Kerajaan Nan Sarunai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 50:
Kerajaan Nan Sarunai adalah suatu pemerintahan purba yang diperkirakan sudah eksis sejak zaman Sebelum Masehi. Salah satu bukti adalah ditemukannya peninggalan arkeologis yang diduga kuat berasal dari zaman di mana Kerajaan Nan Sarunai masih eksis. Jejak arkeologis Nan Sarunai pada masa purba itu adalah sebuah candi yang ditemukan di [[Amuntai]]. [[Amuntai]] adalah salah satu tempat yang sangat mungkin menjadi tempat bermukim orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] yang kemudian mendirikan peradaban Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap candi tersebut. Hasil penyelidikan itu cukup mengejutkan karena hasil pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] tersebut menghasilkan kisaran angka tahun antara 242 hingga 226 Sebelum Masehi. Jika penelitian ini benar adanya, maka usia Kerajaan Nan Sarunai jauh lebih tua dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur (berdiri pada abad ke-5 M) yang selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara.<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] menghasilkan angka kisaran tahun [[242]]-[[226]] SM, maka dapat disimpulkan bahwa usia Kerajaan Nan Sarunai sangat panjang karena kerajaan ini runtuh pada tahun 1362 M.<ref name="Sutopo Ukip"/> Akan tetapi, perlu dicerrnati lagi bahwa kendati Kerajaan Nan Sarunai diperkirakan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi, namuntetapi yang dimaksud dengan kerajaan pada masa itu kemungkinan besar masih berbentuk sangat sederhana.<ref name="Sutopo Ukip"/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Serunai diduga beberapa kali perpindahan di sekitar [[Kabupaten Hulu]] Sungai dan [[Kabupaten Tabalong]] saat ini, namuntetapi masih di seputaran Sungai Tabalong.<ref name="Sutopo Ukip"/> Selain di Pulau Hujung Tanah, leluhur etnis Maanyan konon pemah bermukim di tempat yang bemama Margoni, yakni sebuah tempat yang selalu diliputi awan.<ref name="Sutopo Ukip"/> Tempat yang dimaksud mungkin simbolisasi dari negeri khayangan atau setidak-tidaknya negeri di atas gunung).<ref name="Sutopo Ukip"/> Dengan arti kiasan itu juga bisa dilihat kemungkinan bahwa yang dimaksud nenek moyang Suku [[Dayak Maanyan]] adalah dewa-dewa yang bersemayam di tempat yang selalu diliputi awan alias khayangan.<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
Orang-orang [[Suku Dayak]] Manyaan sempat menetap di sebuah tempat yang bernama Pupur Purumatung.<ref name=" Babe Kuden ">Babe Kuden, "Pangeran Samudra dari [[Dayak Maanyan]]?", dalam Banjarmasin Post, 21 September 2005</ref> Semua anggota kelompok etnis Suku Maanyan tinggal dan menjadi satu di tempat ini.<ref name=" Babe Kuden "/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Sarunai pemah berlokasi di daerah yang bernama Lili Kumeah.<ref name=" Babe Kuden "/> Konon, Lili Kumeah didirikan oleh Datu Sialing dan Damung Gamiluk Langit yang memimpin anggota masyarakat etnis Maanyan atau warga Kerajaan Nan Sarunai.<ref name=" Babe Kuden "/>
 
Kerajaan Nan Sarunai adalah suatu pemerintahan purba yang diperkirakan sudah eksis sejak zaman Sebelum Masehi. Salah satu bukti adalah ditemukannya peninggalan arkeologis yang diduga kuat berasal dari zaman di mana Kerajaan Nan Sarunai masih eksis. Jejak arkeologis Nan Sarunai pada masa purba itu adalah sebuah candi yang ditemukan di [[Amuntai]]. [[Amuntai]] adalah salah satu tempat yang sangat mungkin menjadi tempat bermukim orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] yang kemudian mendirikan peradaban Kerajaan Nan Sarunai. Pada tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap candi tersebut. Hasil penyelidikan itu cukup mengejutkan karena hasil pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] tersebut menghasilkan kisaran angka tahun antara [[242]] hingga [[226]] Sebelum Masehi (Kusmartono & Widianto, 1998:19-20). Jika penelitian ini benar adanya, maka usia Kerajaan Nan Sarunai jauh lebih tua dibandingkan dengan [[Kerajaan Kutai Martadipura]] di [[Kalimantan Timur]] (berdiri pada abad ke-5 M) yang selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara.<ref name="Sutopo Ukip"/> Berdasarkan hasil penelitian tentang pengujian terhadap sampel arang candi yang ditemukan di [[Amuntai]] menghasilkan angka kisaran tahun 242-226 SM, maka dapat disimpulkan bahwa usia Kerajaan Nan Sarunai sangat panjang karena kerajaan ini runtuh pada tahun 1362 M.<ref name="Sutopo Ukip"/> Akan tetapi, perlu dicerrnati lagi bahwa kendati Kerajaan Nan Sarunai diperkirakan sudah ada sejak zaman Sebelum Masehi, namuntetapi yang dimaksud dengan kerajaan pada masa itu kemungkinan besar masih berbentuk sangat sederhana.<ref name="Sutopo Ukip"/> Pusat pemerintahan Kerajaan Nan Serunai diduga beberapa kali perpindahan di sekitar [[Kabupaten Hulu Sungai]] dan [[Kabupaten Tabalong]] saat ini, namuntetapi masih di seputaran Sungai Tabalong.<ref name="Sutopo Ukip"/> Selain di Pulau Hujung Tanah, leluhur etnis Maanyan konon pemah bermukim di tempat yang bemama Margoni, yakni sebuah tempat yang selalu diliputi awan.<ref name="Sutopo Ukip"/> Tempat yang dimaksud mungkin simbolisasi dari negeri khayangan atau setidak-tidaknya negeri di atas gunung.<ref name="Sutopo Ukip"/> Dengan arti kiasan itu juga bisa dilihat kemungkinan bahwa yang dimaksud nenek moyang Suku [[Dayak Maanyan]] adalah dewa-dewa yang bersemayam di tempat yang selalu diliputi awan alias khayangan<ref name="Sutopo Ukip"/>
 
== Silsilah Raja-raja ==
Baris 67:
 
== Wilayah Kekuasaan ==
Daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai adalah meliputi sebagian besar tempat yang sekarang termasuk dalam wilayah administratif [[Kabupaten Hulu Utara]] dan [[Kabupaten Tabalong]], Provinsi [[Kalimantan Selatan]].<ref name=" Ideham "/> Diperkirakan, wilayah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai terbentang luas dari [[Tabalong]] hingga ke daerah [[Paser]].<ref name=" Ideham "/> Orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]], ketika sudah mendirikan Kerajaan Nan Sarunai, sering berpindah-pindah tempat bermukim, namuntetapi masih berlokasi di sekitar [[Sungai Tabalong]] dan dekat dengan [[Pegunungan Meratus]].<ref name=" Ideham "/> Beberapa tempat yang pernah menjadi wilayah permukiman orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]] sekaligus sebagai wilayah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai antara lain: [[Pulau Hujung Tanah]], [[Kuripan]], [[Lili Kumeah]], [[Margoni]], [[Sinobala]], [[Lalung Kawung]], [[Lalung Nyawung]], [[Sidamatung]], [[Etuh Bariungan]], dan [[Pupur Purumatung]].<ref name=" Ideham "/> Selain itu, masih ada sejumlah tempat lain yang secara kronologis pernah digunakan sebagai tempat bermukim oleh orang-orang Suku [[Dayak Maanyan]], antara lain [[Gunung Rumung]], [[Katuping Balah]], [[Wamman Sabuku]], [[Patukangan]], [[Labuhan Amas]], [[Bakumpai Lawas]], [[Abun Alas]], [[Muara Binsu]], [[Danau Salak Dangka Nangki]], [[Kupang Sunung]], [[Danaukien]], [[Tuntang Alu]], dan [[Baras Ruku]].<ref name=" Ideham "/>
 
== Referensi ==