Soerjadi Soerjadarma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 56:
Pada [[1 September]] [[1945]] ia ditugaskan membentuk [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]] oleh Presiden [[Soekarno]] dan diangkat sebagai [[KASAU]] (pertama) pada [[9 April]] [[1946]]. Pada [[18 Februari]] [[1960]], selain sebagai [[KASAU]], jabatannnya ditingkatkan sebagai Menteri/Kastaf [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]].
 
Suryadi Suryadarma sebagai pendiri dan Bapak [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]] – tidak hanya berperan dalam mengembangkan dunia dirgantara pada bidang kemiliteran, namuntetapi juga sebagai pelopor pada penerbangan komersial. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan, Suryadarma telah menjadikan dirgantara sebagai bagian dari hidupnya.
 
== Biografi ==
Baris 84:
Keinginannya yang besar untuk menjadi penerbang, membuatnya pada bulan [[September]] [[1931]], beliau mendaftarkan diri masuk pendidikan perwira di [[KMA]] [[Breda]], [[Belanda]]. Keinginannya untuk menjadi anggota militer ini sebenarnya tidak disetujui oleh Dr. Boi Suryadarma, kakek yang sekaligus menjadi ayah angkatnya. Namiun setelah mendapat penjelasan dari Suryadarma, akhirnya kakeknya tidak keberatan Suryadarma menjadi [[taruna|kadet]] ([[taruna]]) [[KMA]].<ref name=”TNI-AU”/>
 
Di lingkungan [[taruna|kadet]], ia sering disebut dengan pelbagai julukan, antara lain adalah ''Browne Baron'' yang artinya Pangeran berkulit coklat. Selain itu, di kalangan rekan-rekannya di [[KMA]], ia dipanggil dengan nama Yacobus.{{sfn|Suryadarma|2017|p=12}} Selama menempuh pendidikan, ia sangat gemar membaca terutama mengenai sejarah penerbangan di [[Eropa]]. Salah satu tokoh yang sangat ia kagumi adalah [[Giulio Douhet]]. [[Giulio Douhet|Giulio]] adalah salah seorang [[Jenderal]] berkebangsaan [[Italia]] dan pernah menulis buku dengan judul ''The Command of the Air'' dan diterbitkan di tahun [[1921]]. Dalam bukunya, ia menyatakan bahwasanya kekuatan udara tidak hanya sebagai penunjang serangan [[TNI-AD|angkatan darat]], namuntetapi ia bisa dipergunakan untuk menghancurkan sasaran-sasaran yang besar dan berada jauh dari pangkalan.
 
Akhirnya pada bulan [[September]] tahun [[1934]], Soerjadi Soerjadarma lulus dari [[KMA|Akademi Militer]] [[Breda]], [[Belanda]], dengan pangkat [[Letnan Dua]]. Pendidikan di [[KMA]] diselesaikannya selama tiga tahun. Setelah lulus, ia ditempatkan di Satuan Angkatan Darat [[Belanda]] di [[Nijmegen]]. Baru satu bulan kemudian, tepatnya di bulan [[Oktober]], [[1934]], ia dipindahkan ke Batalyon I [[Infanteri]] di [[Magelang]] sampai bulan [[Nopember]] [[1936]]<ref name=”TNI-AU”/>
Baris 106:
Suryadi turut serta dalam operasi pengeboman kapal-kapal tentara [[Jepang]], yang berjumlah tidak kurang dari 50 buah di atas langit yang cerah di pulau [[Tarakan]], [[Borneo]], tanggal [[13 Januari]] [[1942]]. <ref name=”CNNIndonesia”/>Dalam operasi pengeboman ini, Suryadi bertindak sebagai navigator dan berpangkat ''Luitenant Waarnemer''. Dari ketiga pesawat [[Martin B-10|Glenn Martin]], [[Belanda]].Dari tiga buah pesawat udara yang dikirimkan untuk operasi ini, hanya satu yang selamat dan diawaki oleh Suryadarma. Atas jasa keberanian yang luar biasa ini, Suryadi Suryadarma mendapatkan medali ‘’[[Bronze Kruis|Het Bronze Kruis]]’’ atau ‘’[[Bronze Kruis|The Bronze Cross]]’’, sebuah tanda jasa khusus dalam bidang militer dan hanya dianugerahkan untuk mereka yang memperlihatkan keberanian luar biasa terhadap musuh.{{sfn|Suryadarma|2017|p=xiii - xv}}
 
Suryadi mendapatkan berita bahwa Sekolah Penerbang (''Vliegschool'') di [[Kalijati, Subang|Kalijati]] membukan pendaftaran bagi tentara [[Hindia Belanda]], setelah bertugas beberapa lama di Batalion 1 Infanteri, Magelang. Proses seleksi awalnya ia mengalami kegagalan pada fase tes kesehatan, dimana ia dinyatakan menderita malaria dan sedang kambuh. Tahun depannya, ia melamar lagi, namuntetapi ditolak dengan alasan belum sembuh dari sakit malarianya. Dan baru pada kesempatan ketiga, ia lolos dari tes kesehatan dan memulai pendidikan penerbang di Sekolah Penerbang [[Kalijati, Subang|Kalijati]], pada [[Desember]] [[1937]].<ref name=”TNI-AU”/>
 
Ia diterima sebagai navigator tetapi Suryadarma konon berbakat sebagai penerbang namun tidak diizinkan karena ia pribumi. Suryadarma punya segudang pengalaman dengan terlibat dalam operasi-operasi udara AU Belanda, terutama ketika Belanda terdesak oleh invasi Jepang pada awal 1940-an. Ia terkenal akan keberaniannya sebagai navigator (sebagai letnan penerbang intai) dengan tiga pesawat pembom Glenn Martin B-10, yang mengebom armada Jepang di Tarakan tanpa disertai ''fighter escort'' pada tanggal 13 Februari 1942. Mereka berhasil mengebom dua kapal penjelajah (cruiser) Jepang, namuntetapi kemudian mereka diserang oleh pesawat-pesawat Zero, sehingga hanya bomber yang dipimpin oleh Suryadarma yang berhasil kembali meskipun dalam keadaan rusak dan penerbangnya luka parah. Karena jasanya, Pemerintah Belanda menganugerahi "The Bronze Cross" atas keberaniannya menghadapi musuh dan ''Medals for Distinguished Service During Combat'' untuk Jan Lukkien yang menjadi pilot pesawat tersebut dan sebagai Komandan Skawadron Glen Martin B-10.
 
=== Periode 1945-1949 ===
Baris 123:
 
=== Curug, Garuda Indonesia dan IPTN ===
Suryadarma bersama Soetanandika (Kepala Direktorat Penerbangan Sipil) menggagas berdirinya Akademi Penerbangan Curug ( Sekolah Penerbang, Sekolah Teknik Udara, Sekolah Lalu-lintas Penerbangan, dan Sekolah Meteorologi). Akademi ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan ICAO. Pada tahun-tahun pertama, sekolah-sekolah ini menggunakan tenaga instruktur AURI, namuntetapi kemudian digantikan oleh tenaga asing atas rekomendasi ICAO dan ditambah dengan tenaga sipil yang sudah memenuhi kualifikasi ICAO.
 
Ia juga berperan dalam negosiasi pengambilalihan KNILM/KLM menjadi [[Garuda Indonesia]] Airways (GIA) pada tahun 1950-an dan penerbang-penerbangnya berasal dari lulusan Sekolah Perwira Penerbang AURI angkatan pertama. Selain itu, Suryadarma juga menggagas agar para penerbang dan kru penerbang sipil menjadi perwira dan bintara cadangan AURI. Masyarakat awam yang terlibat dalam penerbangan sipil oleh Suryadarma juga diangkat sebagai perwira yang berpangkat Tituler.
Baris 130:
 
=== Pengunduran Diri ===
Pada tanggal 9 Maret 1960, Suryadi Suryadarma sempat meminta mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas ulah Letnan II (Pnb) [[Daniel Maukar]] yang pada pagi harinya menembaki Istana Negara Jakarta dengan pesawat tempur MiG-17F Fresco asal Skadron Udara 11, namuntetapi permintaan tersebut ditolak oleh Presiden Soekarno.
 
Namun akhirnya pada tanggal 19 Januari 1962, Suryadarma “dipaksa” mengundurkan diri dari jabatannya sebagai KSAU sebagai ekses dari peristiwa pertempuran Laut Aru yang menewaskan [[Yos Sudarso|Komodor Laut Yos Sudarso]]. Hal ini pula yang mengakhiri karier gemilangnya selama kurang lebih 16 tahun memimpin AURI. Pengorbanan batin KSAU Suryadarma pada masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam disiplin prajurit, yaitu loyalitas bagi bangsa dan negara. Setelah itu, posisi dirinya sebagai KSAU digantikan oleh [[Omar Dani|Laksamana Madya Udara Omar Dani]] pada hari itu juga.