Orang Topas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 79:
Dengan mempertimbangkan keadaan yang berlangsung, [[Gubernur]] [[Vicento Ferreira de Carvalho]] (1756–[[1759]]) memutuskan untuk menyerah dan menjual Lifau kepada Belanda pada tahun 1759. Namun, ketika ingin menduduki daerah tersebut di bawah pimpinan Hans Albrecht von Plüskow, Belanda harus berhadapan dengan pasukan Topas. [[Hans Albrecht von Pluskow]] kemudian dibunuh oleh Francisco da Hornay III dan [[Antonio da Costa]].
Pada tahun [[1766]], Francisco da Hornay III berpisah dengan bangsa Portugis. Ia bersekutu dengan António da Hornay (sumber lain menyebutkan namanya Domingos da Costa II)<ref name="Reg"/> di [[Malaka Belanda]] dan kemudian berakhir dengan perpisahan sementara dengan orang Topas. Tujuannya kini adalah mengusir bangsa Portugis dan menjamin Timor di tangan Belanda. Keberhasilan rencana ini agak terbatas karena liurai di [[Timor Timur]] menunjukkan sikap bermusuhan kepada bangsa Portugis dan Belanda.
Korban pertama dari berpindahnya Francisco da Hornay III adalah Gubernur [[Dionísio Gonçalves Rebelo Galvão]] ([[1763]]–[[1765]]), yang diracuni oleh Francisco da Hornay III, António da Costa, Quintino da Conceição dan Lourenço de Mello pada tanggal [[28 November]] 1765. Namun, sedikit yang dapat diketahui dari keadaan saat itu. Kemudian, Pendeta Dominikan António de Boaventura dan José Rodrigues Pereira mengambil alih pemerintahan koloni, hingga tibanya gubernur baru, [[António José Teles de Meneses]]. Akibat buruknya keadaan pasokan di koloni sekelilingnya, pada tahun [[1769]], [[Antonio Jose Teles de Meneses]] terpaksa meminta pengiriman beras dari [[Macau portugues|Makau]], namun kapal pengangkutnya tidak datang ke Lifau. Hubungan daerah pedalaman antara orang Topas dan pribumi Timor terputus. Pada malam hari tanggal [[11 Agustus]] 1769, Teles de Meneses menyerah dan memindahkan ibukota koloni ke [[Dili]]. Di Lifau, Francisco dan António da Hornay mengambil alih kekuasaan di daerah tersebut. Kini, di antara Kupang (daerah Belanda) dan daerah yang dikuasai Portugis sepanjang 25-30 [[liga (satuan)|liga]], didirikan banyak pelabuhan besar. Francisco da Hornay menawarkan Lifau kepada Belanda, namun menolak setelah mempertimbangkannya masak-masak.<ref name="HoT44"/><ref name=Paradox/> Puteranya [[Pedro da Hornay]] kembali ditempatkan di bawah pemerintahan Portugal pada tahun [[1787]]; hal tersebut menyebabkan [[Oe-Kusi]] menjadi bagian Timor Portugis. Orang Topas yang sudah berdiam di Dili kemudian dikenal dengan nama Bidau dan [[daerah]] [[Bidau]] di timur Dili dinamai menurut sebutan tersebut. Orang Bidau, bersama dengan [[suku Sika]] dan [[Morador]] membentuk kesatuan yang menyusun angkatan perang Portugis di daerah jajahan ini. 2 kelompok lain tersebut tinggal di daerah mereka masing-masing di ibukota itu.<ref name=HoT/>
Pada tahun [[1854]], [[Afonso de Castro]], gubernur Portugis yang memerintah [[Kepulauan Sunda Kecil]] saat itu, menjanjikan kekuasaan daerah, antara lain Larantuka, dengan cara jual beli. Sebuah [[Perjanjian Lisboa (1859)|perjanjian]] disahkan 5 tahun kemudian. Meskipun Belanda mengirimkan seorang komandan pejabat administrasi yang tinggal di sebuah benteng kecil, namun mereka bersikap ketimbang diam terhadap penduduk asli. Secara ekonomi, setelah menurunnya perdagangan kayu cendana, Larantuka tidak menarik lagi, dan komoditasnya berganti dengan pertanian oleh orang Topas setempat. Tidak banyak lagi yang tersisa dari perdagangan asing sebelumnya.
=== Orang Topas saat ini ===
Formal waren die Topasse zwar Katholiken, aber die Kontrolle des Glaubens war auf Laien-Organisationen übergegangen, die dem Glauben eine eigene Richtung gaben. In Larantuka war die mächtigste [[La Confraria da Rainha do Rosário]], die Bruderschaft der Rosenkranz-Königin, die bis heute existiert. Im holländisch-portugiesischen Vertrag war der katholischen Bevölkerung die freie Ausübung ihrer Religion zugesichert worden. Deswegen wurde in Larantuka nicht der bei den Holländern übliche [[Calvinismus]] verbreitet. Stattdessen konnten sich nun die holländischen Jesuiten bei der Kolonialarbeit engagieren. In Larantuka errichteten sie das erste Pfarrgebäude und führten wieder die orthodoxe Form des Glaubens ein. Beispielsweise durfte man jetzt nur noch mit einer Frau verheiratet sein. Die Missionare bauten auch Schulen und stellten die medizinische Versorgung der Bevölkerung sicher.
Durch die Unabhängigkeit Indonesiens konnten die Topasse in Larantuka wieder an Einfluss gewinnen. Da sie einen höheren Bildungsstand als andere Einheimische hatten, konnten sie leicht in Spitzenpositionen gelangen. Auch die neue Amtssprache [[Indonesische Sprache|Indonesisch]] war für sie kein Problem, da diese dem Malaiisch sehr ähnlich ist.<ref name=language/>
In Osttimor bilden die Topasse und Bidau unter den Mestizen des Landes keine besondere Volksgruppe mehr. Hier sprachen sie ein [[Kreolsprache|kreolisches]] [[Portugiesische Sprache|Portugiesisch]], das ''Português de Bidau'', das aber in den 1960ern ausstarb, da die Sprecher immer mehr zum Standard-Portugiesisch wechselten.<ref name=language/> Mitglieder der Familie Costa sind auch heute noch Liurai oder [[Raja]]s in [[Westtimor]], so António da Costa in Oecusse und Antonius da Costa in [[Noimuti]].<ref>{{Internetquelle | zugriff= 2016-01-08 | titel=Royal Timor - Noimuti| url =http://www.royaltimor.com/Noimuti.html| archiv-url=https://web.archive.org/web/20101221033931/http://www.royaltimor.com/Noimuti.html| archiv-datum=2010-12-21}}</ref> Die Linie der Hornay ist in Oecusse ausgestorben.<ref>Laura Suzanne Meitzner Yoder: {{Webarchiv | url=http://oecusse.com/adat/docs/Custom_Codification.pdf | wayback=20070307033640 | text=''Custom, Codification, Collaboration: Integrating the Legacies of Land and Forest Authorities in Oecusse Enclave, East Timor'', S. 66}}, Yale University 2005 (PDF-Datei; 1,46 MB)</ref>
In den 1950er und 1960er Jahren war der [[Katechist]] Carlos da Costa Hornay im Osten des Landes aktiv. Da er Taufpate Tausender Timoresen in [[Luro (Verwaltungsamt)|Luro]], [[Iliomar (Verwaltungsamt)|Iliomar]] und anderen Teilen [[Lautém (Gemeinde)|Lautéms]] war, nahmen viele Neuchristen die Namen ''Costa'' und ''Hornay'' als Familiennamen an. Auch in der benachbarten Gemeinde [[Baucau (Gemeinde)|Baucau]] finden sich deswegen Einwohner mit dem Familiennamen ''Hornay''.
-->
== Lihat juga ==
|