Pacu jawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
HaEr48 (bicara | kontrib)
ganti dengan pernyataan bersumber
Baris 12:
 
== Permainan ==
Walaupun namanya ''pacu jawi'' ("balapan sapi" dalam [[Bahasa Minang]]), acara ini tidak melombakan sapi-sapi melawan sapi lainnya secara langsung.<ref name="tempo">{{cite encyclopedia|author1=Febrianti|title=Pacu Jawi: Berlari mengejar harga tinggi|encyclopedia=Atraksi Budaya Nusantara|url=https://books.google.com/books?id=ugxfDwAAQBAJ&lpg=PT4&vq=%22Pacu%20Jawi%22&dq=pacu%20jawi&pg=PT4#v=onepage&q&f=false|publisher=[[Tempo (Indonesian magazine)|Pusat Data dan Analisa Tempo]]|editor=Rita Nariswari et. al.|date=2013|ref=harv}}</ref> Setiap peserta, yaitu sepasang sapi yang dikendalikan oleh seorang joki, justru masing-masing bergantian berlari di sebidang sawah.<ref name="tempo"/> Sapi yang digunakan adalah sapi jantan berumur 2 hingga 13 tahun, berlari berpasangan dengan diikat ke sebuah alat bajak dari kayu, tempat sang joki berdiri.<ref name="tempo"/> Lintasan larinya adalah tanah berlumpur bekas sawah yang sudah kosong setelah dipanen.<ref name="tempo"/><ref name="gulfnews">{{cite news|url=https://gulfnews.com/world/wet-and-wild-indonesia-mud-bull-races-not-for-faint-of-heart-1.1543927288075|title=Wet and wild: Indonesia mud bull races not for faint of heart|date=2018-12-04|work=[[Gulf News]]}}</ref> Berbagai sumber (yang menyaksikan acara ''pacu jawi'' pada kesempatan berbeda) menyebut panjang lintasan yang berbeda-beda, mulai dari 60 meter,<ref name="tempo"/> 100 meter,{{sfn|Suzanti|2014|p=3}} hingga 250 meter.<ref name="gulfnews" /> Lumpur di lintasan dapat mencapai kedalaman 30 cm.<ref name="tempo"/> Sapi-sapi ini terlatih untuk mulai berlari saat diberi aba-aba yaitu saat alat bajak yang terikat sudah menyentuh tanah dan diinjak seseorang.<ref name="tempo"/> Sang joki dapat berdiri dan mengendalikan sapi-sapi ini dengan cara memegang ekor kedua sapi, tanpa menggunakan [[pecut]].<ref name="tempo"/><ref name=expedia>{{cite news|url=https://travelblog.expedia.com.sg/experience/pacu-jawi-festival-padang/|title=Padang: Pacu Jawi Festival|date=2018-09-07|author=Theodore Salim|work=TravelBlog|publisher=[[Expedia]]}}</ref> Tali yang mengikat kedua sapi ini dibuat longgar, sehingga sapi-sapi tersebut sering berlari dengan arah atau kecepatan yang berbeda. Sang joki dituntut untuk mengarahkan mereka agar berlari lurus, dan berusaha agar ia sendiri tidak terjatuh.<ref name=expedia/>
Seorang joki mengendarai sepasang sapi (atau ''jawi'' dalam [[bahasa Minang]]) yang diapit oleh peralatan pembajak [[sawah]] sambil memegang tali dan menggigit ekor kedua sapi. Dimana seorang joki akan dibekali alat bajak pacu yang terbuat dari [[bambu]] sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dimulai. Alat tersebut merupakan salah satu peralatan yang digunakan oleh petani untuk membajak sawah. Kedua ekor sapi harus digigit ketika akan membuat lari sapi lebih cepat, semakin kuat ekor kedua sapi itu digigit, semakin cepat pula sapi itu berlari.
 
Para penonton, yang sering termasuk turis mancanegara, menyaksikan acara ini dari tanah kering di pinggir sawah.<ref name="tempo"/> Bagian dari atraksi acara ini adalah perilaku sapi-sapi yang sulit diatur, sehingga joki sering jatuh atau harus melakukan manuver untuk mempertahankan diri dan mengarahkan sapi-sapi.<ref name=expedia/> Kadang sang joki menggigit ekor salah satu sapinya agar berlari lebih cepat (terutama ketika sapi tersebut lebih lambat dibanding pasangannya).<ref name=expedia/> Lumpur dapat terciprat ke mana-mana, termasuk ke arah penonton.<ref name="tempo"/> Kadang, sapi malah berbelok arah dan malah berlari ke arah penonton.<ref name="tempo"/> Tidak jarang terjadi cedera, terutama pada para joki.<ref name=gulfnews/> Tidak ada pemenang yang dinyatakan secara resmi, tetapi penonton umumnya menilai sapi-sapi ini berdasarkan kecepatan, kekuatan, dan kemampuan berlari lurus.<ref name="tempo"/> Menurut tradisi, kemampuan berlari lurus ini penting untuk mengajarkan filosofi bahwa yang paling dapat dihargai, bukan hanya untuk sapi tetapi untuk manusia, adalah yang dapat mengikuti jalan yang lurus (Minang: ''luruih'').<ref name="tempo"/><ref name=ugm>{{cite journal|title=Daya tarik Pacu Jawi sebagai atraksi wisata budaya di Kabupaten Tanah Datar|url=https://jurnal.ugm.ac.id/tourism_pariwisata/article/view/6869/5375 |doi=10.22146/jnp.6869|issn=1411-9862|journal=Jurnal Nasional Pariwisata|volume=6|issue=1|date=2014|first=Purnama|last=Suzanti|location=Yogyakarta|publisher=Tourism Study Center, [[Gadjah Mada University]]|ref=harv|pages=1–7}}</ref>{{rp|2}} Memiliki sapi yang dianggap handal dalam ''pacu jawi'' adalah sumber kebanggaan bagi warga setempat. Selain itu, sapi-sapi yang dinilai baik oleh penonton dapat meningkat nilai jualnya hingga dua atau tiga kali lipat harga biasa.<ref name="tempo"/><ref name=expedia/> Keuntungan finansial ini adalah salah satu motivasi penting untuk para peserta.<ref name="tempo"/>
Pemenang ''pacu jawi'' adalah yang sepasang sapinya dapat berlari paling lurus tanpa sedikitpun berbelok hingga ke garis akhir atau garis ''finish''. Biasanya dalam satu perlombaan akan terlihat banyak sapi yang berbelok arah, bahkan adapula yang berpindah ke sawah lain.
 
== Lihat pula ==