Abdur Rahman dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Baris 49:
|year=1910}}</ref> atau '''Sulthan Moeda Abdoe Rachman''' (EBI: Sultan Muda Abdul Rahman), nama sebelumnya '''[[Pangeran Ratu|Pangeran Ratoe]]'''<ref name="Tijdschrift 23">{{nl}} (1861){{cite book|pages=70|url=http://books.google.co.id/books?id=ZxkmAQAAIAAJ&dq=pangeran%20mangkoeboemi&pg=PA70#v=onepage&q=pangeran%20mangkoeboemi&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch Indië|volume=23|publisher=Ter Lands-drukkerij}}</ref> adalah [[Sultan Muda]] [[Kesultanan Banjar]] yang sedianya akan menggantikan ayahandanya [[Sultan Adam]] kelak sebagai [[Sultan Banjar]], akan tetapi '''Pangeran Abdur-Rahman''' sendiri lebih dulu mangkat pada [[5 Maret]] [[1852]].<ref>{{id}} Mohamad Idwar Saleh, Sri Sutjiatiningsih; ''[[Pangeran Antasari]]'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993</ref> sehingga menimbulkan krisis [[suksesi]] ketika Sultan Adam mangkat tahun [[1859]]. Sebelumnya [[mangkubumi]] (Perdana Menteri) Kesultanan Banjar yaitu [[Pangeran Mangkubumi Nata]] (Pangeran Husin) juga telah meninggal dunia sebelum mangkatnya Sultan Adam sehingga menimbulkan krisis suksesi.
 
Pangeran Sultan Muda Abdur-Rahman memiliki beberapa isteri :
# [[Permaisuri]] : '''Ratu Abdur Rahman'''/'''Ratu Sultan'''/'''Ratu "Antasari"'''<ref name="pegustian">{{id}}Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001</ref> adik dari [[Pangeran Antasari]], melahirkan bayi yang diberi nama Rahmatillah (calon Putra Mahkota yang wafat). Perkawinan mereka diharapkan akan merukunkan keluarga besar [[Sultan Kuning]]/Sultan Hamidullah (Tutus Tuha) dan keluarga besar mangkubumi [[Tamjidullah I]] (Tutus Anum) yang pada masa sebelumnya memperebutkan tahta.
# [[Selir]] : '''Nyai Besar Aminah''' (Nyai Biyar / Nyai Dawang), seorang keturunan Cina-Dayak yang melahirkan 2 anak perempuan dan 2 anak lelaki, diantaranya Pangeran [[Tamjidullah II]] (menjabat mangkubumi yang kelak diangkat Belanda sebagai Sultan Muda Banjar sebagai pengganti almarhum ayahandanya, walaupun tidak disetujui sang kakek, Sultan Adam).
# Permaisuri : '''Ratu Siti''' binti Pangeran Mangkoe Boemi Nata. [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] (sebelumnya bernama Pangeran Husin) adalah adik Sultan Adam. Hasil perkawinan Ratu Siti dengan Sultan Muda Abdur Rahman memperoleh tiga anak yaitu Pangeran Hidayatullah, Ratu Syarif Umar (isteri Pangeran Syarif Umar) dan Ratu Rampit/Ratu Jaya Kasuma (isteri Pangeran Jaya Kasuma/Raden Tuyong).<ref name="wilem">Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: met portretten, platen en een terreinkaart, Bagian 1, D. A. Thieme, 1865</ref> Pangeran [[Hidayatullah II]] dilahirkan pada [[1822]], dialah yang dipilih sang kakek, Sultan Adam sebagai penggantinya. Hidayatullah II dinobatkan pada bulan September 1859 oleh rakyat [[Banua Lima]] sebagai Sultan Banjar dengan ibu kota kerajaan di Amuntai.
# Selir : '''Nyai Alimah''', ibu dari Pangeran Wira Kasoema. [[Pangeran Wira Kasoema]] dinobatkan rakyat Banua Lima pada bulan September 1859 sebagai mangkubumi mendampingi Sultan Hidayatullah II.[http://books.google.co.id/books?id=UT4sAAAAYAAJ&dq=pangerang%20moesa&pg=PA279#v=onepage&q=pangerang%20moesa&f=false Ratoe Wira Kasoema] (permaisuri Pangeran Wira Kasoema) adalah puteri Pangeran Mohamad Napis - saudara [[Pangeran Abdoel Kadir]], Raja Pulau Laut.
 
Sultan Muda Abdul Rahman wafat tahun 1852 meninggalkan 10 anak.<ref name="Tijdschrift 9"/><ref name="De Indische gids">{{nl}} {{cite book
Baris 62:
|volume=21
|publisher=J. H. de Bussy
|year=1899}}</ref><ref name="Tijdschrift 23"/> Putera-puterinya Sultan Muda Abdul Rahman :<ref name="Tijdschrift 9"/><ref name="tutur candi">{{id}} Mohamad Idwar Saleh; Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986</ref>
# ♂ Pangeran Tamjid-Illah (Pg. Wayuri) - anak Nyai Besar Aminah/Nyai Dawang
# ♂ Pangeran Aria Koesoema - anak Nyai Besar Aminah/Nyai Dawang