Gilda (perhimpunan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 62:
Tidak seperti para tenaga magang, tukang-tukang keliling dapat bekerja di bengkel-bengkel atau sanggar-sanggar guru kriya lain, dan pada umumnya menerima upah harian, dan oleh karena itu tergolong pekerja harian. Setelah dipekerjakan oleh seorang guru kriya selama beberapa tahun, dan sesudah menghasilkan karya dengan mutu memuaskan, seorang tenaga magang naik kelas ke tingkat tukang keliling dan diberi dokumen-dokumen (surat atau sertifikat dari majikannya dan/atau langsung dari gilda) yang menyatakan kelulusannya menjadi seorang tukang keliling sehingga layak mengembara dari kota ke kota dan dari negara ke negara guna memperdalam keahliannya dengan cara menimba ilmu dari guru-guru kriya lain. Pengembaraan para tukang keliling dapat saja berupa perjalanan jauh lintas negara di Eropa, dan merupakan cara tidak resmi untuk mengomunikasikan metode-metode dan teknik-teknik baru, kendati tidak semua tukang keliling melakukan perjalanan semacam ini — biasanya cuma di Jerman dan Italia; di negara-negara lain, tukang-tukang keliling dari kota-kota kecil seringkali berkelana ke ibu kota.<ref name=Ogilvie11>{{harvnb|Ogilvie|2011}}</ref>
 
[[Berkas:Jan de Bray 002.jpg|ka|upright=1.05|jmpl|''[[Gilda Santo Lukas Haarlem|Gilda Pelukis Haarlem]]'' tahun 1675, karya [[Jan de Bray]].]]<!--
AfterSelepas thismelakukan journeypengembaraan dan berpengalaman kerja beberapa tahun, seorang tukang keliling dapat diterima sebagai seorang guru kriya. Kendati demikian, thoughdalam inbeberapa somegilda, guildsseorang thistenaga stepmagang coulddapat besaja madenaik straightpangkat frommenjadi apprenticeguru kriya tanpa harus melewati tahapan tenaga magang. ThisOrang wouldyang typicallynaik requirepangkat themenjadi approvalguru ofkriya alllazimnya mastersharus ofmendapat persetujuan dari seluruh guru kriya adalam guildgilda, aharus donationmenyumbangkan ofsejumlah moneydana andserta otherharta goodslain (oftenseringkali omittedditiadakan forjika sonsyang ofbersangkutan existingadalah membersanak anggota gilda), and thedan productionharus ofsudah amenghasilkan so-calledsebuah "[[mahakarya]],'" whichyang wouldmenunjukkan illustratekepiawaiannya. theMahakarya abilitiesyang ofdihasilkan thecalon aspiringguru master craftsman; this was oftenkriya retainedseringkali bydisimpan theoleh guildgilda.<ref>{{harvnb|Prak|2006}}</ref>
 
Pada Abad Pertengahan, gilda dibentuk dengan piagam, surat paten, atau surat-surat kuasa sejenisnya, yang diterbitkan oleh kota atau penguasa, dan biasanya memonopoli bidang usaha yang ditekuninya di kota tempatnya beroperasi. Para pengrajin dilarang oleh undang-undang untuk menjalankan usaha apa saja jika tidak menjadi anggota sebuah gilda, dan hanya para guru kriya yang dibenarkan menjadi anggota sebuah gilda. Sebelum hak-hak istimewa ini diatur dengan undang-undang, kelompok-kelompok pengrajin hanya disebut 'perhimpunan pengrajin'.
The medieval guild was established by charters or letters patent or similar authority by the city or the ruler and normally held a monopoly on trade in its craft within the city in which it operated: handicraft workers were forbidden by law to run any business if they were not members of a guild, and only masters were allowed to be members of a guild. Before these privileges were legislated, these groups of handicraft workers were simply called 'handicraft associations'.
 
Pemerintah kota dapat saja mengutus wakilnya untuk menghadiri pertemuan-pertemuan gilda, dan dengan demikian dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan dalam bidang usaha yang bersangkutan. Kebijakan semacam ini sangat penting, karena kota-kota seringkali mengandalkan nama baiknya untuk mengekspor berbagai jenis barang, yang bukan saja menjadi penentu nama baik gilda, melainkan juga nama baik kota. Kendali atas sejumlah lokasi fisik penghasil barang-barang ekspor terkenal, misalnya tuak anggur dari daerah [[Champagne, Prancis|Champagne]] dan [[Bordeaux]] di [[Prancis]], gerabah berglazur timah dari beberapa kota di [[Holandia]], [[renda]] dari [[Chantilly, Oise|Chantilly]], dan lain-lain membantu mengukuhkan posisi sebuah kota dalam kancah perniagaan global. Kendali atas lokasi fisik semacam ini adalah cikal bakal dari [[merek dagang]] Zaman Modern.
The town authorities might be represented in the guild meetings and thus had a means of controlling the handicraft activities. This was important since towns very often depended on a good reputation for export of a narrow range of products, on which not only the guild's, but the town's, reputation depended. Controls on the association of physical locations to well-known exported products, e.g. wine from the [[Champagne, France|Champagne]] and [[Bordeaux]] regions of [[France]], tin-glazed earthenwares from certain cities in [[Holland]], [[lace]] from [[Chantilly, Oise|Chantilly]], etc., helped to establish a town's place in global commerce — this led to modern [[trademark]]s.
 
Di banyak kota di negara Jerman dan Italia, thegilda-gilda moreyang powerfullebih guildskuat oftenseringkali hadmemiliki considerablepengaruh politicalpolitik influence,yang andcukup sometimesbesar, attempteddan toadakalanya controlmencoba themengendalikan citypemerintah authoritieskota. InPada theabad 14th centuryke-14, thiskeadaan ledsemacam toini numerousseringkali bloodymenyulut uprisings,aksi duringperlawan whichberdarah, themanakala guildsgilda-gilda dissolvedmembubarkan towndewan-dewan councilskota anddan detainedmenyandera [[patricianshipPatrisius (Eropa pasca-Romawi)|patricianskaum bangsawan]] indalam anrangka attemptmendongkrak topengaruh increase their influencemereka. InPada fourteenth-centuryabad northke-east Germany14, people of [[Wends|Wendorang Wendi]]ish, i.e.(warga keturunan [[Slavicbangsa peoplesSlavia|SlavicSlav]],) origindi kawasan timur laut Jerman, weretidak notdiizinkan allowedmenjadi toanggota joinbeberapa somegilda guildstertentu.<ref>{{cite web|author=|title=The Situation with the Sorbs in the Past and Present|date=|work=|publisher=|url=http://www.ifl-leipzig.com/fileadmin/daten/downloads/DOWNLOADCENTER/Publikationen/internationale%20Zusammenfassungen%20Europa%20Regional/2002/Heft2/en.pdf|format=PDF|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20110713003632/http://www.ifl-leipzig.com/fileadmin/daten/downloads/DOWNLOADCENTER/Publikationen/internationale%20Zusammenfassungen%20Europa%20Regional/2002/Heft2/en.pdf|archivedate=2011-07-13|df=}}</ref> According toMenurut Wilhelm Raabe, ''"downsampai intodengan theabad ke-18, tidak ada gilda eighteenthdi centuryJerman noyang Germanmenerima guildorang acceptedWendi amenjadi Wendanggotanya."''<ref>Raabe, phlm. 189.</ref>
 
==== FallKejatuhan of the guildsgilda ====
[[File:Tinguild.jpg|thumb|right|AnContoh examplesalah ofsatu theruang lastrapat ofgilda theInggris British Guilds meeting rooms {{''[[circa|ca.]]'' 1820}}]]
AsSebagaimana yang ditunjukkan oleh [[Sheilagh Ogilvie|Ogilvie]] (2004) shows, thekeberadaan guildsgilda negativelyberdampak affectedburuk qualityterhadap mutu, skillsketerampilan, anddan innovationinovasi.<!-- Through what economists now call "[[rent-seekingpemburu rente]]" they imposed deadweight losses on the economy. Ogilvie says they generated no demonstrable positive externalities and notes that industry began to flourish only after the guilds faded away. Guilds persisted over the centuries because they redistributed resources to politically powerful merchants. On the other hand, Ogilvie agrees, guilds created "social capital" of shared norms, common information, mutual sanctions, and collective political action. This social capital benefited guild members, even as it hurt outsiders.<ref>{{cite journal |first=Sheilagh |last=Ogilvie |title=Guilds, efficiency, and social capital: evidence from German proto-industry |journal=Economic History Review |volume=57 |issue=2 |pages=286–333 |date=May 2004 |doi=10.1111/j.1468-0289.2004.00279.x |url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1468-0289.2004.00279.x/abstract}}</ref>
 
The guild system became a target of much criticism menjelang akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. They were believed to oppose [[free trade]] and hinder [[technological innovation]], [[technology transfer]] and [[business development]]. According to several accounts of this time, guilds became increasingly involved in simple territorial struggles against each other and against free practitioners of their arts.