Sjumandjaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
|notable role =
|festivalfilmindonesia = '''[[Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia)|Sutradara Terbaik]]'''<br />1977 ''[[Si Doel Anak Modern]]''<br />1984 ''[[Budak Nafsu (Fatima)]]''
'''[[Skenario Terbaik (Festival Film Indonesia)|Skenario Terbaik]]'''<br />1976 ''[[Laila Majenun]]''<br />1977 ''[[Si Doel Anak Modern]]''
}}
|birthplace={{negara|Hindia Belanda}} [[Jakarta]], [[Hindia Belanda]]}}
'''Sjumandjaja''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|5|8|1934|[[Jakarta]]|19|7|1985}}) adalah salah satu [[penulis]] dan [[sutradara]] [[film]] [[Indonesia]] yang terkenal di masanya.<ref>http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1107007221</ref>
 
Baris 22 ⟶ 23:
Sjumandjaja menempuh pendidikan tingkat atas di Sekolah Lanjutan Atas (SLA) Taman Siswa. Setelah lulus SLA, ia mulai menulis cerpen, sajak, dan kritik sastra. Beliau juga mulai mencoba bermain peran-peran kecil di sejumlah film. Pada tahun 1956, cerpen berjudul Keroncong Kemayoran yang dibuat olehnya diadaptasi menjadi sebuah film berjudul ''Saodah''. Film tersebut diproduksi oleh sebuah studio film bernama PT Persari. Di tahun berikutnya yakni 1957, dia menjadi Asisten Sutradara dalam proses produksi film [[Anakku Sajang]]. Film tersebut juga merupakan adaptasi dari tulisan yang dibuatnya dan diproduksi oleh perusahaan yang sama. Pada 1958, Sjumandjaja akhirnya bekerja di PT Persari dan bertugas dalam dapartemen penulisan yang dipimpin oleh [[Asrul Sani]].<ref name=":0">{{Cite web|url=http://kepustakaan-tokoh.perfilman.pnri.go.id/sjumandjaja/biography/|title=Sjumandjaja|last=|first=|date=|website=Tokoh Perfilman Indonesia|archive-url=https://www.webcitation.org/65MuLWrkB?url=http://kepustakaan-tokoh.perfilman.pnri.go.id/sjumandjaja/biography/|archive-date=11 Februari 2012|access-date=26 April 2019}}</ref>
 
Pada tahun 1959, Sjumandjaja memperoleh beasiswa untuk belajar di [[Moskwa|Moscow]], Russia. Beliau menempuh pendidikan di All Union State Institute of Cinematography, [[Moskow]] sampai tahun 1965. Dia lulus dengan tugas akhir berupa film dengan judul Bayangan. Film tersebut merupakan film hitam putih berdurasi 25 menit, berbahasa Rusia, dan ceritanya diadaptasi dari sebuah ceritakisah yang ditulis oleh novelis Amerika Serikat bernama Erskin Caldwell. Tugas akhir tersebut memperoleh predikat sangat memuaskan. Hal ini membawanya menjadi orang ke-7 yang mampu memperoleh predikat tersebut sejak institusi tersebut berdiri pada 1919. Dia juga menjadi orang non-Rusia pertama yang memperoleh predikat tersebut.<ref name=":0" />
 
Setelah menyelesaikan studi di [[Rusia]], Sjumandjaya kembali ke Indonesia. Pada tahun 1965, Sjuman tercatat pernah mengajar dalam Kursus Kader Karyawan Film di Mampang Prapatan. Dalam kursus itu, Sjuman mengajar 40 orang siswa. Materi yang diajarkan olehnya adalah ''art cinematography.''<ref name=":1">{{Cite news|url=https://www.webcitation.org/65N0n2F85?url=http://kepustakaan-tokoh.perfilman.pnri.go.id/sjumandjaja/uploaded_files/pdf/clipping/news_articles/normal/VISTA_90_1990.PDF|title=Mengenang Sjumandjaja|last=|first=|date=19 Juli 1990|work=Vista|access-date=25 April 2019|issue=90|via=|archive-url=https://www.webcitation.org/65N0n2F85?url=http://kepustakaan-tokoh.perfilman.pnri.go.id/sjumandjaja/uploaded_files/pdf/clipping/news_articles/normal/VISTA_90_1990.PDF|page=46-53|archive-date=11 Februari 2012}}</ref> Pada tahun 1966, dirinya diangkat menjadi Direktur di Direktorat Film Departemen Penerangan dari tahun 1967 hingga 1968. Di bawah kepemimpinannya, Direktorat Film melahirkan sejumlah kebijakan penting yang menjadi dasar perkembangan film di Indonesia. Beberapa hal yang dianggap penting seperti diadakannya seminar persiapan UU Perfilman dan terbitnya SK Menteri Penerangan No. 71/1967 tentang pengumpulan dana lewat film impor yang digunakan untuk meningkatkan produksi dan rehabilitasi film nasional. Selain itu, lahir pula Dewan Produksi Film Nasional yang bertugas untuk membuat film percontohan. Pembuatan film-film percontahan ini bertujuan untuk mengubah orientasi para pembuat film yang saat itu banyak memproduksi film kodian.<ref>{{Cite news|url=http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bad5d48191_sjuman-djaya#.XML_1s8zai4|title=Sjuman Djaya|last=|first=|date=|work=Film Indonesia|access-date=26 April 2019}}</ref> Setelah selesai bertugas di Direktorat Film, Sjumandjaya kembali aktif menulis dan beberapa kali ikut bermain peran.<ref name=":0" />
== Kehidupan pribadi ==
Sjuman pertama kali bertemu dengan [[Farida Oetoyo]] pada tahun 1961. Saat itu, Farida sedang menempuh pendidikan di akademi tari 'Bolshoi Teater' di Moskow, Rusia,. Sejak saat itu keduanya semakin dekat dan pada bulan Juni tahun 1962 keduanya menikah.<ref name=":1" /> Dari perkawinannya dengan [[Farida Oetoyo]] itu, Sjuman mendapatkan dua putra, salah satunya adalah mantan drummer grup musik [[Dewa 19]] yaitu Aksan Sjuman atau lebih dikenal dengan nama [[Wong Aksan]]. Sjuman dan Farida kemudian bercerai.<ref name=":1" />
 
Pasca bercerai dengan Farida, Sjuman kemudian melakukan pernikahan dengan aktris [[Tutie Kirana|Tutie Kirana.]] Dari pernikahan tersebut lahir seorang putri yang bernama [[Djenar Maesa Ayu]] yang kini menjadi salah seorang penulis dan sutradara perempuan di Indonesia. Pada tahun 1984, Sjuman menikahi artis [[Zoraya Perucha]] tanpa dikaruniai anak sampai akhir hayatnya tahun 1985.<ref name=":1" />
Baris 347 ⟶ 348:
* Piala Citra - Kategori Cerita Asli Terbaik di [[Festival Film Indonesia 1976]] - [[Laila Majenun]]
* Piala Citra - Kategori Cerita Asli Terbaik di [[Festival Film Indonesia 1977]] - [[Si Doel Anak Modern]]
* Piala Citra - Kategori Sutradara Terbaik di [[Festival Film Indonesia 1977]] - [[Si Doel Anak Modern]]
* Piala Citra - Kategori Sutradara Terbaik di [[Festival Film Indonesia 1984]] - [[Budak Nafsu]]
* Piala Citra - Kategori Cerita Asli Terbaik di [[Festival Film Indonesia 1985]] - [[Kerikil-Kerikil Tajam]]
 
== Referensi ==