Bagong Kussudiardja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Baris 36:
Pada tahun 1953, Bagong dan Kuswadji menciptakan Tari ''Kuda-Kuda''. Tarian ini merupakan tarian yang berdurasi singkat. Pada tahun 1954, Bagong diutus Presiden Soekarno untuk ikut Misi Kesenian Indonesia ke [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Dalam misi kebudayaan itu, beliau menampilkan Tari Kuda-Kuda tersebut. Tari itu dianggap sukses karena berhasil mendapat respon positif dari masyarakat mancanegara. Selain itu, kesuksesan tarian Kuda-Kuda juga dianggap sebagai titik penting bagi Bagong untuk menciptakan tarian-tarian berikutnya.<ref name=":1" /> Pasca misi kesenian ke Tiongkok, Bagong juga menjadi utusan yang dikirim pemerintah ke berbagai negara seperti Korea, Viet Nam, India, Thailand, Filipina, Singapura, Hungaria, [[Cekoslowakia|Cekoslovakia]], Austria, Italia, Perancis, Swiss, Jerman, Belanda, Swedia, dan Inggris.<ref name=":7" />
 
Di era Orde Lama, Bagong mulau belajar melukis secara formal. Beliau menempuh pendidikan formal di [[Akademi Seni Rupa Indonesia|Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI)]]. Ia masuk sebagai angkatan pertama di institusi tersebut. Selanjutnya pada tahun 1957-1958 , Bagong mendapatkan kesempatan belajar ke Amerika Serikat. Beliau belajar di Connecticut College School of The Dance dan Studio Martha Graham. Proses belajar di dua tempat tersebut sangat mempengaruhi komposisi karya-karya Bagong di kemudian hari. Sepulang dari Amerika Serikat, beliau mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiardja pada 5 Maret 1958.<ref name=":0" /> Selain di bidang tari, Bagong juga mulai aktif di seni rupa pada masa-masa ini. Surat kabar Star Weekly yang terbit pada 23 Juli 1960 menjadi arsip pertama yang menuliskan karir Bagong sebagai seorang pelukis.<ref name=":4">{{Cite web|url=http://ivaa-online.org/2018/10/31/ruang-waktu-pameran-arsip-bagong-kussudiardja/|title=Menjelajahi Arsip: Mengenal Bagong Kussudiardja|last=IVAA|first=admin|date=2018-10-31|website=IVAA - Program|language=en-GB|access-date=2019-04-25}}</ref>
 
Pada tahun 1960-an, ketika kondisi politik dan seni begitu kental, Bagong dan beberapa rekannya seperti Edhi Sunarso, Rustamadji, C.J. Ali, dan Abas Alibasyah serta yang lain memutuskan keluar dari Sanggar Pelukis Rakyat. Sanggar tersebut dianggap terlalu dekat dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA). Selanjutnya, bersama sejumlah kawannya seperti Kusnadi dan Sumitro, mereka mendirikan Sanggar Pelukis Indonesia (PI).<ref name=":5">{{Cite book|title=Seni lukis Indonesia masa Jepang sampai Lekra|url=http://worldcat.org/oclc/878532085|isbn=9789794988343|oclc=878532085|last=Burhan, M. Agus, 1960- author.}}</ref> Di sanggar tersebut, ketiganya memilih netral dan tidak terlibat dengan politik praktis. Walaupu begitu, Sanggar Pelukis Indonesia masih memainkan peran integratif dengan pemerintah dan sanggar-sanggar besar lainnya. Kedekatan Kusnadi dengan Bagian P. dan K. yang ada di pemerintahan juga membuat sanggar tersebut bisa memperoleh pesanan karya seni dari pemerintah dan acara-acara internasional lainnya.<ref name=":5" /> Selain itu, berkat Sanggar Pelukis Indonesia, Bagong sering mewakili organisasi tersebut untuk sejumlah misi kesenian seperti ke Bukarest di Rumania, Italia, dan Sri Lanka.<ref>{{Cite web|url=http://galeri-nasional.or.id/artist/575-bagong_kusudiardjo|title=Galeri Nasional Indonesia - Website resmi Galeri Nasional Indonesia (GALNAS)|website=galeri-nasional.or.id|access-date=2019-04-25}}</ref> Pada tahun 1962, Bagong melakukan pameran tunggal yang hasilnya diberikan untuk Operasi Pembebasan Irian Barat.<ref>{{Cite web|url=http://ivaa-online.org/2018/10/31/ruang-waktu-pameran-arsip-bagong-kussudiardja/|title=Menjelajahi Arsip: Mengenal Bagong Kussudiardja|last=IVAA|first=admin|date=2018-10-31|website=IVAA - Program|language=en-GB|access-date=2019-04-25}}</ref>