Tolotang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
* Percaya adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan di dunia.
* Percaya adanya hari kemudian, yakni dunia kedua setelah terjadinya kiamat
* Percaya adanya penerima wahyu dari Tuhan5.Tuhan
* Percaya kepada Lontara sebagai kitab suci Penyembahan To Lotang kepada Dewata SeuwaE berupa penyembahan kepada batu-batuan, sumur dan kuburan nenek moyang.
 
Bisa diluruskan bahwa Menyembah kepada batu-batuan, sumur, dan kuburan nenek moyang, adalah satu bentuk arah sebagai sarana konsentrasi. Jadi hal ini hendaknya tidak membuat orang-orang luar menghakimi mereka bahwa Tolotang adalah Animisme maupun Dinamisme.
 
Dalam masyarakat Tolotang sendiri terdapat dua kelompok, yaitu Masyarakat Benteng (Orang Tolotang yang sudah pindah ke Agama Islam), dan Masyarakat ToTowani Wani To LotangTolotang (Komunitaskomunitas yang Masihmasih Menganutmenganut Agamaagama Tolotang). Kedua kelompok ini memiliki tradisi yang berbeda dalam beberapa prosesi ke-Agama-ankeagamaan, misalnya dalam prosesi kematian dan pesta pernikahan. Bagi Komunitaskomunitas Benteng, tata cara prosesi pernikahan dan kematian sama seperti tata cara yang dilakukan dalam Agamaagama Islam. Bagi Komunitas ToTowani Wani To LotangTolotang, prosesi kematian, melalui prosesi memandikan jenazah yang kemudian membungkus dan melapisinya dengan menggunakan daun Sirihsirih. Sedangkan untuk prosesi pernikahan Kelompok ToTowani Wani To LotangTolotang. Mereka melaksanakannya di hadapan Uwatta, atau Pemimpinpemimpin Ritualritual yang masih merupakan keturunan langsung dari pendiri ToTowani Wani To LotangTolotang.
 
Bagi Masyarakat Towani TootangTolotang, ritual Sipulung yang dilaksanakan sekali dalam setahun mengambil tempat di Perrynyameng yang merupakan lokasi kuburan I Pabbere. Kelengkaplan ritual masyarakat ToTowani Wani To LotangTolotang, mereka diwajibkan membawa sesajian berupa nasi dan lauk pauk, yang diyakini sebagai bekal di hari kemudian. Sehingga semakin banyak sesajian yang dibawa, akan semakin banyak pula bekal yang akan dinikmati di hari kemudian. Sementara bagi Kelompok Benteng, ritual Sipulung dilaksanakan di sumur PakkawaruEPakkawaru E, dimana pada siang hari masyarakat berkumpul di kediaman Uwatta dan barulah pada malam harinya, mereka melaksanakan prosesi Sipulung. Prosesi Sipulung berupa pembacaan Lontara (Kitabyang Sucinyamerupakan orangkitab suci bagi Topenganut Lotangagama )Tolotang oleh Uwatta, dimana masyarakat yang hadir pada saat itu memberikan daun Sirih dan Pinang kepada Uwatta.
 
== Upacara ==