Erwin Arnada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 40:
Erwin Arnada lahir di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1963, putra dari pasangan Amin Ismail, seorang saudagar [[Minangkabau]] yang bekerja sampingan sebagai wartawan, dan istrinya.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}}{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}}{{sfn|Ginting 2011, Erwin Arnada}} Keluarganya memiliki sejumlah toko di Jakarta, termasuk satu di [[Blok M]] dan satu lagi di [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]]. Saat masih duduk di bangku SMP, Arnada mulai membantu mengelola toko milik keluarganya, dan memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca.{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}} Arnada dibesarkan dalam keluarga Muslim dan tumbuh menjadi seorang Muslim yang taat.{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}}
 
Setamat SMA, Arnada melanjutkan pendidikannya ke [[Universitas Indonesia]] dengan jurusan [[Sastra Rusia]]. Ia mulai tertarik pada jurnalisme, khususnya fotografi, setelah menonton film [[Roger Spottiswoode]], ''[[Under Fire (film)|Under Fire]]'', yang mengisahkan tentang pengalaman seorang wartawan Amerika saat meliput [[Revolusi Nikaragua]]. Arnada kemudian melamar untuk menjadi fotografer di harian ''[[Koran Kompas|Kompas]]'', namuntetapi ditolak. Pada tahun 1986, ia bekerja sebagai fotografer untuk tim [[sepak bola]] [[Persija Jakarta]].{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}}{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}}
 
== Jurnalisme ==
Pada tahun 1989, Arnada mulai magang di surat kabar mingguan ''Editor''. Ia memanfaatkan pekerjaannya ini untuk mencari pengalaman.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}}{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}} Arnada kemudian menjabat sebagai editor di [[tabloid]] ''Monitor'' yang berlokasi di Jakarta antara tahun 1990 dan 1991. Tabloid ini sendiri akhirnya [[Pembredelan|dibredel]] setelah menerbitkan sebuah jajak pendapat mengenai "tokoh paling dihormati pembaca" yang memicu kontroversi;{{sfn|The Jakarta Post 2003, Arnada excels}} jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa nabi [[Muhammad]] berada di posisi 10, di bawah penyanyi [[dangdut]] [[Rhoma Irama]].{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}}
 
Pada pertengahan 1990-an, Arnada bekerja di tabloid ''[[Bintang (tabloid)|Bintang Indonesia]]'' yang dimiliki oleh keluarga [[Ciputra]]. Ia keluar dari ''Bintang Indonesia'' pada tahun 1999 karena menganggap bahwa tabloid tersebut memberikan ruang yang terlalu sedikit untuk segmen musik. Arnada kemudian mendirikan ''Bintang Milenia'' pada tahun yang sama, namuntetapi tabloid ini ditutup pada tahun 2002.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}} Pada masa ini, Arnada juga bekerja secara ekstensif di [[MTV|MTV Indonesia]] dan di berbagai perusahaan ''start-up''.{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}}
 
Setelah penutupan ''Bintang Milenia'', Arnada mulai bekerjasama dengan tokoh perfilman Indonesia seperti [[Rizal Mantovani]], [[Jose Poernomo]], dan [[Dimas Djayadiningrat]], dan kemudian mendirikan rumah produksi Rexinema.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}} Film pertama yang diproduksi oleh Rexinema adalah ''[[Jelangkung]]'' pada tahun 2001;{{sfn|Filmindonesia.or.id, Rexinema}} Arnada sendiri pertama kali terlibat dalam produksi ''[[Tusuk Jelangkung]]'' pada tahun 2002 dengan bertindak sebagai produser dan penulis skenario.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Erwin Arnada}} Ia melanjutkan keterlibatannya pada enam film berikutnya antara tahun 2003 dan 2007.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Rexinema}}
 
== ''Playboy Indonesia'' ==
Arnada awalnya berencana untuk mendirikan ''[[Playboy Indonesia]]'', versi bahasa Indonesia dari majalah ''[[Playboy]]'' Amerika, sebagai tantangan. Ia menilai bahwa majalah tersebut tidak hanya sebatas "[[Majalah pornografi|pornografi]]", namuntetapi juga sebagai tempat bagi "karya-karya jurnalisme pemenang penghargaan" yang ingin ia persembahkan bagi Indonesia.{{sfn|The Jakarta Post 2013, Erwin Arnada}} Arnada mulai berunding dengan [[Christie Hefner]], pimpinan [[Playboy Enterprises]], pada bulan November 2005. Ia memperoleh izin untuk menerbitkan ''Playboy'' edisi Indonesia pada bulan Januari tahun berikutnya.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}} Edisi pertama diterbitkan pada April 2006 dan tidak menampilkan konten telanjang ataupun fokus pada seksualitas. Sebaliknya, para model tampil dengan pakaian lengkap. Edisi ini juga menampilkan wawancara dengan sastrawan [[Pramoedya Ananta Toer]].{{sfn|The Jakarta Post 2013, Erwin Arnada}} Artikel-artikel pada edisi berikutnya terus membahas mengenai sastra, serta hak asasi manusia dan politik.{{sfn|The Jakarta Globe 2011, Erwin Arnada}}
 
Meskipun demikian, majalah tersebut sangat kontroversial. Sebelum diterbitkan, sejumlah kelompok Muslim telah menyatakan penentangan.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}} Setelah edisi pertama diterbitkan, kantor ''Playboy Indonesia'' diserang. Dalam salah satu peristiwa, [[Front Pembela Islam]] menyerang kantor ''Playboy Indonesia'' di [[Jakarta Selatan]], yang menyebabkan seluruh penghuni kantor dievakuasi. Pada bulan Mei 2006, aksi protes yang terus digelar menyebabkan majalah tersebut harus beroperasi tanpa kantor.{{sfn|Taufiqurrahman 2006, Erwin Arnada}} Publisitas yang buruk juga menyebabkan para pengiklan hengkang dari majalah tersebut, dan akhirnya ''Playboy Indonesia'' ditutup setelah menerbitkan sepuluh edisi,{{sfn|The Jakarta Post 2013, Erwin Arnada}} meskipun telah memindahkan operasionalnya ke [[Pulau Bali]] yang mayoritas penduduknya adalah penganut [[Hindu]] sejak edisi kedua pada bulan Juni 2006.{{sfn|Juniartha 2006, 'Playboy' magazine's relocation}}