'' dekat Den Haag, untuk kepentingan para korban bencana badai 2 Juni 1927 di Belanda. Pasar ini dibuka oleh [[Kementerian Koloni Belanda|Menteri Koloni]], dr. J.C. Koningsberger.</ref>]]
 
Banyak keluarga kolonial yang masih hidup dan keturunan mereka yang pindah kembali ke Belanda setelah kemerdekaan cenderung untuk mengenang kembali era kolonial dengan perasaan kekuatan dan prestise yang mereka miliki di koloni, dengan barang-barang seperti buku tahun 1970 ''Tempo Doeloe'' oleh penulis [[Rob Nieuwenhuys]], serta buku-buku dan materi lain yang menjadi sangat umum ditemui pada 1970-an dan 1980-an.<ref>Nieuwenhuys, Robert, (1973) Tempo doeloe : fotografische documenten uit het oude Indie, 1870–1914 [door] E. Breton de Nijs (pseud. of Robert Nieuwenhuys) Amsterdam : Querido, {{ISBN|90-214-1103-2}} – noting that the era wasn't fixed by any dates – noting the use of Tio, Tek Hong,(2006) Keadaan Jakarta tempo doeloe : sebuah kenangan 1882–1959 Depok : Masup Jakarta {{ISBN|979-25-7291-0}}</ref> Selain itu, sejak abad ke-18 dunia sastra Belanda memiliki sejumlah besar penulis mapan, seperti Louis Couperus, penulis "The Hidden Force", mengambil era kolonial sebagai sumber inspirasi penting.<ref>Nieuwenhuys (1999)</ref> Bahkan salah satu karya agung [[sastra Belanda]] adalah buku "[[Max Havelaar]]" yang ditulis oleh [[Multatuli]] pada tahun 1860.<ref>Etty, Elsbeth literary editor for the [[NRC handelsblad]] "Novels: Coming to terms with Calvinism, colonies and the war." (NRC Handelsblad. Juli 1998) [http://retro.nrc.nl/W2/Lab/Profiel/Nederland/novels.html]</ref>
 
Mayoritas orang Belanda yang dipulangkan ke Belanda setelah dan selama revolusi Indonesia adalah [[orang Indo]] (Eurasia) asli dari pulau-pulau di Hindia Belanda. Populasi Eurasia yang relatif besar ini telah berkembang selama 400 tahun dan diklasifikasikan oleh hukum kolonial sebagai komunitas hukum Eropa.<ref>Bosma U., Raben R. ''Being "Dutch" in the Indies: a history of creolisation and empire, 1500–1920'' (University of Michigan, NUS Press, 2008), {{ISBN|9971-69-373-9}} [https://books.google.com/books?id=47wCTCJX9X4C&dq=Carel+Pieter+Brest+van+Kempen&source=gbs_navlinks_s]</ref> Di Belanda mereka disebut sebagai [[orang Indo]] (kependekan dari Indo-Eropa). Dari 296.200 orang yang dikategorikan sebagai 'repatriat Belanda', hanya 92.200 orang Belanda yang lahir di Belanda.<ref>Willems, Wim, ''’De uittocht uit Indie 1945–1995’'' (Publisher: Bert Bakker, Amsterdam, 2001) pp.12–13 {{ISBN|90-351-2361-1}}</ref>