Dursasana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 17:
'''Dursasana''' atau '''Duhsasana''' {{Sanskerta|दुःशासन|Duḥśāsana}} adalah tokoh antagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan adik [[Duryodana]], pemimpin para [[Korawa]], putra Raja [[Drestarasta]] dengan Dewi [[Gandari]]. Ia dikenal sebagai Korawa yang nomor dua di antara seratus Korawa.
 
Tokoh ini mendapat peran signifikan dalam ''[[Sabhaparwa]]'' (kitab kedua ''Mahabharata''), yang mengisahkan permainan dadu antara lima [[Pandawa]] melawan seratus [[Korawa]]. [[Dropadi]], istri para Pandawa menjadi budak para Korawa setelah dipertaruhkan dalam permainan tersebut. Merasa sebagai pemilik budak, Dursasana berusaha melucuti pakaian Dropadi secara paksa, namuntetapi tidak berhasil berkat pertolongan [[Kresna]]. Peristiwa itu memperkeruh permusuhannya dengan [[Bhima|Bima]]. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh Bima dalam [[perang di Kurukshetra]] pada hari ke-16.
 
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Dursasana memiliki seorang istri bernama Dewi Saltani, dan seorang putra yang kesaktiannya melebihi dirinya, bernama [[Dursala]]. Ia digambarkan sebagai wayang dengan tubuh yang gagah, bermulut lebar, dan mempunyai sifat sombong, suka bertindak sewenang-wenang, gemar menggoda wanita, dan senang menghina orang lain.
Baris 62:
=== Versi pewayangan ''Gagrak Mataraman'' ===
[[Berkas:Dursasana.jpg|jmpl|Dursasana sebagai tokoh wayang, dalam corak [[Surakarta]].]]
Cerita penuh ini bisa disimak dalam lakon wayang kulit "Gathutkaca Gugur" atau "Dursasana Jambak" atau juga "Karna Tandhing". Dalam versi ''Gagrak Mataraman'' atau [[Surakarta]], dikisahkan bahwa setelah [[Gatotkaca]] gugur tertusuk tombak Kuntawijayadanu, [[Bhima|Bima]] mengejar pembunuh anaknya tersebut, yaitu Adipati [[Karna]]. Dalam suasana malam yang gelap, saat Bima dan para pengawalnya masih tekun mencari Karna, Dursasana dan laskarnya muncul secara tiba-tiba, dan menghalangi Bima. Dalam pertemuan itu, Dursasana menantang Bima untuk bertarung, namuntetapi Bima tidak mengacuhkannya. Secara paksa, Dursasana menyerang Bima dan keduanya berkelahi di pinggir sungai. [[Petruk]], yang mengetahui tuannya sedang bertarung melawan Dursasana, segera melapor kepada Kyai [[Semar]] Badranaya dan Prabu [[Kresna]]. Mereka segera menuju lokasi kejadian.
 
Pertarungan antara Bhima melawan Dursasana berlangsung sengit, dan para pengawal dari kedua belah pihak yang melihatnya tidak berani mencegahnya dan hanya bisa menyaksikan saja. Pertarungan ini diwarnai dengan saling ejek-ejekan, membakar emosi keduanya, sampai pada akhirnya Dursasana kelelahan dan berniat lari dari pertarungan. Ia berhasil dicegat oleh Bima. Setelah babak belur, [[Duryudana]] dan para [[Kurawa]] yang lain datang menemui Bima. Duryudana memohon agar adiknya tersebut tidak disiksa terus-menerus, sambil berjanji bahwa apabila Dursasana diampuni, maka [[Kerajaan Hastina]] dan [[Kerajaan Amarta]] akan diberikan secara sukarela. Mendengar tawaran Duryudana, Bima menghentikan siksaannya terhadap Dursasana. Setelah mengingat bahwa Dursasana pernah menjambak rambut Dewi [[Drupadi]], Bima pun menjambak rambut Dursasana kembali.