Mukti Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 33:
== Riwayat Hidup ==
=== Kehidupan awal ===
Mukti Ali memiliki nama kecil Soedjono (Sujono), namuntetapi sumber lain ada yang menyebutkan Boedjono (Bujono).<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="academia">[http://www.academia.edu/4026938/MENGUBAH_DAN_MEMBENTUK_IAIN_PROFIL_RINGKAS_MENTERI_MUKTI_ALI www.academia.edu: Mengubah dan Membentuk IAIN: Profil Mukti Ali]. Diakses 15 April 2014</ref> Sedangkan nama Abdul Mukti Ali sendiri ia dapat dari pemberian K.H. [[Hamid Pasuruan]] ketika menjadi gurunya.<ref name="academia"/> Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.<ref name="menteri">{{cite book|author=Ali Munhanif|title=Menteri-Menteri Agama RI: Biografi Sosial-Politik|publisher=Badan Litbang Agama Departemen Agama RI|year=1998|id=ISBN 979-95248-3-0}} Halaman 271-319.</ref> Mukti Ali hidup di kalangan keluarga yang berkecukupan.<ref name="limatokoh">{{cite book|author=Muhammad Damami, dkk (ed.)|title=Lima Tokoh Pengembagan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|publisher=Pusat Penelitian IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|year=1998}} Halaman 165-205.</ref> Ayahnya bernama Idris, atau Haji Abu Ali (nama yang digunakan setelah menunaikan [[haji]]) adalah seorang pedagang [[tembakau]] yang cukup sukses.<ref name="menteri"/> Sedangkan ibunya bernama Mutiah, atau Hj. Khodijah (nama yang digunakan setelah menunaikan haji) adalah seorang saudagar [[kain]].<ref name="tujuhpuluh">{{cite book|author=Abdurrahman, dkk (ed.)|title=Tujuh Puluh Tahun H. A. Mukti Ali: Agama dan Masyarakat|publisher=IAIN Sunan Kalijaga Press|year=1993|id=ISBN 979-8547-00-4}} Halaman 3-14, 20-28, 41-43.</ref>
 
=== Latar belakang pendidikan ===
==== Pendidikan pesantren ====
Meskipun Haji Abu Ali memiliki pendidikan yang sangat rendah, yakni hanya diperolehnya dari mengaji [[kitab]] di pesantren di Cepu, namuntetapi ia termasuk orang tua yang sangat memikirkan pendidikan anaknya.<ref name="menteri"/> Pada usia delapan tahun, Mukti Ali menempuh pendidikan formalnya dengan masuk HIS (''[[Hollandsch-Inlandsche School|Hollandsch Inlandsche School]]''), sekolah milik [[Pemerintah Hindia Belanda]] setingkat [[Sekolah Dasar]].<ref name="limatokoh"/> Di samping itu, ia juga mengaji (belajar agama Islam) di Madrasah Diniyah (Sekolah Islam) di Cepu, yang kegiatan belajarnya berlangsung sore harinya.<ref name="menteri"/><ref name="tujuhpuluh"/>
 
Setelah menyelesaikan pendidikannya di HIS dan mendapat sertifikat pegawai pemerintah Belanda (''Klein Ambtenar Examen''), Mukti Ali melanjutkan dikirim ke Pondok Pesantren di Cepu untuk belajar al-Qur'an kepada Kiai Usman.<ref name="tujuhpuluh"/> Di bawah asuhan Kiai Usman yang terkenal tegas, Mukti Ali belajar membaca al-Qur'an dengan fasih dan ''tartil'' menurut kaidah ilmu [[tajwid]].<ref name="tujuhpuluh"/>
Baris 43:
Pada pertengahan tahun 1940, Mukti Ali lalu dikirim ayahnya untuk belajar di Pondok Pesantren Termas, [[Pacitan]], di bawah asuhan [[Dimyathi Syafi'ie|K.H. Dimyati]] dan puteranya K.H. Abdul Hamid Dimyati.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="menteri"/> Ia intensif mempelajari berbagai kitab klasik seperti ''Nahwul Wadlih'', ''Balaghatul Wadhihah'', ''Jurumiyah'', ''Alfiyah'', ''Taqrib'', ''Iqna''', 'Mustalah Hadis', 'Jam'ul Jawami', dan lain-lain.<ref name="limatokoh"/><ref name="tujuhpuluh"/> Di pesantren tradisional ini Mukti Ali mengaji di bawah asuhan kiainya dan banyak belajar dan berdiskusi dengan para seniornya.<ref name="Ensiklopedi"/> Di antara para senior Mukti Ali tersebut adalah K.H. Abdul Hamid (asal Lasem yang kemudian menetap di [[Pasuruan]]) dan K.H. Ali Ma'sum (Rais Aam Syuriyah PBNU 1981-1984).<ref name="Ensiklopedi"/> Di Pesantren ini juga Mukti Ali bersama K.H. Ali Ma'sum sempat merintis berdirinya madrasah, yang kemudian K.H. Ali Ma'sum menjadi kepala sekolah dan Mukti Ali menjadi wakilnya.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
Setelah selesai belajar agama di Pesantren Termas, Mukti Ali malanjutkan pendidikan agamanya di Pesantren Hidayah, Saditan, Lasem, [[Rembang]] di bawah asuhan K.H. Maksum, ayah dari K.H. Ali Ma'sum, sahabat dan gurunya di pesantren Termas.<ref name="Ensiklopedi"/> Meskipun kedua pesantren yang pernah ia singgahi untuk belajar tersebut berbasis [[Nahdlatul Ulama]], namuntetapi Mukti Ali tumbuh dan berkembang menjadi ulama intelektual dan ulama pembaharu yang berpengaruh.<ref name="Ensiklopedi"/>
 
==== Pendidikan akademik ====