Disentri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 36.65.15.198 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Arifin.wijaya
Tag: Pengembalian
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 1:
{{rapikan}}
{{penyangkalan-medis}}
'''Disentri''' berasal dari [[bahasa Yunani]], yaitu ''dys'' (=gangguan) dan ''enteron'' (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah <ref name="ref1">Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001</ref>. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
* Buang air besar dengan tinja berdarah
* Diare encer dengan volume sedikit
Baris 9:
== Etiologi ==
# Bakteri (Disentri basiler)
#* ''Shigella'', penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella <ref name="ref3">Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001</ref>.
#* ''Escherichia coli enteroinvasif'' (EIEC)
#* ''Salmonella''
Baris 16:
 
== Patofisiologi ==
:''Referensi:''<ref name="ref4">Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004</ref><ref name="ref5">Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.</ref><ref name="ref6">Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.</ref><ref name="ref11">Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.</ref>
 
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, kontak dari orang ke orang.
 
=== Disentri basiler ===
Baris 58:
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
 
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
* Pemeriksaan tinja
** Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
** Benzidin test
** Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
* Biakan tinja :
** Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
* Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan leukopenia.
 
=== Simtoma klinis ===
Baris 86:
 
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak kelihatan toksik, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
2. Komponen terapi disentri :
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit.
b. Diet
Baris 106:
 
• Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
• Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
• Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10.
• Alternatif yang dapat diberikan :
o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
Baris 115:
• Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll.
Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
• Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.