Aluk Todolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 93:
 
Ada dua versi tentang sejarah masuknya Islam ke Tana Toraja. Versi pertama menyebutkan, Islam masuk lewat jalur perdagangan di Madandan, Kecamatan Saluputti, sebelah barat Makale. Menurut cerita Ertambing, Sekretaris Desa Madandan, Islam masuk lewat hubungan dagang dengan saudagar Bugis, yang memanfaatkan alur Sungai Madandan, sebagai jalur perdagangan dari wilayah Selatan. Jejak tersebut bisa dilihat dengan ditemukannya sisa-sisa bangunan berlantai tanah berukuran 4x6 meter di perbukitan di sekitar Desa Madandan. Bangunan setengah permanen dengan bilah bambu sebagai dindingnya itu dipercaya menjadi lokasi pertama Masjid Madandan. Masjid yang dipercaya menjadi masjid pertama dan tertua di Tana Toraja itu menjadi tempat [[salat]] para saudagar [[Suku Bugis|Bugis]].
 
Sedangkan versi kedua menyebutkan, Islam diperkirakan masuk ke wilayah Toraja pada akhir abad ke-17 atau awal abad ke-18. Ini bisa dibuktikan dengan adanya sebuah makam tua di Sangalla, sekitar 10 km dari Makale. Di atas nisan makam itu terdapat tulisan menggunakan huruf Arab. Meski tak tegas menyatakan tahun pembuatannya, makam itu diperkirakan milik saudagar atau pendatang Bugis yang meninggal di Tana Toraja sekitar 300 tahun lalu. Orang Bugis, salah satu suku di Sulawesi Selatan, selain Makassar dan Toraja, diperkirakan menjadi pionir kedatangan Islam di Tana Toraja. Hubungan dengan masyarakat Tana Toraja terjalin lewat transaksi dagang dalam bentuk barter. Masyarakat belum mengenal uang sebagai alat tukar ketika itu. Hasil-hasil pertanian andalan masyarakat Tana Toraja, seperti kopi, ditukar dengan pakaian oleh para pedagang Bugis. Bahkan, di saat terjadinya perang antara pasukan Toraja dan pasukan Kerajaan Bone, yang ingin menguasai Tana Toraja atau dikenal dengan peristiwa Untulak Buntunna Bone, tak hanya bahan pokok, senjata dan kaum budak juga menjadi alat barter. Banyak warga Toraja yang dijadikan budak.
 
== Referensi ==