Muhammad Daud Syah dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
 
Sultan Muhammad Daud sendiri memimpin perang gerilya dari Kutaraja, sekarang Banda Aceh, pada tahun 1907. Walaupun usaha ini gagal dan ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ambon kemudian Batavia, perlawanannya ini kemudian menginspirasi pejuang gerilya. Hingga akhir hayatnya Sultan Muhammad Daudsyah tidak pernah menyatakan tunduk dan menyerahkan kedaulatan Aceh kepada Belanda, hal inilah yang membuat Belanda berang dan mengasingkan Sultan ke Luar Aceh. Meskipun Sultan Telah ditangkap pada 1904, namun beliau masih menyusun strategi perlawanan dari tahanan rumah di Banda Aceh, hal ini diketahui pihak Belanda melalui surat yang diberikan kepada Pejuang dalam sebuah penyerangan terhadap pertahanan Belanda.
Belanda pun masih mendapatkan perlawanan kuat di Pidie, Aceh Tengah, Aceh Barat dan Aceh Tenggara. Hingga Sultan terpakasa di asingkan keluar Aceh pada 1907 bersama Permaisurinya Tengku Putroe Gamba Gadeng dan Putra Mahkota Tuanku Raja Ibrahim. Belanda berhasil mengambil kendali sebagian besar Aceh pada tahun 1912. Tetapi sejumlah sejarawan lainnya menyatakan bahwa perang Aceh tidak benar-benar berhenti sampai Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942.
<ref name="history"/>