Yongle: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 16:
Untuk melaksanakan upayanya melemahkan para raja muda dan mengawasi mereka, Jianwen menempatkan orang-orang yang setia padanya di setiap wilayah kekuasaan mereka. Dengan orang-orang Jianwen di sekelilingnya, Zhu Di bertindak sangat hati-hati. Untuk melonggarkan pengawasan dari keponakannya, dengan cerdik ia berpura-pura sakit dan menjadi gila sambil membangun kekuatannya melalui orang-orang kepercayaannya. Tahun [[1399]], setelah dukungan dan kekuatannya cukup, ia memutuskan tibalah saatnya untuk bertindak. Ia menyatakan perang terhadap keponakannya dengan dalih menyelamatkannya dari ‘pejabat-pejabat jahat’, peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai Insiden Jingnan.
 
Perang ini berlangsung selama empat tahun. Di medan perang Zhu Di berhasil memperoleh banyak kemenangan gemilang. Beberapa kali ia mengalahkan [[Li Jinglong]], komandan tertinggi kekaisaran. [[15 Januari]] [[1402]], pasukannya menuju ke ibu kota Nanjing. Ketika ia sampai di sana, Li Jinglong yang sudah frustasi dan kehabisan semangat tempur membukakan pintu kota dan membiarkan Zhu dan pasukannya masuk. Ketika itu istana kekaisaran telah terbakar dengan dahsyat, Jianwen dan seluruh keluarganya dinyatakan telah tewas dalam kebakaran itu, namuntetapi jenazahnya tidak pernah ditemukan sehingga meninggalkan banyak spekulasi dan misteri hingga kini.
 
== Awal yang berdarah-darah ==
Baris 23:
Yongle memerintahkan [[Fang Xiaoru]], seorang sejarawan dan menteri Jianwen untuk membuat naskah proklamasi untuk penobatannya sebagai kaisar. Fang, sebagai hamba yang setia menolak dengan tegas dan mencampakkan kuas di hadapan Yongle. Yongle menantangnya, “Anda mungkin tidak takut mati, tetapi apakah anda tidak takut jika keluarga anda hingga sembilan keturunan digiring ke panggung hukuman mati ?”. Fang menjawab, “Jangankan sembilan, sepuluh pun silakan ! aku tetap tidak akan menuliskannya !” setelah berkata demikian ia menulis sebuah kalimat di kertas dan melemparkannya pada Yongle. Kalimat yang berbunyi ‘maling dari Yan mencuri tahta’ itu membuat Yongle murka sehingga memerintahkan Fang disiksa dengan kejam. Seluruh keluarga, kerabat, sahabat dan muridnya ditangkap dan dihukum mati satu persatu di hadapannya untuk membuatnya berubah pikiran. Namun Fang tetap berdiri dengan tenang menyaksikan orang-orang yang dicintainya mati di depan matanya tanpa meninggalkan kesetiaanya pada bekas junjungannya hingga tiba gilirannya. Jumlah yang dihukum mati dalam kasus ini mencapai 873 orang.
 
Jenderal [[Tie Xuan]] yang pernah hampir membunuhnya dalam perang juga dihukum mati dengan kejam, anak istrinya dijual ke rumah bordil. [[Jing Qing]], seorang menteri yang setia pada Jianwen mencoba membunuhnya, namuntetapi gagal sehingga malah mendatangkan bencana bagi dirinya dan keluarganya. Kekejaman ini menjadi sebuah lembaran hitam dalam masa pemerintahannya. Kepada mereka yang menyerah, Yongle menerimanya dengan tangan terbuka. Di depan umum ia memusnahkan semua dokumen dan laporan yang pernah diserahkan mereka pada Jianwen. Katanya pada mereka, “Kalian adalah bawahanku sekarang, selama kalian setia padaku, kita lupakan yang telah lalu dan mari bersama menghadapi yang akan datang.” Demikianlah Yongle menghabiskan tahun-tahun pertamanya sebagai kaisar dengan memberantas pendukung Jianwen, bandit, dan organisasi rahasia anti-pemerintah.
 
== Pemerintahan ==
Baris 32:
Proyek Yongle yang paling ambisius adalah memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing. Konon keputusan ini diambil ketika ia bersama para staffnya mengamati Nanjing dari bukit di sekeliling kota itu. Dari sana terlihat posisi istana kekaisaran sangat rentan terhadap serangan artileri. Pelaksanaannya dimulai tahun [[1403]], saat itu ia mengirim ratusan ribu transmigran dari [[Nanjing]], [[Shanxi]] dan [[Zhejiang]] dalam lima gelombang, tujuannya adalah untuk meningkatkan populasi Beijing dan membangun wilayah itu. Tahun [[1420]] akhirnya istana kekaisaran baru yang dikenal dengan nama [[Kota Terlarang]] (紫禁城, ''zijin cheng'') akhirnya selesai dibangun setelah tertunda beberapa tahun akibat kebakaran dan gempa bumi. Tahun berikutnya ibu kota Tiongkok dipindah ke Beijing yang menjadi pusat pemerintahan hingga kini.
 
Yongle seorang yang menganut ajaran [[Konfusianisme|Konfusius]], namuntetapi ia memperlakukan agama-agama lain seperti [[Tao]], [[Budha]], dll dengan adil. Ia mempromosikan ajaran Budha di daerah-daerah pedalaman untuk mengatasi keterbelakangan dan menekan gejolak sosial. Di saat yang sama ia juga mempromosikan ajaran Konfusius sebagai standar norma-norma sosial seperti misalnya pemilihan calon pejabat dan tata-tertib di istana. Sebagai seorang yang sangat mencintai budaya bangsanya, ia berusaha menghapus budaya Mongol yang masih tersisa dari zaman Yuan. Ia melarang penggunaan nama, bahasa, cara berpakaian, dan tradisi yang berbau Mongol.
 
Perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, budaya dan literatur diwujudkannya dalam proyek besar lainnya yaitu penyuntingan sebuah ensiklopedia umum. Ia mengumpulkan dua ribuan kaum terpelajar di bawah koordinasi sekretaris agungnya, [[Xie Jin]] untuk menyusun bahan-bahan mengenai [[sejarah]], [[seni]], [[filsafat]], [[astronomi]], [[geografi]], [[teknologi]], dan cabang-cabang ilmu lainnya dalam sebuah buku besar. Proyek ini selesai sekitar tahun [[1407]] atau [[1408]] dan dinamakan ''Ensiklopedia Yongle''. Sayangnya, dari 11.000 lebih bab, hanya 400 bab kurang yang selamat hingga kini akibat kekacauan yang terjadi pada masa berikutnya.
 
== Prestasi militer ==
Masalah utama yang dihadapi Kekaisaran Ming pada tahun-tahun pertamanya adalah gangguan di perbatasan dari suku [[Suku Mongol|Mongol]] yang berniat memulihkan kembali [[Dinasti Yuan]]. Secara tradisional, orang [[Suku Han|Han]] jarang memakai strategi offensif dalam menghadapi mereka, namuntetapi Yongle bertindak sebaliknya dari kebiasaan lama ini. Ia melakukan lima kali ekspedisi militer ke Mongolia untuk menghancurkan suku-suku Mongol pemberontak yang berniat menguasai Tiongkok lagi. Pertahanan di [[Tembok Besar]] diperkuat dan diplomat-diplomat handal dikirim untuk menjalin persekutuan dengan suku-suku Mongol yang saling bertikai agar mereka terpecah-pecah dan tidak menjadi ancaman bagi Tiongkok. Secara periodik ia juga melakukan operasi-operasi militer untuk memperlemah kekuatan mereka. Tujuan Yongle adalah agar bangsa Mongol semakin tergantung secara ekonomi pada Tiongkok dan memenangkan dukungan mereka. Ia berusaha agar Mongol menjadi negara protektorat Tiongkok di mana semua suku-sukunya bersumpah setia dan mengirimkan upeti tahunan. Dari pengalamannya berperang dengan Mongol, ia mendapat pelajaran mengenai pentingnya pasukan kaveleri sehingga ia mengerahkan segenap sumberdayanya untuk menciptakan pasukan berkuda yang kuat. Yongle menghabiskan banyak waktunya untuk berperang dengan Mongol, kemenangan dan kekalahan datang silih berganti. Ekspedisinya yang paling berhasil adalah yang ke-2, di mana wilayah perbatasan utara mengalami masa damai selama lebih dari tujuh tahun.
 
Annam (sekarang [[Vietnam]]) juga merupakan masalah yang memusingkan selama pemerintahannya. Pada tahun 1406, dalam rangka menanggapi petisi dari keluarga [[Dinasti Tran]] yang telah terguling, Yongle mengirimkan 500.000 pasukannya untuk menaklukkan Annam yang telah dikuasai [[Dinasti Ho]]. Secara teori misi pasukan Tiongkok hanya untuk menggulingkan Dinasti Ho dan merestorasi Dinasti Tran, namuntetapi Tiongkok juga mempunyai agenda tersembunyi untuk menganeksasi Annam dan menjadikannya salah satu provinsi Tiongkok seperti pada masa lampau. Dengan runtuhnya Dinasti Ho tahun [[1407]], Tiongkok menggencarkan usahanya untuk mempenetrasikan budayanya pada rakyat disana. Namun usaha ini mendapat tentangan keras dari rakyat Annam, mereka mulai berontak terhadap pasukan pendudukan Tiongkok. Pada tahun [[1418]] pemberontakan terbesar dipimpin oleh [[Le Loi]]. Hingga kematian Yongle tahun 1424, pasukan pemberontak Le telah menduduki hampir seluruh provinsi Annam. Tahun [[1427]], perjuangan mereka berhasil, cucu Yongle, [[Kaisar Xuande]] menarik pasukannya dari Annam dan secara resmi mengakui kemerdekaan Annam. Le Loi mendirikan dinasti baru disana yaitu [[Dinasti Le]] dan menjadi rajanya yang pertama.
 
Pada awal masa pemerintahannya Tiongkok hampir terlibat perang besar dengan [[Tamerlane]], pemimpin suku Mongol di [[Asia Tengah]] yang telah memporak-porandakan [[Persia]], [[India]], dan [[Irak]]. Yongle telah mempersiapkan pasukan besar di wilayah barat laut untuk menghadapi serbuan pasukan barbar itu. Namun dalam perjalanannya ke Tiongkok, sang tiran yang haus darah itu jatuh sakit dan meninggal tahun 1405 sehingga perang tidak terjadi.